PENDEKATAN PENELITIAN KUALITATIF Buku Ajar METODE PENELITIAN KUALITATIF

BAB 2 PENDEKATAN PENELITIAN KUALITATIF

Standar Kompetensi: Mahasiswa mampu melakukan penyusunan penelitian kualitatif. Kompetensi Dasar:Mahasiswa dapat memahami pendekatan penelitian kualitatif. Keterkaitan kompetensi dasar dengan standar kompetensi adalah bahwa pendekatan penelitian kualitatifadalah bagian dari dasar metode penelitian kualitatif. Kompetensi dasar pada bagian bab ini merupakan bagian dari standar kompetensi pada mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif. Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian macam-macam pendekatan penelitian kualitatif. Uraian 2.1 Macam-macam Pendekatan Penelitian Kualitatif Banyak pakar yang sudah mencoba menguraikan macam- macamjenis pendekatan penelitian kualitatif. Masing-masing menjabarkan tergantung dari sudut pandang dan faham penelitian yang dianutnya. Menurut Mukhtar 2013 penelitian deskriptif yang pada umumnya bertolak pada penelitian sosial, model jenis apapun yang dipilih atau analisa data yang bagaimanapun yang digunakan, pada prinsipnya dapat saja dilakukan sepanjang peneliti tetap dalam paradigma penelitian kualitatif deskriptif. Mukhtar 2013 membagi jenis-jenis penelitian deskriptif kualitatif dalam 6 kelompok, yakni Analisis Dokumen, Penelitian Historis, Analisis Isi, Studi Kasus, Etnografis, dan Penelitian Naturalistik. Sedangkan menurut Fatchan 2011 dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian Kualitatif” membagi pendekatan penelitian kualitatif dalam 9 macam, yaitu Fenomenologi, Konstruksionistik, Etnometodologi, Etnografi, Interaksi Simbolik, Heuristik, Hermeneutik, Historis dan Inquiri Filosofi. Lain halnya dengan Kahija 2006 yang membagi pendekatan penelitian kualitatif menjadi 5 macam, yaitu Biografis, Fenomenologis, Studi Kasus, Etnografis dan Grounded Theory. Murti 2010 membagi pendekatan 6 6 | M e t o d e P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f penelitian ini dalam 3 komponen dimana salah satu komponen justru merupakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan menurut Murti 2010 ini adalah pendekatan dengan paradigma Positivistik lebih mengarah pada metode kuantitatif, Fenomenologi, dan Hermeneutik dua pendekatan terakhir ini lebih mengarah pada metode kualitatif. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing jenis penelitian :

A. Analisis Dokumen Document Analysis

Penelitian analisis deskriptif sering juga dipahami dengan analisis informasi information analysis dan kadang-kadang sulit dipisahkan dengan atau dianggap sama dengan model penelitian analisis isi content analysis. Selain itu penelitian ini juga sering dikaitkan dengan penelitian sejcarah historis research, padahal keduanya memiliki perbedaan dari segi data yang cukup signifikan. Dalam analisis dokumen menggunakan datainformasi yang relatif baru atau belum terlalu lama, sehingga memiliki aktualitas yang cukup tinggi Mukhtar, 2013. Menurut Mukhtar 2013, dalam penelitian jenis ini data yang digunakan cenderung berupa benda-benda tertulis, walaupun tidak mustahil dalam bentuk film, foto, peta dan sebagainya. Data-data yang digunakan dapat berupa dokumen yang telah berlalu atau yang masih dipergunakan. Data dapat diperoleh dari sumber-sumber perpustakaan atau di tempat-tempat dimana dokumen tersebut berada. Selain itu dikenal pula dokumen personel pribadi, yakni dokumen yang sumber datanya diperoleh dari informan atau orang personel.

