Kondisi Sosial, Ekonomi Petani

59

5.1.2 Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan antara lain pemupukan, penyiangan, pemangkasan, penyulaman dan penjarangan. Dari beberapa kegiatan tersebut sebagian besar petani baik yang telah mendapatkan sertifikasi maupun belum mendapatkan sertifikasi tidak melakukan pemeliharaan sebagaimana mestinya. Kegiatan pemupukan tidak dilakukan oleh petani hutan rakyat secara langsung. Mereka hanya menumpuk serasah-serasah yang ada dan dikumpulkan dibawah pohon yang masih berdiri dengan harapan serasah-serasah tersebut dapat digunakan sebagai pupuk. Kegiatan penyiangan atau pembersihan lahan dari tanaman yang mengganggugulma tidak dilakukan dalam periode waktu tertentu melainkan hanya pada saat sedang melakukan pemeliharaan tanaman palawija di tegalan sekaligus juga pemeliharaan bagi tanaman kayu, apabila lahan tersebut dimanfaatkan juga sebagai lahan untuk menanam tanaman panganagroforestry. Selain itu kegiatan petani mencari hijaun pakan ternakmerumput secara tidak langsung juga merupakan kegiatan penyiangan. Kegiatan pemangkasan dan penyulaman sangat jarang dilakukan oleh petani disebabkan karena keterbatasan tenaga dan ekonomi petani dalam mengelola hutan rakyat. Hal ini yang merupakan salah satu penyebab perkembangan pohon kurang maksimal. Kegiatan penjarangan juga hampir sama seperti pada kegiatan pengelolaan lainnya, bahkan petani tidak sama sekali melakukan kegiatan penjarangan ini. Hal ini terjadi karena para petani merasa sayang ”eman-eman” untuk melakukan penebangan pohon yang telah hidup, maka jarak tanam pada hutan rakyat yang ada di lokasi penelitian tidak teratur dan sangat rapat. Sebagian besar tanaman yang tumbuh merupakan anakan dari pohon yang ada disekitarnya dan terubusan dari pohon yang telah ditebangsulen, dimana sulen ini dalam satu tonggak dapat mencapai 4 – 5 batang, secara jelas dapat terlihat pada Gambar 12. Oleh karena itu jarak tanamnya menjadi rapat, dari rapatnya tanaman-tanaman yang ada mengakibatkan pertumbuhan tanaman tersebut tidak maksimal. 60 Gambar 12 Bibit tanaman yang berasal dari terubusan sulen

