Variabel Pengamatan dan Definisi Operasional

49 Jumlah penduduk di lokasi penelitian yang meliputi dari empat desakelurahan, dimana dua desakelurahan yang tersertifikasi yaitu Desa Sajati dan Desa Tirtosuworo serta dua desa yang belum mendapatkan sertifikasi yaitu Desa Ngancar dan Desa Platarejo. Semua penduduk tersebut adalah warga negara Indonesia yang didominasi oleh suku Jawa. Adapun rincian jumlah penduduk tiap-tiap desa yang ada di lokasi penelitian tersaji pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah penduduk tiap-tiap desa di lokasi penelitian No DesaKelurahan Jumlah Penduduk Jumlah KK Kerapatan Km 2 Laki- Laki Perempuan Jumlah 1. Ngancar 1.192 1.134 2.326 724 109 2. Platarejo 1.837 1.822 3.659 971 145 3. Sajati 1.907 1.952 3.859 1.049 197 4. Tirtosuworo 1.486 1.571 3.057 1.008 116 Jumlah 12.901 3.752 Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri 2011

4.2.2 Pendidikan

Dilihat dari segi pendidikan, rata-rata tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Giriwoyo relatif rendah karena masih banyak masyarakat yang tidak tamat atau hanya tamat SD sebesar 56,61. Alasan utama masyarakat tidak melanjutkan pendidikan adalah kebutuhan ekonomi dan kesadaran petani untuk pendidikan masih relatif rendah. Tingkat pendidikan di lokasi penelitian yang meliputi dari empat desakelurahan, yang terbagi dalam dua desakelurahan yang tersertifikasi yaitu Desa Sajati dan Desa Tirtosuworo serta dua desakelurahan yang belum mendapatkan sertifikasi yaitu Desa Ngancar dan Desa Platarejo. Adapun rincian tingkat pendidikan ditiap-tiap desa yang ada di lokasi penelitian tersaji pada Tabel 11. 50 Tabel 11 Tingkat pendidikan masyarakat di lokasi penelitian No Tingkat Pendidikan Persentase Ngancar Platarejo Sajati Tirtosuworo 1. Tidak sekolah–tamat SDsederajat 61,15 56,07 50,94 56,44 2. Tamat SLTPSederajat 28,59 29,06 29,71 31,19 3. Tamat SLTASeserajat 9,48 13,62 18,14 11,71 4. Perguruan Tinggi 0,79 1,25 1,21 0,67 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Diolah dari data BPS Kabupaten Wonogiri 2011

4.2.3 Mata Pencaharian dan Pendapatan

Dilihat dari segi mata pencaharian di lokasi penelitian mayoritas masyarakat menggantungkan kehidupannya dari pengelolaan lahan, baik sebagai petani maupun sebagai buruh tani. Sebagian besar masyarakat jika dilihat dari jenis lahan garapannya terbagi ke dalam beberapa kategori, yaitu petani penggarap sawah basah saja, petani penggarap lahan kering atau tegal gunung saja serta petani penggarap lahan keringtegal gunung dan sawah. Lahan keringtegal gunung, sawah basah dan lahan pekarangan yang kesemuanya itu merupakan milik pribadi petani. Mata pencaharian masyarakat di lokasi penelitian yang meliputi empat desakelurahan, yang terbagi dalam dua desakelurahan yang tersertifikasi, yaitu Desa Sajati dan Desa Tirtosuworo serta dua desakelurahan yang belum mendapatkan sertifikasi yaitu Desa Ngancar dan Desa Platarejo. Adapun rincian mata pencaharian masyarakat di tiap-tiap desa yang ada di lokasi Tabel 12 51 Tabel 12 Mata pencaharian masyarakat di lokasi penelitian No Jenis Pekerjaan Persentase Ngancar Platarejo Sajati Tirtosuworo 1. Petani 16,40 15,29 17,65 13,26 2. Buruh Tani 7,72 7,57 15,45 4,52 3. Pengusaha Kecil 1,38 0,78 0,94 2,53 4. Buruh Industri 1,28 0,44 0,53 0,23 5. Buruh Bangunan 0,75 0,50 0,44 4,02 6. Pedagang 1,22 0,72 0,79 0,50 7. Angkutan 4,21 1,12 1,20 0,50 8. PNSTNIPolri 1,28 0,50 1,29 0,69 9. Lain-lain 65,76 73,09 61,76 73,63 Jumlah Sumber : Diolah dari data BPS Kabupaten Wonogiri 2011 53

