Tingkat Modal Sosial Petani dalam Pengelolaan Hutan Rakyat dan
103
Tabel 46 Hubungan antara karakteristik individu pola perdagangan kayu rakyat di lokasi penelitian yang tersertifikasi
. No
Karakteristik Individu Pola Perdagangan
Tata waktu Rantai Pemasaran
Sistem penjualan
1. umur
0,129 -0,054
-0,162 2.
Pendidikan formal 0,070
0,301 -0,103
3. Pendidikan non formal
0,325 0,240
-0,072 4
Pendapatan
0,375 0,415
0,255 5.
Tingkat kesehatan 0,096
0,085 0,041
6. Luas lahan
0,013 -0,063
0,150 7.
Lama tinggal 0,073
-0,237 0,031
8. Status sosial
0,259 0,255
0,312
Keterangan : Korelasi nyata pada taraf 0,01
Korelasi nyata pada taraf 0,05
Tabel 47 Hubungan antara karakteristik individu dengan pola perdagangan kayu rakyat di lokasi penelitian yang belum tersertifikasi
. No
Karakteristik Individu Pola Perdagangan
Tata waktu Rantai Pemasaran
Sistem Penjualan
1. umur
0,207 -0,016
-0,016 2.
Pendidikan formal 0,258
0,238 -0,238
3. Pendidikan non formal
0,653 0,225
0,255 4.
Pendapatan 0,321
0, 354 0, 354
5. Tingkat kesehatan
0, 131 0, 081
0, 081 6.
Luas lahan
0,306 0, 022
0, 022 7.
Lama tinggal 0,058
0,036 0,036
8. Status sosial
0, 452 0,236
0,236
Keterangan : Korelasi nyata pada taraf 0,01
Korelasi nyata pada taraf 0,05
Tabel 46 menjelaskan korelasi antara karakteristik individu dengan pola perdagangan kayu rakyat di lokasi penelitian yang telah tersertifikasi. Pendidikan
formal berkorelasi positif dengan rantai pemasaran. Hal ini berarti semakin tinggi pendidikan petani maka semakin paham tentang rantai pemasaran yang ada di
lingkungannya dalam hal penjualan kayu rakyat. Petani lebih banyak yang menjual kayu rakyatnya kepada para pedagang besarpengepul dibandingkan
104
dengan bakul-bakul yang kecil. Semakin pendek rantai pemasaran yang ada semakin tinggi pendapatan dari penjualan kayu rakyat.
Pendidikan non formal berkorelasi positif dengan tata waktu penjualan kayu. Hal ini berarti semakin seringnya petani mengikuti pendidikan non formal
seperti kursuspelatihan, dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka untuk dapat mengenal orang lain, lembaga ataupun suatu keadaan lebih
baik daripada orang yang tidak pernah mengikuti kursuspelatihan. Pendidikan non formal membuat masyarakat lebih proaktif dalam bertindak, karena seseorang
mampu berbagi informasi, pengetahuan dan pengalaman bagaimana cara untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam perdagangan kayu yang dilakukan.
Pendapatan berkorelasi positif dengan tata waktu penjualan dan rantai pemasaran. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan petani
semakin kurang menebang kayu untuk kebutuhan kehidupannya. Dengan jarangnya petani menebang kayu untuk dijual, secara tidak langsung membuat
kayu itu semakin mendekati daur tebang. Berdasarkan aturan Bupati Wonogiri Nomor 1 tahun 2012 tentang Pelayanan Ijin Pengangkutan Kayu Rakyat di
Kabupaten Wonogiri dipersyaratkan keliling setinggi dada 130 cm jenis-jenis pohon yang boleh ditebang oleh petani dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jati
: ≥ 80 cm
b. Mahoni
: ≥ 80 cm
c. Acacia
: ≥ 80 cm
d. Sonokeling
: ≥ 80 cm
e. Kayu Jenis Lain
: ≥ 80 cm
Pendidikan non formal juga berkorelasi positif dengan rantai pemasaran kayu rakyat yang dilakukan oleh petani. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
pengalaman yang didapatkan dari pelatihan-pelatihan, petani mampu membuat jaringan dengan petani lain yang memiliki kedekatan dengan para pembeli atau
pedagang yang lebih besarpengepul. Status sosial petani berkorelasi positif dengan pola penjualan kayu
berdasarkan sistem penjualan. Semakin tinggi status sosial yang dimiliki, petani mempunyai pengalaman dan pengetahuan bagaimana menjual kayu dalam bentuk
105
kubikan. Status sosial ini juga ini juga berkorelasi dengan pendapatan, dimana kayu dijadikan investasi bukan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup.
Sedangkan pada Tabel 47 terlihat bahwa petani yang berada di lokasi penelitian yang belum tersertifikasi, korelasi yang terjadi hampir sama dengan
pola yang terjadi di lokasi yang telah tersertifikasi. Ada yang berbeda sedikit dari korelasi yang terjadi pada status sosial petani, jika pada lokasi yang telah
tersertifikasi ststus sosial berkorelasi positif dengan sistem penjualan sedangkan di lokasi yang belum tersertifikasi status sosial berkorelasi dengan tata waktu
penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa petani yang memiliki status sosial yang tinggi di lingkungannya, maka petani tersebut akan sangat jarang sekali
melakukan penebangan kayu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena dengan status sosial yang tinggi petani tersebut telah sejahtera.