Unsur-unsur Pembentuk Modal Sosial

90 Tabel 34 Kategorisasi tingkat tindakan yang proaktif petani responden No Sub unsur tindakan yang proaktif Kategori Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Skor Jumlah orang Persentase Skor 1 Keinginan berbagi informasi Tidak Pernah 2 3,51 2 0,00 Jarang 29 50,88 58 26 44,83 52 Sering 26 45,61 78 32 55,17 96 Jumlah 57 100,00 138 58 100,00 148 2 Keinginan berbagi pengetahuan dan pengalaman Tidak Pernah 3 5,26 3 6 10,34 6 Jarang 42 73,68 84 36 62.07 72 Sering 12 21,05 36 16 27,59 48 Jumlah 57 100,00 123 58 100,00 126 3 Keinginan memungut sampah di tempat umum Tidak Pernah 0,00 0,00 Jarang 6 10,53 12 2 3,45 4 Sering 51 89,47 153 56 96,55 168 Jumlah 57 100,00 165 58 100,00 172 4 Keinginan membersihka n lingkungan tempat tinggal Tidak Pernah 0,00 0,00 Jarang 0,00 0,00 Sering 57 100,00 171 58 100,00 174 Jumlah 57 100,00 171 58 100,00 174 5 Keinginan menjaga keamanan bersama Tidak Pernah 0,00 0,00 Jarang 7 12,28 14 7 12,07 14 Sering 50 87,72 150 51 87,93 153 Jumlah 57 100,00 164 58 100,00 167 6 Partisipasi warga mendukung pembangunan untuk kepentingan bersama Tidak Pernah 0,00 0,00 Jarang 6 10,53 12 3 5,17 6 Sering 51 89,47 153 55 94,83 165 Jumlah 57 100,00 165 58 100,00 171 7 Keinginan saling mengunjungi dalam rangka berbagi informasi Tidak Pernah 1 1,75 1 5 8,62 5 Jarang 35 61,40 70 27 46,55 54 Sering 21 36,84 63 26 44,83 78 Jumlah 57 100,00 134 58 100,00 137 8 Keaktifan dalam menyelesaika n konflik Tidak Pernah 29 50,88 29 17 29,31 17 Jarang 19 33,33 38 30 51,72 60 Sering 9 15,79 27 11 18,97 33 Jumlah 57 100,00 94 58 100,00 110 Jumlah skor sertifikasi dan non sertifikasi = 1.154 dan 1. 205 rata-rata skor = 20,25 dan 20,78 Selang nilai untuk tingkat tindakan yang proaktif dengan Xmax=24 dan Xmin=8 dengan N=4 adalah 4, sehingga tingkat jaringan sosial dapat dibagi menjadi: 91 a. Minimum bila skor jaringan sosial 12 b. Rendah bila skor jaringan sosial 12 sd 15 c. Sedang bila skor jaringan sosial 16 sd 19 d. Tinggi bila skor jaringan sosial 19 Dari Tabel 34 diketahui bahwa skor rata-rata tindakan yang proaktif petani di lokasi penelitian baik yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi adalah 20,25 dan 20,78 yang termasuk dalam kategori tinggi. Tingkat tindakan proaktif petani responden tersaji pada Tabel 35. Tabel 35 Tingkat tindakan proaktif petani responden No Kategori Tindakan yang proaktif Selang Nilai Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. Minimum 12 0,00 0,00 2. Rendah 12 – 15 2 3,51 4 6,90 3. Sedang 16 – 19 32 56,14 24 41,38 4. Tinggi 19 23 40,35 30 51,72 Jumlah 57 100,00 58 100,00 Berdasarkan Tabel 35 terlihat bahwa petani responden memiliki tindakan proaktif dalam kategori sedang 56,14 sedangkan kategori tindakan proaktif petani responden di lokasi yang belum tersertifikasi termasuk dalam kategori tinggi 51,72. Hal ini menunjukkan bahwa dalam modal sosial juga dipengaruhi oleh tindakan proaktif dari petani dalam transfer pengetahuan dan informasi yang dapat mendukung kegiatan pengelolaan maupun perdagangan kayu rakyat.