5.1.3 Pemanenan

Pola pemanenan yang dilakukan oleh petani baik yang telah mendapatkan sertifikasi maupun belum mendapatkan sertifikasi hampir sama yaitu: a. Petani memanen menebang pohon untuk kebutuhan pribadi Pemanenanpenebangan pohon ini biasanya dilakukan ketika petani membutuhkan kayu untuk bangunan, baik untuk membangun rumah maupun membangun kandang ternak. Jumlah pohon yang dipanen disesuaikan dengan kebutuhan. Petani akan memilih pohon-pohon yang dirasa sudah layak tebang. Penebangan biasanya dilakukan di lahan pekarangan untuk meminimalisasi biaya produksi. Proses pemanenan dilakukan oleh petani sendiri dengan bantuan tetangga serta tenaga penggergaji yang ada di wilayah tersebut. Petani sudah memiliki gambaran pohon yang ditebang akan dijadikan ukuran-ukuran sesuai dengan kebutuhan dan pengolahannya dilakukan oleh tenaga penggergaji sesuai dengan permintaan petani. 61 Alat pengolahan kayu yang dimiliki oleh tenaga penggergaji sangat sederhana yang terdiri dari gergaji mesinchainsaw, gergaji pengolah dan kelengkapan lainnya kapak, tambang. Gergaji pengolahan ini dimodifikasi sedemikian rupa dari kendaraan roda empat yang telah rusak dan dijadikan sebagai mesin penggergaji yang mudah dipindahkangergaji portable. Biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani untuk pemanenan kayu sampai pengolahannya bisa dikatakan relatif terjangkau. Biaya yang dikeluarkan tergantung dari besar kecilnya batang yang akan dipanen dan diolah. Untuk membayar tenaga penggergaji pohon yang memiliki diameter kurang lebih 50 cm, biaya yang dikeluarkan oleh petani kurang lebih Rp 150.000,00. Secara rinci proses pemanenan yang dilakukan oleh petani tersaji pada Gambar 13 a dan b. a Proses penebangan pohon 62 b Proses pengolahan kayu Gambar 13 Proses pemanenan yang dilakukan oleh petani untuk kebutuhan pribadi b. Sistem tebang butuh Dalam sistem ini biasanya petani menjual langsung ke pedagang atau bakul. Kebanyakan petani akan melakukan pemanenan ketika membutuhkan biaya yang cukup besar untuk keperluan mendesak seperti untuk biaya masuk sekolah, biaya berobat ke rumah sakit dan sumbangankerukunan untuk pernikahan keluarga atau tetangga sehingga sistem pemanenan ini sering dinamakan dengan sistem tebang butuh. Ada dua pola dalam pemanenan sistem tebang butuh, yaitu: pertama petani menjual pohon yang besar dan meninggalkan pohon yang masih kecil atau tebang pilih dan kedua, petani menjual seluruh pohon yang ada di lahan miliknya dengan menebang seluruh pohon yang ada tanpa menyisakan sedikitpun yang sering disebut sistem tebasborong. Pada sistem pemanenan ini petani tidak terbebani biaya operasional maupun administrasi karena biaya ditanggung sepenuhnya oleh pedagangbakul. 63 Di lingkup Kecamatan Giriwoyo terdapat tiga bakul besar yang beroperasi, sedangkan pedagangbakul yang kecil kurang lebih 7 – 10 orang.

5.1.4 Pemasaran

Pemasaran kayu rakyat yang dilakukan oleh petani di lokasi penelitian dalam bentuk pohon masih berdiri, yaitu sistem penjualan dengan cara menghitung jumlah pohon yang akan dijual dengan satuan per pohon atau dengan sistem penjualan berdasarkan luasantebas. Untuk sistem penjualan per pohon, pohon yang akan dijual ditandai dengan cara menoreh sedikit kulit batang pohon sebagai tanda bagi pedagang untuk menunjukan pohon yang hendak dijual, sedangkan untuk sistem tebas, petani menjual seluruh tegakanpohon yang ada di sebidang lahan tanpa melihat jenis pohon maupun ukuran diameternya. Biasanya petani menjual kayu rakyat kepada pedagang kecil bakul dan pedagang besarpengepul. Bakul melakukan pembelian pohon berdiri dengan menanggung seluruh biaya produksi pemanenan, penyaradan dan pengangkutan, dan biaya administrasi pengurusan ijin tebangpengurusan Surat Keterangan Asal Usul SKAU yang diterbitkan oleh Kepala DesaLurah atau pejabat setingkat Kepala DesaLurah. Setelah membeli kayu rakyat dari petani, bakul menjual kembali kayu tersebut ke pedagang besarpengepul. Hal ini terjadi karena bakul tidak dapat menjual kayu rakyat tersebut keluar daerah sebelum memiliki badan hukum. Tidak berbeda dengan bakul, pengepul menanggung seluruh biaya produksi pemanenan, penyaradan dan pengangkutan biaya administrasinya yang meliputi pengurusan ijin tebangpengurusan Surat Keterangan Asal Usul Kayu SKAU di desa, pengurusan dokumen untuk pengangkutan kayu rakyat ke luar daerah Surat Keterangan Sahnya Kayu Bulat yang diterbitkan oleh petugas Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten. Pengepul yang ada di lokasi penelitian ada tiga dan ketiganya tergabung dalam sebuah organisasi yang dinamakan Asosiasi Pengusaha Kayu ASPEK yang didirikan di tingkat Kabupaten. Dengan keberadaan organisasi ini diharapkan dapat mendorong kerjasama antar pihak dalam pengusahaan pemasaranpenjualan kayu rakyat. Sesuai dengan keputusan Bupati Wonogiri