B. Penelitian Historis Historis Studies

Menurut Mukhtar 2013 penelitian historis adalah penelitian yang dilakukan dengan penelaah dokumen serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilakukan secara sistematis. Penelitian historis identik dengan penelitian dokumen, perbedaannya terletak dari sudut data. Dalam penelitian sejcarah, data yang digunakan jauh lebih lama, diantcaranya telah berabad-abad atau yang sudah layak bernilai sejcarah seperti perang salib, perang dunia kedua, revolusi kemerdekaan RI, dan sebagainya Mukhtar, 2013. Fatchan 2011 mendeskripsikan penelitian historis sebagai salah satu jenis penelitian yang hendak mengkonstruksi kondisi masa lalu secara sistematis, obyektif dan akurat yang mana dalam penelitian ini bukti-bukti dikumpulkan, dievaluasi, dianalisis, dan disintesiskan. Selanjutnya dengan bukti-bukti itu dirumuskanlah suatu kesimpulannya. Kadangkala penelitian jenis ini digunakan untuk membuktikan hipotesis tertentu Fatchan, 2011. P e n d e k a t a n P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f | 7 Data penelitian historis diperoleh melalui deskripsi berbagai catatan, artefak, atau berbagai jenis laporan verbal lainnya. Hasil penelitiannya biasanya berupa ncaratif deskriptif ncarativedescription, atau analisis terhadap berbagai peristiwa pada masa lampauFatchan, 2011. Data-data penelitian historis pada umumnya dititikberatkan pada upaya menelaah dokumen hasil hasil rekaman pcara ahli dari berbagai bidang, misalnya ahli jurnalistik, ahli hukum, kedokteran, penulis harian, fotografi dan lainnya. Analisis data dengan jenis penelitian histori, kekuatannya tergantung dari keauntetikan data akurasi data dan interpretasi data yang dilakukan oleh si peneliti.

C. Analisis Isi Content Analysis

Mukhtar 2013 mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru replicable dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis ini mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemprosesan data ilmiah. Tujuannya adalah untuk memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, menyajikan “fakta” dan panduan praktis pelaksanaannya. Menurut Krippendorf 1993 yang dikutip oleh Mukhtar 2013 dikatakan secara tegas bahwa sebagai alat ilmu pengetahuan ia harus handal reliable, utamanya ketika peneliti lain, dalam waktu yang bcarangkali berbeda, menerapkan teknik yang samaterhadap data yang sama, maka hasilnya harus sama. Penelitian ini banyak dilakukan pada berbagai penerbitan media cetak seperti buku-buku, majalah dan koran. Selain itu, penelitian ini dapat dilakukan untuk menganalisis Undang-Undang, peraturan pemerintah, surat keputusan presiden, keputusan menteri, laporan-laporan dan juga naskah-naskahMukhtar, 2013.

D. Studi Kasus Case Studies

Kahija 2006 mendefinisikan studi kasus sebagai suatu penelitian satubeberapa kasus dengan menggali informasi dari beberapa sumber. Dalam bukunya Mukhtar 2013 mengungkapkan bahwa metode penelitian ini sangat cocok digunakan saat seorang peneliti ingin mengu ngkap sesuatu dengan bertolak pada pertanyaan “How” atau ”Why”. Dilihat dari sudut kegunaannya, studi kasus dapat dipakai untuk penelitian kebijakan, ilmu politik, dan administrasi umum, pendidikan, psikologi, dan sosiologi, studi organisasi dan manajemen, lingkungan dan agama, dan sebagainya Mukhtar, 2013. Menurut Mukhtar 2013 penelitian jenis ini dibedakan menjadi 3 tipe, yakni Studi Kasus Eksplanotaris, Studi Kasus Eksploratoris, dan 8 | M e t o d e P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f Studi Kasus Deskriptif. Studi kasus eksplanatoris sangat baik untuk melihat penjelasan-penjelasan atau suatu peristiwa yang sama atau berbeda, dan menunjukkan rangkaian kasus seperti itu dapat berlaku atau diaplikasikan pada situasi atau peristiwa yang lain. Sedangkan studi kasus eksplorotaris dapat dipergunakan untuk mengungkapkan suatu kejadian atau peristiwa, dimana berlangsungnya suatu peristiwa yang bersifat berkelanjutan continue antcara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang berikutnya. Untuk studi kasus deskriptif sangat baik dipergunakan untuk melacak suatu peristiwa atau hubungan antar pribadi, menggambarkan subbudaya yang sudah jcarang menjadi topic penelitian dan menemukan fenomena kunci seperti kemajuan karir, prestasi dan berbagai realitas yang muncul dalam masyarakat.