5.4.5 Kepedulian

Kepedulian merupakan semangat membantu yang lain tanpa mengharapkan imbalan seketika, melainkan suatu kombinasi jangka pendek dan jangka panjang dalam semangat untuk membantu kepentingan orang lain alturism. Menurut Hasbullah 2006, kelompok masyarakat yang mempunyai tingkat kepedulian yang tinggi akan mempunyai modal sosial yang kuat dan lebih memungkinkan untuk mengatasi berbagai masalah sosial seperti kemiskinan. Tingkat kepedulian petani responden tersaji pada Tabel 36. 92 Tabel 36 Kategorisasi tingkat kepedulian petani responden No Sub unsur kepedulian Kategori Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Skor Jumlah orang Persentase Skor 1 Kepedulian terhadap sesama Minimum 0,00 0,00 Rendah 0,00 0,00 Sedang 0,00 0,00 Tinggi 57 100,00 228 58 100,00 232 Jumlah 57 100,00 128 58 100,00 232 2 Keinginan berbagi pengetahuan dan pengalaman Minimum 0,00 0,00 Rendah 0,00 0,00 Sedang 2 3,51 6 7 12,07 21 Tinggi 55 96,49 220 51 87,93 204 Jumlah 57 100,00 226 58 100,00 225 Jumlah skor sertifikasi dan non sertifikasi = 454 dan 457 rata-rata skor = 7,96 dan 7,88 Selang nilai untuk tingkat kepedulian dengan Xmax=8 dan Xmin=2 dengan N= 4 adalah 1,5, sehingga tingkat kepedulian dapat dibagi menjadi: a. Minimum bila skor jaringan sosial 4 b. Rendah bila skor jaringan sosial 4 sd 5 c. Sedang bila skor jaringan sosial 6 sd 7 d. Tinggi bila skor jaringan sosial 7 Dari Tabel 36 diketahui bahwa skor rata-rata kepedulian petani di lokasi penelitian baik yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi adalah 7,96 dan 7,88 yang masuk dalam kategori tinggi. Tingkat kepedulian petani responden tersaji pada Tabel 37. Tabel 37 Tingkat kepedulian petani responden No Kategori Kepedulian Selang Nilai Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. Minimum 4 0,00 0,00 2. Rendah 4 – 5 0,00 0,00 3. Sedang 6 – 7 2 3,51 7 12,07 4. Tinggi 7 55 96,49 51 87,93 Jumlah 57 100,00 58 100,00 Tabel 37 menunjukkan kepedulian petani yang ada di lokasi penelitian yang telah tersertifikasi maupun lokasi yang belum tersertifikasi masuk dalam kategori tinggi 96,49 dan 87,93. Hal ini menunjukkan kepedulian petani 93 terhadap sesama sangat bagus, mereka mau berbagi dengan orang disekitarnya dan mereka mau menolong tetangga yang ada disekitarnya. Dari tingkat kepedulian yang tinggi ini diharapkan dapat mampu mengatasi masalah sosial yang terjadi di lingkunganya. Tingkat kepedulian petani dengan lingkungan juga termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini mereka tunjukkan dalam pengelolaan hutan rakyat yang ada di lingkungannya, berbagi bibit dengan petani lain yang membutuhkan, selalu mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat gotong royong dalam memperbaiki lingkungan sekitar, bahkan mereka sering mengikuti pertemuan-pertemuan yang membahas kemajuan dan perkembangan lingkungan yang ada di sekitarnya. Hal ini sesuai dengan Hasbullah 2006 yang menyatakan bahwa masyarakatpetani yang memiliki sifat terbuka akan memberikan nilai yang positif yang lebih luas ke lingkungan di sekitarnya.

