Hubungan Modal Sosial dengan Perdagangan Kayu Rakyat

115 Tabel 52 menunjukkan bahwa peluang dengan nilai pengaruh tertinggi adalah “adanya dukungan pemerintah lokal dalam pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat 0,332, sedangkan peluang dengan nilai pengaruh terkecil adalah “ adanya fasilitasi dari LSM PERSEPSI dalam pengelolaan hutan lestari ” 0,127. Dukungan pemerintah lokal kaitannya dengan transfer informasi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah ke petani melalui aparatur yang paling rendah, dan biasanya transformasi ini dilakukan oleh kepala dusun. Selain itu dukungan dari pemerintah lokal adalah mempermudah administrasi dalam kegiatan perdagangan kayu rakyat yang ada. Adanya alih fungsi lahan yang terjadi di lokasi penelitian merupakan salah satu peluang yang ada, akan tetapi peluang ini memiliki nilai yang paling kecil. Alih fungsi lahan ini terjadi karena seiring dengan banyaknya satwahewan liar celeng, rusa dan landak yang menyerang lahan petani yang ditanami tanaman pangan. Dengan adanya serangan satwa ini, petani enggan untuk menanam tanaman pangan dilokasi yang jauh dari pemukiman. Oleh karena itu, petani menanami lahan yang jauh dari pemukiman tersebut dengan tanaman keras. Nilai pengaruh terbesar pada peubah ancaman adalah “kondisi lahan yang kritisbatu bertanah” 0,400. Kondisi lingkungan di lokasi penelitian merupakan dataran tinggi yang didominasi oleh bebatuan, baik batu kapur maupun batu alam dan memiliki solum tanahnya yang sangat tipis. Hal ini yang menjadi salah satu faktor jarak tanam hutan rakyat tidak teratur. Sedangkan nilai peluang dengan nilai pengaruh terkecil adalah adanya “Kebijakan retribusisumbangan terhadap pengankutan kayu” 0,059, sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 1 tahun 2012 tentang Pelayanan Ijin Pengangkutan Kayu Rakyat, yang menyebutkan bahwa setiap pengangkutan kayu yang dilakukan oleh pedagang dibebani biaya yang disesuaikan dengan jenis kayu yang diangkut. Besar kecilnya sumbangan tersebut telah diatur dengan ketentuan sebagai berikut: - Kayu Jati : Rp 15.000m3 - Kayu Mahoni, Akasia dan Sonokeling : Rp 10.000m3 - Kayu Jenis Lainnya : Rp 5.000m3 - Kayu BakarRantingBongkaran Rumah : Rp 5.000m3 116 Kebijakan ini dirasakan membebani bagi para bakul yang ada di lokasi penelitian, bahwasannya bakul selain dibebani dengan biaya-biaya surat kelengkapan kayu rakyat, mereka juga terbebani dengan sumbangan ini, dikwatirkan dengan adanya hal ini mempengaruhi perdagangan kayu rakyat yang ada. Total skor untuk faktor eksternal peluang sebesar 1,235 sedangkan total skor untuk ancaman sebesar 2,196. Kecenderungan terhadap faktor eksternal sumbu ordinat dalam pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat memiliki skor sebesar -0,960. Menurut David 2009, apabila total skor dibawah skor rata-rata 2,50, menunjukkan bahwa masyarakat belum mampu merespon setiap peluang yang ada untuk menghindari ancaman yang datang dari luar.

5.11.2 Tahap Analisis atau Pemaduan

Setelah dilakukan analisa atau evaluasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal maka tahap selanjutnya adalah tahap pemaduan antara faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Tahap pemaduan dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT untuk mencari alternatif strategi terbaik yang dapat diimplementasikan untuk penguatan modal sosial masyarakat dalam pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat. Matriks SWOT Tabel 53 pada tahap analisis menghasilkan 9 alternatif strategi sebagai hasil pemaduan faktor-faktor berdasarkan kondisi internal dan eksternal. Alternatif strategi tersebut berupa pemaduan unsur kekuatan dan peluang, kelemahan dan peluang, kekuatan dan ancaman serta kelemahan dan ancaman Rangkuti 2008. Strategi pada pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat tersebut adalah: a. Strategi S-O Strength-Opportunity atau Kekuatan-Peluang, yaitu strategi yang didasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal. Alternative Strategi S – O adalah sebagai berikut: a. Membangun hubungan baik antara pemerintah, LSM dan petani dalam pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat. 117 b. Perluasan usaha melalui pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat melalui pemanfaatan lahan, peningkatan mutu bibit, pemeliharaan dan pemasarannya. b. Strategi W - O Weakness-Opportunity atau Kelemahan-Peluang, yaitu strategi yang didasarkan pada pemanfaatan seluruh peluang eksternal bagi pengembangan yang telah dilakukan untuk mengatasi kelemahan internal yang ada. Alternatif Strategi W-O adalah sebagai berikut: a. Pengaktifan dan penguatan lembaga non formal dalam ikut mendukung pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat . b. Fasilitasi pemerintah terhadap pengembangan dan pengelolaan hutan rakyat serta perdagangan kayu rakyat. c. Peningkatan akses petani terhadap informasi, lembaga permodalan, dan penyuluhan serta pemasaran kayu rakyat. c. Strategi S – T Strength-Threat atau Kekuatan-Ancaman, yaitu strategi yang didasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal bagi pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat. Alternatif strategi S-T adalah sebagai berikut: a. Peningkatan pengetahuan usaha pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat mencakup budidaya yang baik dan pola perdagangan kayu rakyat. b. Pemberdayaan petani dalam bidang iptek, kelembagaan, dan pemasaran sesuai karekteristik sosial budaya setempat. d. Strategi W – T Weakness-Threat atau Kelemahan-Ancaman, yaitu strategi yang didasarkan untuk meminimalkan kelemahan internal untuk menghindari ancaman eksternal. Alternatif strategi W-T adalah sebagai berikut: a. Peningkatan kemandirian usaha pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat yang meliputi budidaya, pemeliharaan dan pemasaran. b. Membuka kerjasama antar pemerintah, LSM pendamping dan investor dalam menangani perdagangan kayu yang bersertifikasi.