E. Penelitian Etnografis Etnografis Studies

Menurut Fatchan 2011 penelitian kualitatif dengan menggunakan kajian etnografis berakar dari disiplin ilmu antropologi, yang lebih memusatkan pada permasalahan pokok : Apakah yang dimaksud dengan kebudayaan dalam kelompok masyarakat tertentu?Artinya bahwa etnografi adalah suatu upaya untuk memeriksa kebudayaan dengan segi-segi yang mendasarinya. Muhadjir 1990 yang dikutip oleh Mukhtar 2013 juga menjelaskan bahwa penelitian dengan model etnografis bertolak dari landasan dasar filsafat phenomenologi dari Weber yang dikenal juga dengan “verstehen”. Penelitian deskriptif model etnografi merupakan suatu deskripsi tentang suatu ccara berfikir, hidup berperilaku individu atau sekelompok masyarakat. Pendapat Mukhtar 2013 ini sejalan dengan pendapat ahli Kahija 2006 bahwa etnografis cenderung mendeskripsikan dan menginterpretasikan kelompok sosial atau budaya tertentu. Dalam bukunya Kahija menulis : Inti dari etnografi adalah “Alami langsung dengan MELAKUKANNYA Di dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan ini, peneliti belajar untuk terjun langsung dan tinggal di lapangan. Peneliti perlu mengobservasi dan berpartisipasi langsung dalam kehidupan subjek-subjek penelitian. Dengan begitu, peneliti bisa mendeskripsikan secara detail dan teliti. Perlu di catat bahwa dalam pendekatan ini, peneliti tidak dianjurkan untuk menjelaskan, tetapi mendeskripsikan. Oleh karena itulah etnografi mengajarkan peneliti untuk menjadi seorang peneliti yang penuh perhatian, sehingga dalam hal ini kemampuan observasi sangat diperlukan Kahija, 2006. P e n d e k a t a n P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f | 9 Kajian ini dapat menggambarkan secara mendalam tentang suatu kebudayaan berdasarkan atas keberadaan individu dan kelompoknya, yang berkaitan dengan apa yang dilakukan, apa yang diketahui, serta berbagai jenis peralatan dan barang yang dibuat dan dipergunakannya Fatchan, 2011. Lebih lanjut Fatchan menjelaskan tentang kebudayaan. Menurutnya, kebudayaan diartikan sebagai perolehan pengetahuan yang digunakan orang untuk menafsirkan penglaman dan membuahkan tingkah laku. Kebudayaan merangkum tentang apa yang dilakukan manusia, apa yang diketahuinya, dan barang-barang apa yang dibuat serta dipergunakannya Fatchan, 2011. Dalam suatu penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan etnografi ini mengarah pada upaya untuk menjelaskan tindakan atau tingkah laku manusia, yang kemudian mendeskripsikannya secara lengkap tentang apa yang diketahuinya, hingga menjadikan mereka bertingkah laku atau bertindak sesuai dengan nuraninya akal sehatnya dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya. Tujuan utama penelitian dengan pendekatan ini adalah untuk mengungkap berbagai makna yang oleh peserta atau pelaku kebudayaan dianggap sebagai hal yang sudah sewajarnya atau semestinya, lalu berupaya menjelaskan pemahaman baru yang didapat di dalamnya. Penelitian model etnografi menganjurkan agar mengkonstruksi konsepnya berdasarkan proses induktif atas empiric yang dikonstruksikan atas sesuatu berdasarkan cara pandang atau pola perilaku masyarakat sebagai subyek penelitian. Dalam istilah lain dikenal dengan pemahaman dari sudut emik Mukhtar, 2013.