5.5 Tingkat Modal Sosial Petani dalam Pengelolaan Hutan Rakyat dan

Perdagangan Kayu Rakyat Berdasarkan unsur-unsur pembentuk modal sosial petani di lokasi penelitian baik yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi maka didapatkan skor modal sosial. Tingkatan modal sosial petani responden tersaji pada Tabel 38. Tabel 38 Tingkatan modal sosial petani responden No Unsur Modal Sosial Sertifikasi Non Sertifikasi Nilai Maximum - Minimum Skor Rata-rata Skor Rata-rata 1. Kepercayaan 1.781 31 1.769 31 32 – 11 2. Jaringan Sosial 1.174 21 1.191 21 23 – 7 3. Norma Sosial 853 15 867 15 15 – 5 4. Tindakan yang Proaktif 1.154 20 1.205 21 24 – 8 5. Kepedulian 454 8 457 8 8 – 2 Jumlah 5.416 95 5.489 96 102 - 33 Berdasarkan persamaan selang nilai, yaitu: Selang Nilai = Xmax – Xmin = 102 – 33 N 4 = 17 94 Skala penilaian yang diperoleh untuk tingkatan modal sosial pada petani di lokasi penelitian baik yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi adalah sebagai berikut: a. Modal sosial petani minimum apabila jumlah skor ≤ 5 0, dalam konteks pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat maka sangat sulit untuk dikembangkan jika dilihat dari modal sosial yang dimiliki. b. Modal sosial petani rendah apabila jumlah skor antara 51 – 67, dalam konteks pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat maka sulit untuk dikembangkan jika dilihat dari modal sosial yang dimiliki. c. Modal sosial petani sedang apabila jumlah skor antara 68 – 84, dalam konteks pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat maka mudah untuk dikembangkan jika dilihat dari modal sosial yang dimiliki. d. Modal sosial petani tinggi apabila jumlah skor ≥ 84, dalam konteks pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat maka sangat mudah untuk dikembangkan jika dilihat dari modal sosial yang dimiliki. Tabel 38 menunjukkan bahwa modal sosial masyarakat di lokasi penelitian baik yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi berada pada tingkat yang tinggi skor 95 dan 96. Tingkat modal sosial petani responden tersaji pada Tabel 39 Tabel 39 Sebaran tingkat modal sosial petani responden No Kategori Modal Sosial Selang Nilai Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. Minimum ≤ 50 0,00 0,00 2. Rendah 51 – 67 0,00 0,00 3. Sedang 68 – 84 0,00 1 1,72 4. Tinggi ≥ 84 57 100,00 57 98,28 Jumlah 57 100,00 58 100,00 Modal sosial petani responden termasuk dalam kategori tinggi, untuk petani yang berada di lokasi tersertifikasi sebesar 100,00, sedangkan utuk petani yang berada di lokasi yang belum tersertifikasi untuk kategori sedang sebesar 98,28. Dari pola-pola interelasi sosial yang terjadi dalam petani di lokasi penelitian baik yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi 95 cenderung masuk tipe modal sosial yang mengikat bonding. Hal ini sesuai dengan karakteristik dasar yang melekat pada tipologi ini, yaitu baik kelompok maupun anggota kelompok dalam konteks ide, relasi dan perhatian, lebih berorientasi ke dalam inward looking dibandingkan berorientasi ke luar outward looking. Selain itu ragam masyarakat atau individu yang menjadi anggota kelompok ini relatif homogenius, seperti seluruh anggota kelompok berasal dari suku yang sama. Apa yang menjadi perhatian terfokus pada upaya menjaga nilai-nilai yang turun temurun telah diakui dan dijalankan sebagai bagian dari perilaku code of conducts dan perilaku moral code of ethics dari suku atau entitas sosial tersebut. Mereka lebih konservatif dan lebih mengutamakan solidary making dari pada hal- hal yang lebih nyata untuk membangun diri dan kelompok sesuai dengan tuntutan dan nilai dan norma masyarakat yang lebih terbuka.

