Kekuatan Strength, meliputi : Kelemahan Weakness, meliputi:

120 a. Peningkatan pengetahuan usaha pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat, mencakup budidaya yang baik dan pola perdagangan kayu rakyat dengan melakukan penyuluhan, pelatihan dan pembinaan. b. Pemberdayaan petani dalam bidang iptek, kelembagaan, dan pemasaran sesuai karekteristik sosial budaya setempat.

5.11.3 Tahap Pengambilan Keputusan

Tahap pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan matriks QSPM David 2009. QSPM membutuhkan penilaian yang baik dan obyektif menggunakan skor ketertarikan atau attractiveness score AS. Pemberian skor ketertarikan AS dilakukan oleh stakeholder yang berkompeten sehingga obyektifitas dapat dipertahankan. Hasil analisis penentuan prioritas strategi pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat tersaji pada Tabel 54. Tabel 54 Rekapitulasi matrik pengambilan keputusan penguatan modal sosial pada pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat di lokasi penelitian Faktor Strategis bobot Skor Ketertarikan Strategi I Strategi II AS TAS AS TAS Faktor strategi internal Kekuatan Kelemahan 0,600 0,400 3,486 2,921 2,091 1,168 3,186 2,492 1,911 1,054 Total 1,000 6,406 3,260 5,821 2,965 Faktor strategi eksternal Peluang Ancaman 0,363 0,637 2,886 3,000 1,048 1,911 2,771 2,964 1,006 1,888 Total 1,000 5,886 2,959 5,736 2,894 Total skor ketertarikan 6,219 5,859 Strategi terpilih I II Hasil matriks QSPM menunjukkan bahwa strategi prioritas alternatif yang terpilih adalah alternatif pertama, yaitu: Peningkatan pengetahuan usaha pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat mencakup budidaya yang baik dan pola perdagangan kayu rakyat dengan melakukan penyuluhan, pelatihan 121 dan pembinaan dengan total attractiveness score 6,219, lebih besar daripada alternatif kedua atau pemberdayaan petani dalam bidang iptek, kelembagaan, dan pemasaran sesuai karekteristik sosial budaya setempat total attractiveness score 5,859. Melalui strategi pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat dengan strategi tersebut, masyarakat didorong untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian dalam bidang pengelolaan, pemeliharaan maupun pemasaran kayu rakyat. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan suatu pemahaman dan pengetahuan baru dalam mengadopsi suatu perubahan sesuai dengan karakteristik masyarakat. Beberapa program yang dapat dilakukan untuk pengembangan strategi tersebut antara lain program pendidikan dan penyuluhan, pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah maupun LSM yang konsen terhadap keberadaan hutan rakyat serta pemasarannya. Secara detail alternatif strategi yang dipilih oleh stakeholders tersaji pada Gambar 16. Gambar 16 Perbandingan nilai skor ketertarikan stakeholders pada berbagai strategi alternatif Program peningkatan pengetahuan petani mengenai penegelolaan ini diharapkan dapat meningkatkan keahlian dan keterampilan masyarakat secara umum dalam pengelolaan hutan rakyat dan bagaimana mengekstrak produk 0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 Alternatif Kebijakan I Alternatif Kebijakan II 122 sehingga diperoleh hasil yang mempunyai nilai lebih dan dapat dijual. Sesuai dengan temuan penelitian bahwa pendidikan baik formal maupun non formal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat modal sosial petani sehari-hari, maka peningkatan pengetahuan petani menjadi sesuatu yang penting. Program peningkatan pengetahuan petani mengenai pengelolaan hutan rakyat yang baik dapat dilakukan dengan penyuluhan, pelatihan dan kursus serta pembinaan berbasis pada pengelolaan hutan rakyat yang baik. Pelatihan yang dapat diberikan antara lain bagaimana cara memilih dan mengambil buah yang berkualitas untuk bibit, dan pemeliharaan yang menggunakan teknik silvikultur yang baik. Diharapkan dengan meningkatnya pengetahuan petani mengenai program tersebut, petani paham mengenai pengelolaan hutan rakyat yang benar, dan dari pengelolaan yang benar ini membawa dampak penghasilan petani yang lebih baik. 123

VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Karakteristik individu yang dapat diidentifikasi dari lokasi penelitian hutan rakyat baik yang tersertifikasi Desa Sajati dan Desa Tirtosuworo maupun yang belum yang tersertifikasi Desa Ngancar dan Desa Platarejo adalah umur, pendidikan formal dan non formal, pendapatan, tingkat kesehatan, luas lahan, lama tinggal, dan status sosial dengan tingkat karakteristik individu pada kategori sedang. Unsur modal sosial yang dapat diidentifikasi dari masyarakat adalah kepercayaan, jaringan, norma sosial, tindakan yang proaktif dan kepedulian, baik di lokasi hutan rakyat yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi dengan tingkat modal sosial petani pada kategori tinggi. Pola perdagangan kayu rakyat yang terdiri dari tata waktu penjualan, rantai tataniaga dan sistem penjualan baik di lokasi yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi termasuk dalam saluran tiga. Karakteristik individu petani di lokasi hutan rakyat yang telah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi yang berhubungan nyata dengan unsur modal sosial adalah umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, tingkat pendapatan, dan status sosial, sedangkan untuk yang belum tersertifikasi yang berhubungan nyata dengan unsur modal sosialnya adalah umur, pendidikan formal, pendidikan non formal dan tingkat pendapatan. Karakteristik individu yang berkorelasi dengan pola perdagangan kayu rakyat untuk lokasi yang tersertifikasi adalah tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal, tingkat pendapatan dan status sosial sedangkan untuk lokasi yang belum tersertifikasi adalah tingkat pendidikan non formal, tingkat pendapatan, luas lahan dan status sosial. Modal sosial yang berkorelasi dengan pola perdagangan di lokasi yang tersertifikasi adalah tindakan yang proaktif, sedangkan untuk lokasi yang belum tersertifikasi selain tindakan proaktif, jaringan juga memiliki korelasi positif dengan pola perdagangan kayu rakyat.