F. Penelitian Naturalistik Naturalistic Inquiry

Penelitian jenis ini dikembangkan oleh Lincoln dan Guba. Mukhtar 2013 mendefinisikan penelitian naturalistik sebagai penelitian deskriptif yang mengungkap realitas secara alamiah apa adanya, sekalipun demikian penelitian ini tetap memberikan makna di balik peristiwa alamiah yang ditunjukkan subyek. Penelitian ini sangat banyak digunakan dalam penelitian sosial kemasyarakatan, karena prinsip penelitian ini lebih menekankankepada perilaku sosialdan makna di balik tindakan sosial Mukhtar, 2013.

G. Fenomenologi

Fatchan 2011 mengartikan pendekatan fenomenologi sebagai studi tentang cara memahami dan mengungkap berbagai fenomena gejala-gejala yang muncul atas kesadaran masing-masing manusia yang 10 | M e t o d e P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f ada dalam konteks kehidupan masyarakat. Dalam memahami apa yang ada di balik gejala yang tampak itu noumena digunakanlah panca indra. Lebih lanjut Fatchan 2011 menjelaskan bahwa tujuan penelitian dengan menggunakan pendekatan ini adalah pemahaman respon atas keberadaan individu manusiakelompokmasyarakat, serta pengalaman yang dipahami dalam berinteraksi. Penelitian ini bersifat induktif dengan mengandalkan atau memahami makna yang ada dibalik fenomena noumena yang dideskripsikan secara rinci. Penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi bersumber atas dasar kajian ilmu filsafat dimana kajian ini bertujuan untuk memahami makna kejadian, gejala yang timbul, dan atau interaksi bagi individu dalam kondisi dan situasi tertentu dalam kehidupan sehari-hari di suatu masyarakat tertentu Fatchan, 2011. Fatchan sependapat dengan beberapa ahli Water, 1994:31 ; Sparringa, 2000:1457 ; Dimyati, 2000:67 ; Collin, 1997:217 bahwa Fenomenologi mengkaji masuk ke dalam dunia makna yang terkonsep terkonstruksi dalam diri individu yang kemudian digejalakan dalam bentuk fenomena. Dengan kata lain, ia menerobos ke dalam untuk mengungkap makna apa yang ada dibalik fenomena yang ditampilkan oleh individu dalam kehidupannya sehari-hari. Asumsi dari pendekatan fenomenologi adalah bahwa bagi individu melakukan interaksi dengan sesamanya ada banyak cara penafsiran pengalaman, makna dari pengalaman itulah yang sebenarnya membentuk realitas tindakan yang ditampakkan atau digejalakan Fatchan, 2011. Kahija 2006 mengartikan fenomenologis sebagai penelitian pada makna pengalaman hidup beberapa orang tentang fenomenakonsep tertentu. Kahija dalam bukunya yang berjudul “Pengenalan dan Penyusunan ProposalSkripsi Penelitian Fenomenologis, menjelaskan bahwa manfaat fenomenologi adalah menunjukkan bahwa dalam melakukan penelitian kualitatif peneliti perlu mengurung rasa sok tahu dan sok ngerti. Tindakan mengurung ini oleh Edmund Husserl disebut dengan bracketing. Peneliti yang menggunakan pendekatan fenomenologi harus menjadi pendengar yang baik sehingga subjek penelitian merasa ingin menceritakan seluruh pengalamannya. Murti 2010 menekankan fenomenologi kepada konstruksi bangunan yang dibuat masing-masing individu tentang kehidupan dunia. Kehidupan dunia masing-masing individu berbeda satu dengan yang lainnya dan perilaku individu hanya dapat dipahami dengan cara menempatkannya dalam konteks kehidupan individu yang bersangkutan. Murti 2010 mengutip dari Rice dan Ezzy 2000 bahwa fenomenologi mencatat semua perilaku yang berhubungan dengan perilaku sebelumnya P e n d e k a t a n P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f | 11 cues dalam memahami responden. Itulah sebabnya fenomenologi kerap menggunakan teknik wawancara mendalam.