5.6 Pola Perdagangan Kayu Rakyat

Perdagangan kayu rakyat yang dilakukan oleh petani di lokasi penelitian dalam bentuk pohon masih berdiri yaitu sistem penjualan dengan cara menghitung jumlah pohon yang akan dijual dengan satuan per pohon atau dengan sistem penjualan berdasarkan luasantebas. Untuk sistem penjualan per pohon, pohon yang akan dijual ditandai dengan cara menoreh sedikit kulit batang pohon sebagai tanda bagi pedagang untuk menunjukkan pohon yang hendak dijual, sedangkan untuk sistem tebas petani menjual seluruh tegakanpohon yang ada tanpa melihat jenis pohon maupun ukuran diameternya. Pemasaranpenjualan kayu rakyat yang terjadi di lokasi penelitian biasanya petani menjual kayu rakyat tersebut kepada pedagang kecil bakul dan pedagang besarpengepul. Bakul melakukan pembelian pohon berdiri dengan menanggung seluruh biaya produksi pemanenan, penyaradan dan pengangkutan dan biaya administrasi pengurusan ijin tebangpengurusan Surat Keterangan Asal Usul SKAU yang diterbitkan oleh Kepala Desa atau Lurah atau pejabat setingkat Kepala Desa atau Lurah. Setelah membeli kayu rakyat dari petani bakul menjual kembali kayu tersebut ke pedagang besarpengepul. Pola perdagangan kayu rakyat 96 di tingkat petani yang ada di lokasi penelitian baik yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi tersaji pada Tabel 40. Tabel 40 Pola perdagangan kayu rakyat ditingkat petani di lokasi yang tersertifikasi dan yang belum tersertifikasi. No Sub unsur kepedulian Kategori Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Skor Jumlah orang Persentase Skor 1 Tata Waktu Penjualan Kayu rakyat Saluran III 52 91,23 52 53 91,38 53 Saluran II 5 8,77 10 5 8,62 10 Saluran I 0,00 0,00 Jumlah 57 100,00 62 58 100,00 63 2 Rantai Pemasaran Kayu rakyat Saluran III 53 92,98 53 56 96,55 56 Saluran II 4 7,02 8 2 3,45 4 Saluran I 0,00 0,00 Jumlah 57 100,00 61 58 100,00 60 3. Sistem Penjualan Kayu Rakyat Saluran III 56 98,25 56 56 96,55 56 Saluran II 1 1,75 2 2 3,45 4 Saluran I 0,00 0,00 Jumlah 57 100,00 58 100,00 60 Jumlah skor sertifikasi dan non sertifikasi = 181 dan 183 rata-rata skor = 3,18 dan 3,16 Selang nilai untuk pola perdagangan kayu rakyat dengan Xmax=9 dan Xmin=3 dengan N= 3 adalah 2, sehingga pola perdagangan dapat dibagi menjadi: a. Rendah bila skor jaringan sosial 5 b. Sedang bila skor jaringan sosial 5 sd 7 c. Tinggi bila skor jaringan sosial 7 Tabel 40 diketahui bahwa skor rata-rata pola perdagangan kayu rakyat di tingkat petani di lokasi penelitian baik yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi adalah 3,18 dan 3,16 yang termasuk dalam kategori rendah. Pola perdagangan kayu rakyat di tingkat petani baik di lokasi yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi berdasarkan kelasnya tersaji pada Tabel 41. Tabel 41 Pola perdagangan kayu rakyat di tingkat petani baik di lokasi yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi berdasarkan kelasnya No Kategori Pola Perdagangan Kayu Rakyat Selang Nilai Sertifikasi Non Sertifikasi Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 1. Saluran III 5 52 91,23 53 91,38 2. Saluran II 5 – 7 5 8,77 5 8,62 3. Saluran I 7 0,00 0,00 Jumlah 57 100,00 58 100,00 97 Tabel 41 menunjukkan bahwa pola perdagangan di tingkat petani baik di lokasi yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi termasuk dalam kategori rendah dengan nilai sebesar 91,23 untuk lokasi yang tersertifikasi dan 91,38 untuk lokasi yang belum tersertifikasi. Hal ini terjadi