354 354 452 236 Hubungan Karakteristik Individu dengan Perdagangan Kayu Rakyat

113 internal sumbu absis dalam pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat memiliki skor sebesar 1,395. Menurut David 2009, apabila total skor di bawah skor rata-rata 2,50, menunjukkan bahwa faktor kekuatan yang dimiliki masyarakat belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk mengatasi kelemahan- kelemahan yang ada. Faktor Eksternal Selain faktor internal, pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Evaluasi terhadap faktor eksternal juga dilakukan oleh stakeholders seperti pada evaluasi faktor internal. 1. Peluang Opportunity, meliputi: - Dukungan kebijakan, dana dan infrastruktur dari instansi terkait - Dukungan dari pemerintah lokal - Permintaan kayu semakin meningkat - Adanya alih fungsi lahan - Dukungan fasilitas dan pendamping dari LSM PERSEPSI

2. Ancaman Threat

, meliputi : - Program pengembangan dan pengelolaan hutan rakyat yang dilaksanakan terbatas pada keproyekan - Kegiatan sosialisasi, pendampingan dan penyuluhan tentang pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat belum maksimal - Kondisi lahan yang kritis “batu bertanah” - Ketergantungan yang besar terhadap pedagangbakul - Adanya sumbangan yang dibebankan dalam pemanenan kayu ditingkat desa - Adanya kebijakan retribusisumbangan terhadap pengangkutan kayu - Belum adanya perbedaan harga kayu rakyat yang dihasilkan dari lahan yang tersertifikasi dengan yang belum tersertifikasi - Minimnya pasar yang membeli kayu rakyat yang tersertifikasi Hasil penilaian bobot rata-rata tiap faktor strategi eksternal didapatkan dari beberapa stakeholder Lampiran 16 dapat ditampilkan pada matrik evaluasi faktor eksternal atau external factor evaluation EFE. Secara rinci matriks EFE 114 dalam pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 52. Tabel 52 Matriks EFE dalam pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat No Faktor Internal Rata-rata Bobot Rata-rata Rating Nilai Pengaruh A Peluang 1. Dukungan kebijakan, dana dan infrastruktur dari instansi terkait 0,092 3,429 0,316 2. Dukungan dari aparat pemerintahan lokal 0,093 3,571 0,332 3. Permintaan kayu rakyat semakin meningkat 0,090 3,571 0,321 4. Adanya alih fungsi lahan 0,051 2,714 0,140 5. Adanya fasilitasi dari LSM PERSEPSI dalam pengelolaan hutan lestari 0,049 2,571 0,127 Total 0,376 1,235 B Kelemahan 1. Program pengembangan dan pengelolaan hutan rakyat yang dilaksanakan terbatas pada tingkat keproyekan. 0,098 4,000 0,391 2. Kegiatan sosialisas, pendampingan dan penyuluhan tentang pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan belum maksimal 0,095 4,000 0,380 3. Kondisi lahan yang kritis umumnya batu bertanah 0,100 4,000 0,400 4. Ketergantungan yang besar terhadap pedagangbakul 0,084 3,000 0,253 5. Adanya sumbangan yang di bebankan dalam pemanenan kayu ditingkat desa 0,031 2,000 0,063 6. Kebijakan retribusisumbangan terhadap pengankutan kayu 0,029 2,000 0,059 7. tidak ada nya perbedaan harga antara kayu rakyat yang dihasilkan dari lahan yang telah tersertifikasi dengan yang belum tersertifikasi 0,096 3,000 0,287 8. Minimnya pasar yang membeli kayu rakyat yang telah tersertifikasi 0,091 4,000 0,363 Total 0,624 2,196 Kecenderungan terhadap faktor internal -0,960 115 Tabel 52 menunjukkan bahwa peluang dengan nilai pengaruh tertinggi adalah “adanya dukungan pemerintah lokal dalam pengelolaan hutan rakyat dan perdagangan kayu rakyat 0,332, sedangkan peluang dengan nilai pengaruh terkecil adalah “ adanya fasilitasi dari LSM PERSEPSI dalam pengelolaan hutan lestari ” 0,127. Dukungan pemerintah lokal kaitannya dengan transfer informasi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah ke petani melalui aparatur yang paling rendah, dan biasanya transformasi ini dilakukan oleh kepala dusun. Selain itu dukungan dari pemerintah lokal adalah mempermudah administrasi dalam kegiatan perdagangan kayu rakyat yang ada. Adanya alih fungsi lahan yang terjadi di lokasi penelitian merupakan salah satu peluang yang ada, akan tetapi peluang ini memiliki nilai yang paling kecil. Alih fungsi lahan ini terjadi karena seiring dengan banyaknya satwahewan liar celeng, rusa dan landak yang menyerang lahan petani yang ditanami tanaman pangan. Dengan adanya serangan satwa ini, petani enggan untuk menanam tanaman pangan dilokasi yang jauh dari pemukiman. Oleh karena itu, petani menanami lahan yang jauh dari pemukiman tersebut dengan tanaman keras. Nilai pengaruh terbesar pada peubah ancaman adalah “kondisi lahan yang kritisbatu bertanah” 0,400. Kondisi lingkungan di lokasi penelitian merupakan dataran tinggi yang didominasi oleh bebatuan, baik batu kapur maupun batu alam dan memiliki solum tanahnya yang sangat tipis. Hal ini yang menjadi salah satu faktor jarak tanam hutan rakyat tidak teratur. Sedangkan nilai peluang dengan nilai pengaruh terkecil adalah adanya “Kebijakan retribusisumbangan terhadap pengankutan kayu” 0,059, sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 1 tahun 2012 tentang Pelayanan Ijin Pengangkutan Kayu Rakyat, yang menyebutkan bahwa setiap pengangkutan kayu yang dilakukan oleh pedagang dibebani biaya yang disesuaikan dengan jenis kayu yang diangkut. Besar kecilnya sumbangan tersebut telah diatur dengan ketentuan sebagai berikut: - Kayu Jati : Rp 15.000m3 - Kayu Mahoni, Akasia dan Sonokeling : Rp 10.000m3 - Kayu Jenis Lainnya : Rp 5.000m3 - Kayu BakarRantingBongkaran Rumah : Rp 5.000m3