H. Konstruksionistik

Kajian dengan menggunakan pendekatan ini bersumber atas dasar kajian ilmu historik. Menurut Fatchan 2011 kajian dengan menggunakan pendekatan ini bertujuan untuk memahami makna yang dikonstruksi oleh individu yang difenomenakan dalam suatu kejadian, gejala yang timbul, dan atau interaksi bagi individu dalam kondisi dan situasi tertentu dalam kehidupan sehari-hari pada suatu masyarakat tertentu. Pendekatan ini sama halnya dengan pendekatan fenomenologi dimana pendekatan ini berusaha masuk ke dalam dunia makna yang terkonsep terkonstruksi dalam diri individu yang kemudian digejalakan dalam bentuk fenomena. Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada permasalahan menyangkut esensi dan struktur pengalaman dari tindakan yang digejalakan dalam kehidupan masyarakat. Secara lebih jelas Fatchan 2011 menjelaskan bahwa pendekatan ini mengandung apa yang tampak pada suatu tindakan itu mengandung banyak makna. Makna yang ada berbeda pada masing-masing individu pelaku, karenanya diperlukan pemahaman secara interpretatif interpretative understanding untuk dapat mengungkap berbagai makna yang ada dibalik fenomena yang ada. Titik bidiknya mengarah pada berbagai makna yang dikonstruksi oleh masing-masing individu yang digejalakan dalam bentuk berbagai tindakan actions Fatchan, 2011. Dalam memahami tindakan dari individu peneliti dapat menggunakan pendekatan konstruksionistik. Dalam hal ini peneliti hendaknya berasumsi bahwa individu adalah pembangun bagi suatu masyarakat. Begitu juga sebaliknya, masyarakat juga sebagai pembangun individu. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Berger dan Luckman 1996 yang dikutip oleh Fatchan 2011, dijelaskan bahwa berbagai tindakan manusia tidak terlepas dari proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Eksternalisasi merupakan proses dimana berbagai tindakan individu memberi pengaruh pada kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya. Internalisasi merupakan proses dimana berbagai tindakan dari individu dipengaruhi oleh kondisi kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya. Sedangkan objektivasi merupakan proses dimana tindakan individu dilakukan secara objektif sejalan dengan keberadaan individu tersebut dan kondisi masyarakatnya. Tindakan objektif individu muncul setelah mengalami proses internalisasi dan eksternalisasi. 12 | M e t o d e P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f

I. Etnometodologi

Menurut Fatchan 2011 dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian Kualitatif” kajian pendekatan etnometodologi memusatkan perhatiannya pada : “Bagaimanakah orang-orang memahami aktivitas kehidupannya sehari-hari, sebagaimana mereka menerimanya dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itulah Fatchan 2011 menyebut etnometodolgi sebagai suatu studi tentang orang-orang guna menciptakan keteraturan sosial. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh beberapa ahli Ritzer, 1992:373; Waters, 1994:36; Sparringa, 2000:588; Dimyati, 2000:131 yang dikutip oleh Fatchan 2011 bahwa kajian etnometodologi berakar dari disiplin ilmu sosiologi, arah kajian memfokus pada pertanyaan bagaimana individu memahami berbagai aktivitas kehidupannya di setiap hari everyday life dalam suatu kelompok masyarakatnya. Kajian ini mengarah pada kelompok, institusi, atau organisasi sosial sebagai suatu yang dibangun dari pengalaman yang berbeda-beda dari berbagai individu yang berbeda- beda pula. Jika fenomenologi lebih menitikberatkan pada kajian tindakan individu dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, maka etnometodologi lebih mengarah pada tindakan suatu kelompok atau organisasi tertentu. Seperti halnya fenomenologi, etnometodologi melihat suatu organisasi sosial sebagai suatu yang harus dibangun diluar berbagai pengalaman yang berbeda-beda dari berbagai individu yang berbeda pula. Pendekatan ini lebih ditujukan kepada pengamatan terhadap suatu tingkah laku atau tindakan manusia dalam kelompoknya. Penelitian mengarah pada pemahaman terhadap tingkah laku atau tindakan suatu kelompok masyarakat tertentu Fatchan, 2011. J. Interaksi Simbolik Kajian dengan pendekatan ini terpusat pada pertanyaan : Bagaimanakah seperangkat simbol dan dipahaminya secara bersama terhadap makna simbol yang menampakkan diri dalam kehidupan anggota masyarakat dan kelompoknya?. Adapun teori yang mendasari kajian ini adalah disiplin ilmu sosiologi dan psikologi sosial. Asumsi teoritiknya adalah bahwa dalam kehidupan masyarakat itu senantiasa berbentuk interaksi simbolik yang terbentuk melalui interaksi dan komunikasi, baik antar individu, individu dengan kelompok, dan atau antar kelompok, dengan menggunakan seperangkat simbol yang dipahami maknanya melalui proses belajar Fatchan, 2011. Proses belajar yang dimaksud adalah pemahaman pada simbol- simbol dan saling menyesuaikan makna dari simbol-simbol tersebut. P e n d e k a t a n P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f | 13 Walaupun demikian menurut Fatchan 2011, norma, nilai sosial, serta manka dari simbol-simbol memberikan pembatasan terhadap tindakan manusia. Meski demikian, manusia dengan akal pikirnya mempunyai kebebasan untuk menentukan tindakan dan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga dengan demikian, masing-masing individu mempunyai interpretasi sendiri terhadap berbagai simbol yang menjadi ajang dalam interaksi yang dilakukannya. Pada penerapan model ini, studi yang dilakukan memusatkan perhatiannya pada bagaimanakah seperangkat lambang dan pemahamannya terhadap lambang tersebut berkembang di masyarakat dengan memberikan makna dalam interaksi antar anggota masyarakat dalam kelompok. Pendekatan ini lebih berorientasi pada pengamatan terhadap suatu tingkah laku atau tindakan manusia secara individu da dalam lingkungan kehidupan kesehariannya, baik manusia ayau alam sekitarnya, terhadap berbagai simbol yang ada di sekitarnya Fatchan, 2011.