karena pola perdagangan kayu rakyat di tingkat petani di lokasi penelitian masih menggunakan pola-pola lama. Pola perdagangan kayu rakyat ini terdiri dari, tata waktu penjualan kayu rakyat, rantai pemasaran kayu rakyat dan sistem penjualan kayu rakyat. - Tata waktu penjualan kayu rakyat Pola tata waktu penjualan kayu rakyat yang dilakukan oleh petani baik di lokasi hutan rakyat yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi termasuk dalam saluran pemasaran tiga penjualan dengan cara tebang butuh. Rendahnya penjualan kayu rakyat yang dilakukan oleh petani baik di lokasi yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi berdasarkan tata waktu ini dipengaruhi oleh beberapa kebutuhan yang mendesak diantaranya, biaya pendidikan atau masuk sekolah, biaya untuk berobat, biaya untuk mengadakan hajatan. Oleh karena itu pola penjualan ini sering dinamakan dengan pola tebang butuh. Pada umumnya petani yang ada di lokasi penelitian merupakan petani yang subsisten, yaitu pemanenan dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. - Rantai pemasaran kayu rakyat Pola rantai penjualan kayu rakyat yang dilakukan oleh petani baik di lokasi yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi termasuk dalam saluran tiga lewat bakul atau pedagang. Hal ini terjadi karena di lokasi penelitian ada kaitannya dengan waktu tebang butuh, ketika para petani membutuhkan uang segera, mereka langsung memanggil bakulpedagang untuk membeli pohon yang akan dijual. Kesepakatan harga ditentukan oleh petani itu sendiri dengan bakul, yang biasanya dengan ketentuan bakul menanggung seluruh biaya produksi maupun administrasinya. 98 Petani juga terkadang menjual kayu tersebut langsung ke pembeli, dimana pembeli ini biasanya adalah tetangga dekat rumah yang membutuhkan kayu untuk membangun rumah atau kandang ternak, untuk harganya mereka menggunakan taksiran sendiri. - Sistem penjualan kayu rakyat Sistem penjualan kayu rakyat yang dilakukan oleh petani di lokasi baik yang tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi termasuk dalam saluran tiga penjualan dengan tegakan. Rendahnya penjualan kayu rakyat yang dilakukan oleh petani baik di lokasi yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi berdasarkan sistem penjualannya ini dipengaruhi oleh beberapa kebutuhan yang mendesak, diantaranya: biaya pendidikan atau masuk sekolah, biaya untuk berobat, biaya untuk mengadakan hajatan. Oleh karena itu pola penjualan ini sering dinamakan dengan pola tebang butuh. Selain itu, mereka melakukan tebang butuh karena tidak memiliki kemampuan dan alat untuk mengolah menjadi kayu olahan, walaupun mereka mengerti bahwa menjual kayu dengan sistem kubikan maupun olahan lebih mahal dibandingkan dengan sistem jual tegakan.

5.7 Hubungan Karakteristik Individu dengan Unsur-unsur Pembentuk

Modal Sosial Petani Sifat atau karakteristik yang dimiliki oleh manusia merupakan unsur modal manusia yang dapat mengerakkan kapital personal dalam meningkatkan kesadaran diri, pengaturan diri dan motivasi. Menurut Lawang 2005 semakin tinggi modal manusia semakin besar peluang untuk membentuk kapital sosial. Modal fisik juga mempunyai hubungan yang erat dengan modal sosial karena mendukung proses produksi yang memungkinkan orang memperoleh keuntungan dan memungkinkan orang untuk meningkatkan investasi Lawang 2005. Untuk mengetahui hubungan antar komponen karakteristik individu dan ada tidaknya hubungan karakteristik individu dengan unsur-unsur