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat

5.1.1 Penanaman

Hutan rakyat yang ada di lokasi penelitian yaitu Desa Ngancar, Desa Platarejo, Desa Sajati dan Desa Tirtosuworo Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri berkembang seiring dengan program penghijauan di lahan tegal, pekarangan dan turus jalan yang dirintis sejak tahun 1956 – 1978. Hal ini terjadi karena dilatarbelakangi: 1 banyaknya lahan hutan milik negara yang mengalami kerusakangundul, 2 mengikuti anjuran pemerintah untuk menanggulangi banjir di waduk Gajah Mungkur, 3 berkembangnya kebun bibit dusun KBD atau yang biasa disebut sebagai tanpaan secara swadaya yang dikoordinir oleh Kepala Dusun, 4 adanya proyek penghijauan dari Word Food Program WFP dengan pemberian bibit akasia dan glirisida trimudajajaran untuk ditanam di lahan petani dan dalam proses penanamannya petani mendapatkan upah berupa bulgur, sarden, susu, dan minyak goreng. Pada tahun 1978 – 1998 ada kegiatan penanaman dengan program terasering yang bertujuan untuk menanggulangi banjir dan tanah longsor dengan mengelola lahan sesuai dengan kontur tanah nyabuk gunung. Sampai dengan tahun 2000-an kegiatan penanaman terus digalakkan oleh pemerintah dengan melibatkan petani, seperti GNRHL dan GERHAN PERSEPSI 2006. Hutan rakyat di lokasi penelitian umumnya didominasi oleh jenis tanaman jati Tectona grandis, mahoni Swietenia mahagony dan akasia Acacia auriculiformis. Jenis-jenis lain diantaranya adalah sonokeling Dalbergia latifolia, nangka Artocarpus heterophyllus, melinjo Gnetum genemon dan jambu mete Anacardium occidentale L Pada prinsipnya, pengelolaan hutan rakyat di lokasi penelitian, baik yang sudah mendapatkan sertifikasi maupun belum mendapatkan sertifikasi berbasis lembaga keluarga, sehingga kegiatan pembangunan, pemeliharaan dan pemanfaatan juga dijalankan ”dari-oleh-untuk” keluarga. Variasai perbedaan . 54 pengelolaan hutan rakyat terjadi antar keluarga, antar desa, dan antar wilayah. Berdasarkan aspek variasi jenis, hutan rakyat yang ada di lokasi penelitian dapat dibedakan menjadi: 1 hutan rakyat monokultur, yang didominasi oleh satu jenis pohon, 2 hutan rakyat campuran, yang tersusun oleh dua atau lebih jenis pohon. Berdasarkan lokasi dan bentuknya, hutan rakyat yang ada di lokasi penelitian dibedakan menjadi: a. Sawah Sawah merupakan bentuk pemanfaatan lahan yang digunakan untuk budidaya tananam pangan. Sawah yang ada di lokasi penelitian adalah tanah tadah hujan, yang menggantungkan pengairannya terutama dari air hujan. Seiring dengan berkembangnya hutan rakyat, petani yang pada awalnya hanya menanam tanaman palawija jagung, ketela pohonsingkong, kedelai dan kacang tanah mulai tahun 1990-an petani dapat menanam padi, bahkan dalam dua tahun petani dapat melakukan panen sebanyak 7 kali 4 kali palawija dan 3 kali padi. Hal ini terjadi karena banyaknya mata air yang muncul di beberapa titik. Potensi sawah yang besar di lokasi penelitiaan adalah di Desa Platarejo karena wilayah ini bisa dikatakan lebih datar dibandingkan dengan wilayah lainnya. Di sawah ini tanaman pangan lebih mendominasi dibandingkan dengan tanaman kayu. Biasanya petani menanami tananam berkayu di pematang sawah, dimana penanaman tersebut berfungsi sebagai batas kepemilikan dan mengurangi erosi tanah. Secara singkat pemanfaatan lahan sawah untuk tanaman pangan dan tanaman kayu atau pola tumpangsariagroforestry tersaji pada Gambar 6. 55 Sumber : PERSEPSI 2006 Gambar 6 Sketsa pemanfaatan lahan sawah dengan pola tumpangsari Gambar 7 Pemanfaatan lahan di lahan sawah dengan pola tumpangsari 56 b. TegalanTegal Gunung Tegal Gunung merupakan lahan kering yang berada lebih jauh dari tempat tinggal petani. Tegal Gunung inilah yang dijadikan petani untuk dikembangkan menjadi hutan rakyat. Selain itu Tegal Gunung ini kurang begitu cocok untuk ditanami tanaman pangan karena memiliki kelerengan yang cukup terjal dan tanahnya didominasi oleh batu-batuan berkapur batu bertanah. Secara singkat gambaran pemanfaatan Tegal Gunung dan jenis tanah yang ada dapat terlihat pada Gambar 8 dan 9. Sumber : PERSEPSI 2006 Gambar 8 Sketsa pemanfaatan lahan di Tegal Gunung 57 Gambar 9 Kondisi Tanah yang ada di Tegal Gunung c. Pekarangan Pekarangan merupakan lahan yang berada di sekitar bangunan rumah, petani biasanya menata sedemikian rupa untuk memaksimalkan lahan yang ada selain bangunan rumah, petani menanami lahan-lahan yang kosong dengan tanamam pangan, tanaman obatempon-empon, buah-buahan dan tanaman berkayu. Pemanfaatan lahan pekarangan ini biasanya memiliki ciri selain bangunan rumah terdapat kandang ternak baik itu ternak kambing maupun ternak sapi. Batas tanah ditanami dengan tanaman berkayu untuk menandakan kepemilikan. Lahan di depan rumah ditanami dengan tanaman buah-buahan dan sayur-sayuran, sedangkan di samping dan belakang rumah selain tanaman berkayu juga ditanami dengan tanaman obat-obatanempon-empon Gambar 10 dan 11. 58 Sumber : PERSEPSI 2006 Gambar 10 Sketsa pemanfaatan lahan Pekarangan Gambar 11 Pemanfaatan lahan Pekarangan