K. Heuristik

Pendekatan ini dilandasi oleh ilmu psikologi humanistik, dimana fokus kajian dari pendekatan heuristik ini adalah pada permasalahan utama tentang Bagaimanakah pengalaman setiap person dalam berbagai fenomena, dan berupaya mengungkapkan secara intensif tentang halyang berkaitan dengan bagaimana esensi pengalaman orang lain yang berpenglaman sama dalam fenomena yang sama. Inti dari pendekatan ini adalah lebih ditujukan kepada pengamatan terhadap tindakan manusia secara orang perorang dalam suatu kehidupan masyarakatFatchan, 2011.

L. Hermeneutik

Murti 2010 dalam bukunya menjelaskan asal muasal kata hermenutik. Kata hermeneutik berasal dari bahasa Yunani “hermeneuein” yang artinya “interpretasi” penafsiran. Menurut Rice dan Ezzy 2000 seperti dikutip oleh Mu rti 2010, hermenutik adalah “critical theory of interpretation”, memfokuskan kepada makna dan interpretasi penafsiran. Artinya, epistemologi hermeneutik menekankan peran pemahaman subjektif dalam membentuk pengetahuan Murti, 2010. Kajian pendekatan hermeneutik didasarkan atas kajian dari teologi, filsafat ilmu, dan sastra kritis. Kajian ini lebih mengarah pada permasalahan suatu kondisi tertentu yang menyebabkan manusia bertindak untuk menghasilkan sesuatu dan menginterpretasikan makna dari tindakannya itu. Asumsinya bahwa pemahaman terhadap orang lain 14 | M e t o d e P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f akan mungkin tercapai jika dapat memahami terhadap dirinya sendiri terlebih dahulu. Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan pcara ahli Sparringa, 2000; Miles and Huberman, 1994:11 bahwa suatu pemahaman berarti menciptakan hubungan di antara keduanya, hubungan itu akan semakin erat jika dilakukan oleh orang yang hendak memahami, dimana orang tersebut melakukan pemahaman terlebih dahulu terhadap dirinya Fatchan, 2011. Menurut Fatchan 2011 studi permasalahan pada pendekatan ini dipusatkan pada permasalahan : Dibawah kondisi apakah tindakan manusia mengambil tempat atau menghasilkan sesuatu? Dan bagaimana hasil tindakan manusia tersebut dimungkinkan untuk diinterpretasikan maknanya?Pemahaman hermenuistik ini selalu merupakan pemahaman terhadap pra-pengertian. Pemahaman situasi orang lain hanya mungkin tercapai melalui pemahaman atas situasi diri sendiri terlebih dahulu. Pemahaman berarti menciptakan komunikasi antar kedua situasi tersebut. Komunikasi tersebut akan semakin intensif apabila situasi yang hendak difahami, oleh fihak yang hendak memahami diaplikasikannya pada dirinya sendiri.