pembentuk modal sosial digunakan korelasi peringkat spearman. Secara rinci hubungan antara karakteristik 99 individu dan modal sosial disajikan pada Tabel 42 dan 43, sedangkan nilai korelasi secara lengkap tersaji pada Lampiran 3 sd 10. Tabel 42 Hubungan antara komponen pada karakteristik individu petani di lokasi yang telah tersertifikasi No Korelasi Komponen karakteristik individu Umur Pend. Formal Pend. Non formal Pendapatan Tk. Kesehatan Luas lahan Lama tinggal Status Sosial 1. Umur - -0,487 0,118 -0,111 0,255 -0,174 0,121 -0,194 2. Pend. Formal -0,487 - 0,337 0,439 0,239 -0,090 -0,010 0,354 3. Pend. non formal 0,118 0,337 - 0,461 -0,106 0,139 0,128 0,154 4. Pendapatan -0,111 0,439 0,461 - 0,012 0,404 -0,.078 0,759 5. Tingkat kesehatan -0,255 0,239 -0,106 0,012 - -0,241 0,229 -0,002 6. Luas lahan -0,174 -0,090 0.139 0,404 -0,241 - -0,126 0,483 7. Lama tinggal 0,121 -0,010 0,128 -0,078 0,229 -0,126 - -0,108 8. Status sosial -0,194 0,354 0,154 0,759 -0,002 0,483 -0,108 - Keterangan : Korelasi nyata pada taraf 0,01 Korelasi nyata pada taraf 0,05 Tabel 43 Hubungan antara komponen pada karakteristik individu petani di lokasi yang belum tersertifikasi No Korelasi Komponen karakteristik individu Umur Pend. Formal Pend. Non formal Pendapatan Tk. Kesehatan Luas lahan Lama tinggal Status Sosial 1. Umur - -0,468 -0,078 -0,252 -0,278 -0,023 -0,169 -0,189 2. Pend. Formal -0,468 - 0,306 0,495 0,039 0,117 0,159 0,301 3. Pend. non formal -0,078 0,306 - 0,470 0,015 0,191 -0,220 0,529 4. Pendapatan -0,252 0,495 0,470 - -0,011 0,260 0,037 0,649 5. Tingkat kesehatan -0,278 0,039 0,015 -0,011 - 0,125 0,216 -0,158 6. Luas lahan -0,023 0,117 0,191 0,260 0,125 - -0,188 0,426 7. Lama tinggal -0,169 0,159 -0,220 0,037 0,216 -0,188 - -0,025 8. Status sosial -0,189 0,301 0,529 0,649 -0,158 0,426 -0,025 - Keterangan : Korelasi nyata pada taraf 0,01 Korelasi nyata pada taraf 0,05 Tabel 42 dan 43 menunjukkan korelasi yang sama antara lokasi penelitian yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi, terlihat bahwa umur berkorelasi negatif dengan pendidikan formal artinya semakin tua umur responden semakin rendah pendidikan formal. Sedangkan pendidikan formal berkorelasi positif dengan pendapatan dan status sosial artinya semakin tinggi pendidikan 100 petani maka akan membuat pendapatan lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang memiliki pendidikan yang lebih rendah. Selain itu tingkat pendapatan juga berkorelasi positif dengan luas lahan dan status sosial, hal ini berarti semakin tinggi pendapatan petani semakin luas lahan yang dimiliki di komunitas dan memiliki status sosial yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani yang memiliki pendapatan yang rendah. Tabel 44 Hubungan antara karakteristik individu dengan faktor pembentuk modal sosial di lokasi penelitian yang tersertifikasi. No Karakteristik Individu Unsur-unsur modal sosial Kepercayaan Jaringan Norma Proaktif Kepedulian 1. umur 0,101 -0,068 -0,226 0,123 -0,157 2. Pendidikan formal -0,218 0,407 0,212 0,293 0,147 3. Pendidikan non formal 0,049 0,309 0,003 0,515 0,103 4. Pendapatan 0,146 0,433 -0,091 0,328 0,063 5. Tingkat kesehatan -0,214 -0,158 -0,085 -0,255 0,059 6. Luas lahan 0,163 0,083 0,059 0,033 -0,042 7. Lama tinggal -0,144 -0,075 -0,065 -0,030 -0,045 8. Status sosial 0,114 0,466 0,029 0,237 -0,078 Keterangan : Korelasi nyata pada taraf 0,01 Korelasi nyata pada taraf 0,05 Tabel 45 Hubungan antara karakteristik individu dengan