M. Inquiri Filosofi Philosophycal Inquiry

Suatu penelitian yang menggunakan analisis intelektual guna memperjelas makna, membikin nilai-nilai menjadi nyata, mengidentifikasi etika, bahkan juga studi tentang hakikat ilmu. Penelitian filosofis berdasarkan atas isu dan ide issue or idea dari semua perspektif literatur. Ia menguji atau menelaah secara mendalam mengenai makna suatu konsep. Ia berupaya merumuskan dalam bentuk pertanyaan atau memikirkan jawabannya. Selanjutnya ia menyarankan implikasi atas berbagai jawaban tersebut Fatchan, 2011. Berdasarkan penjelasan Salladien yang dikutip oleh Fatchan 2011, beberapa kategori atau jenis penelitian inkuiri filosofis yang sering digunakan antara lain : 1. Studi fondasional fondational study melibatkan analisis atas fenomena tertentu yang dianut bersama 2. Studi analisis filosofis philosophycal analysis suatu upaya menguji makna dan mengembangkan teori yang diperoleh melalui analisis konsep ataupun analisis linguistik 3. Analisis etik ethical analysis menerapkan analisis intelektual atas masalah etik apabila dikaitkan dengan konsep hak, tugas, kesadcaran, keadilan, pilihan, dan tanggung jawab. Analisis etik sesungguhnya sebagai alat penggiring bagi munculnya final rational tatkala dimensi etik diragukan P e n d e k a t a n P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f | 15 4. Teori kritik sosial, merupakan metoda kualitatif yang tergolong unik. Diawali dari konsep kritik sosial social critical concept. Peneliti menggali pemahaman mengenai ccara seseorang berkomunikasi dan bagaimana ia mengembangkan makna simbolik suatu konsep di masyarakat. Penelitian ini sering diterapkan di dunia politik, sering dijumpai pada suatu kawasan dimana pemerintahannya bersifat otoriter.

N. Biografis

Kahija 2006 menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif biografis meneliti satu individu dan pengalaman-pengalaman hidupnya secara mendalam.

O. Grounded Theory

Kahija 2006 mendefinisikan Grounded Theory sebagai penelitian fenomena pada beberapa subjek dengan tujuan untuk memunculkan teori. 2.2 Rangkuman Jenis-jenis penelitian deskriptif kualitatif dibagi dalam 6 kelompok, yakni Analisis Dokumen, Penelitian Historis, Analisis Isi, Studi Kasus, Etnografis, dan Penelitian Naturalistik. Sedangkan menurut Fatchan 2011 pendekatan penelitian kualitatif dibagi dalam 9 macam, yaitu Fenomenologi, Konstruksionistik, Etnometodologi, Etnografi, Interaksi Simbolik, Heuristik, Hermeneutik, Historis dan Inquiri Filosofi. Lain halnya dengan Kahija 2006 yang membagi pendekatan penelitian kualitatif menjadi 5 macam, yaitu Biografis, Fenomenologis, Studi Kasus, Etnografis dan Grounded Theory. 2.3 LatihanTugas Carilah jurnal ilmiah nasionalinternasional terakreditasi sebanyak 5 jurnal dan kategorikan tiap-tiap jurnal tersebut masuk pada kategori yang mana di pendekatan penelitian kualitatif. 2.3 Pengayaan Bacaan Babbie, Earl. 1986. The Practice of Social Research. Fourth Edition. Eadsworth Publishing Co. : Belmont, California. A Division of Wadsworth, Inc. 16 | M e t o d e P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f

BAB 3 TEKNIK PENYUSUNAN PROPOSAL