faktor pembentuk modal sosial di lokasi penelitian yang belum tersertifikasi . No Karakteristik Individu Unsur-unsur modal sosial Kepercayaan Jaringan Norma Proaktif Kepedulian 1. umur -0,065 -0, 168 0,319 -0,380 -0, 228 2. Pendidikan formal 0,100 0, 339 0,327 0,459 0, 312 3. Pendidikan non formal -0,048 0, 290 0,086 0,423 0,137 4. Pendapatan -0,034 0, 273 0,046 0,498 0,072 5. Tingkat kesehatan 0,036 0,037 -0,100 0,181 -0,158 6. Luas lahan -0,028 0,081 0,096 0,115 0,150 7. Lama tinggal 0,010 -0,178 -0,044 -0,019 -0,070 8. Status sosial -0,092 0,164 0,031 0,350 0,201 Keterangan : Korelasi nyata pada taraf 0,01 Korelasi nyata pada taraf 0,05 Tabel 44 menunjukkan korelasi antara faktor individu dengan faktor pembentuk modal sosial di lokasi penelitian yang telah tersertifikasi, dimana pendidikan formal berkorelasi positif dengan jaringan dan tindakan yang proaktif. 101 Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pendididikan formal petani memiliki kepercayaan yang tinggi, mampu membuat jaringan yang luas dalam menambah atau membagi pengetahuan terhadap petani lainnya. Tingginya faktor pendidikan akan mempengaruhi petani tersebut dalam melakukan tindakan yang proaktif, dan dengan tingkat pendidikan yang tinggi mereka lebih memiliki kepedulian terhadap sesama maupun lingkungan dimana mereka tinggal. Pendidikan non formal berkorelasi positif terhadap jaringan dan tindakan proaktif. Hal ini berarti bahwa petani yang sering mengikuti pendidikan non formal dapat membuat jaringan dengan orang lain yang dikenalnya dalam mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Pendidikan non formal ini bisa berupa pelatihan, seminar maupun kursus. Pendidikan non formal membuat masyarakat lebih proaktif dalam bertindak, karena seseorang mampu berbagi informasi, pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan pada waktu mengikuti pelatihan, seminar maupun kursus. Pendapatan di lokasi yang telah tersertifikasi berkorelasi positif terhadap jaringan dan tindakan proaktif, semakin tinggi jaringan yang dimiliki petani maka semakin tinggi tingkat pendapatan yang dimiliki oleh petani tersebut. Dengan memiliki pendapatan yang tinggi akan mempengaruhi mobilitas petani dalam lingkungannnya. Tingginya mobilitas petani di dalam komunitas ini, mempengaruhi pada tindakan proaktif mereka. Status sosial berkorelasi positif terhadap jaringan sosial. Status sosial petani di lokasi penelitian ini biasanya ditentukan diantaranya oleh pengaruh petani tersebut dalam kominitas masyarakat dan lahan yang mereka miliki. Hal ini menunjukkan bahwa modal fisik lahan berperan dalam modal sosial terutama dalam tingkat jaringan sosial sehingga seseorang mau berpartisipasi pada organisasi yang dianggap berperan penting dalam kehidupan keluarganya. Menurut Uphoff 2000 seseorang mau berhubungan atau berinteraksi sosial dalam rangka mengelola sumberdaya yang dimilikinya, sebab berbeda dengan bentuk modal sosial lainnya, membangun jaringan ini memang memerlukan investasi yang cukup banyak waktu, uang, informasi dan gengsi sampai dia dapat mengalirkan manfaatkeuntungan. 102 Tabel 45 menjelaskan korelasi antara faktor individu dengan faktor pembentuk modal sosial di lokasi penelitian yang belum tersertifikasi memperlihatkan bahwa faktor umur berkorelasi positif dengan norma, artinya semakin tinggi tingkat umur maka semakin tinggi pula ketaatan terhadap norma sosial yang berlaku di masyarakat. Namun demikian, ternyata umur berkorelasi negatif dengan tindakan yang proaktif. Hal ini sesuai dengan kenyataan yang ada di lokasi penelitian, mayoritas petani yang lebih muda memiliki tindakan yang proaktif lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang memiliki umur yang lebih tua. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas pengurus organisasi yang ada kebanyakan dipegang oleh generasi yang lebih muda. Pendidikan non formal berkorelasi positif terhadap jaringan dan tindakan proaktif. Hal ini berarti bahwa petani yang sering mengikuti pendidikan non formal dapat membuat jaringan dengan orang lain yang dikenalnya dalam mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Pendidikan non formal ini bisa berupa pelatihan, seminar maupun kursus. Pendidikan non formal membuat masyarakat lebih proaktif dalam bertindak, karena seseorang mampu berbagi informasi, pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan pada waktu mengikuti pelatihan, seminar maupun kursus. Pendapatan petani di lokasi yang telah tersertifikasi berkorelasi positif terhadap jaringan dan tindakan proaktif. Semakin tinggi tingkat pendapatannya maka semakin tinggi tingkat kepercayaan dalam bergerak di lingkungan dalam maupun lingkungan di luar. Mobilitas yang tinggi ini akan membentuk jaringan yang lebih luas dengan orang, lembaga maupun komunitas lainnya.

5.8 Hubungan Karakteristik Individu dengan Perdagangan Kayu Rakyat

Perdagangan kayu rakyat merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh petani dengan bakul atau pedagang pengepul untuk melakukan transaksi yang menguntungkan kedua belah pihak. Pola perdagangan kayu rakyat di tingkat petani ini dipengaruhi oleh karakteristik individu petani sendiri. Secara rinci hubungan antara karakteristik pola perdagangan disajikan pada Tabel 46 dan 47, sedangkan nilai korelasi secara lengkap tersaji pada Lampiran 11 dan 12. 103 Tabel 46 Hubungan antara karakteristik individu pola perdagangan kayu rakyat di lokasi penelitian yang tersertifikasi . No Karakteristik Individu Pola Perdagangan Tata waktu Rantai Pemasaran Sistem penjualan 1. umur 0,129 -0,054 -0,162 2. Pendidikan formal 0,070 0,301 -0,103 3. Pendidikan non formal 0,325 0,240 -0,072 4 Pendapatan 0,375 0,415 0,255 5. Tingkat kesehatan 0,096 0,085 0,041 6. Luas lahan 0,013 -0,063 0,150 7. Lama tinggal 0,073 -0,237 0,031 8. Status sosial 0,259 0,255 0,312 Keterangan : Korelasi nyata pada taraf 0,01 Korelasi nyata pada taraf 0,05 Tabel 47 Hubungan antara karakteristik individu dengan pola perdagangan kayu rakyat di lokasi penelitian yang belum tersertifikasi . No Karakteristik Individu Pola Perdagangan Tata waktu Rantai Pemasaran Sistem Penjualan 1. umur 0,207 -0,016 -0,016 2. Pendidikan formal 0,258 0,238 -0,238 3. Pendidikan non formal 0,653 0,225 0,255 4. Pendapatan 0,321 0, 354 0, 354 5. Tingkat kesehatan 0, 131 0, 081 0, 081 6. Luas lahan 0,306 0, 022 0, 022 7. Lama tinggal 0,058 0,036 0,036 8. Status sosial 0, 452 0,236 0,236 Keterangan : Korelasi nyata pada taraf 0,01 Korelasi nyata pada taraf 0,05 Tabel 46 menjelaskan korelasi antara karakteristik individu dengan pola perdagangan kayu rakyat di lokasi penelitian yang telah tersertifikasi. Pendidikan formal berkorelasi positif dengan rantai pemasaran. Hal ini berarti semakin tinggi pendidikan petani maka semakin paham tentang rantai pemasaran yang ada di lingkungannya dalam hal penjualan kayu rakyat. Petani lebih banyak yang menjual kayu rakyatnya kepada para pedagang besarpengepul dibandingkan