BAB 2 PENDEKATAN PENELITIAN KUALITATIF
Standar Kompetensi: Mahasiswa mampu melakukan penyusunan penelitian kualitatif.
Kompetensi Dasar:Mahasiswa dapat memahami pendekatan penelitian kualitatif.
Keterkaitan kompetensi dasar dengan standar kompetensi adalah bahwa pendekatan penelitian kualitatifadalah bagian dari dasar metode penelitian
kualitatif. Kompetensi dasar pada bagian bab ini merupakan bagian dari standar kompetensi pada mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif.
Ruang Lingkup Materi: Bab ini berisi uraian macam-macam pendekatan penelitian kualitatif.
Uraian 2.1 Macam-macam Pendekatan Penelitian Kualitatif
Banyak pakar yang sudah mencoba menguraikan macam- macamjenis
pendekatan penelitian
kualitatif. Masing-masing
menjabarkan tergantung dari sudut pandang dan faham penelitian yang dianutnya.
Menurut Mukhtar 2013 penelitian deskriptif yang pada umumnya bertolak pada penelitian sosial, model jenis apapun yang
dipilih atau analisa data yang bagaimanapun yang digunakan, pada prinsipnya dapat saja dilakukan sepanjang peneliti tetap dalam paradigma
penelitian kualitatif deskriptif. Mukhtar 2013 membagi jenis-jenis penelitian deskriptif kualitatif dalam 6 kelompok, yakni Analisis
Dokumen, Penelitian Historis, Analisis Isi, Studi Kasus, Etnografis, dan Penelitian Naturalistik. Sedangkan menurut Fatchan 2011 dalam
bukunya yang berjudul
“Metode Penelitian Kualitatif” membagi pendekatan penelitian kualitatif dalam 9 macam, yaitu Fenomenologi,
Konstruksionistik, Etnometodologi, Etnografi, Interaksi Simbolik, Heuristik, Hermeneutik, Historis dan Inquiri Filosofi. Lain halnya
dengan Kahija 2006 yang membagi pendekatan penelitian kualitatif menjadi 5 macam, yaitu Biografis, Fenomenologis, Studi Kasus,
Etnografis dan Grounded Theory. Murti 2010 membagi pendekatan
6
6 |
M e t o d e P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f
penelitian ini dalam 3 komponen dimana salah satu komponen justru merupakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan menurut Murti 2010 ini
adalah pendekatan dengan paradigma Positivistik lebih mengarah pada metode kuantitatif, Fenomenologi, dan Hermeneutik dua pendekatan
terakhir ini lebih mengarah pada metode kualitatif. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing jenis penelitian :
A. Analisis Dokumen Document Analysis
Penelitian analisis deskriptif sering juga dipahami dengan analisis informasi information analysis dan kadang-kadang sulit dipisahkan
dengan atau dianggap sama dengan model penelitian analisis isi content analysis. Selain itu penelitian ini juga sering dikaitkan dengan penelitian
sejcarah historis research, padahal keduanya memiliki perbedaan dari segi data yang cukup signifikan. Dalam analisis dokumen menggunakan
datainformasi yang relatif baru atau belum terlalu lama, sehingga memiliki aktualitas yang cukup tinggi Mukhtar, 2013.
Menurut Mukhtar 2013, dalam penelitian jenis ini data yang digunakan cenderung berupa benda-benda tertulis, walaupun tidak
mustahil dalam bentuk film, foto, peta dan sebagainya. Data-data yang digunakan dapat berupa dokumen yang telah berlalu atau yang masih
dipergunakan. Data dapat diperoleh dari sumber-sumber perpustakaan atau di tempat-tempat dimana dokumen tersebut berada. Selain itu
dikenal pula dokumen personel pribadi, yakni dokumen yang sumber datanya diperoleh dari informan atau orang personel.
B. Penelitian Historis Historis Studies
Menurut Mukhtar 2013 penelitian historis adalah penelitian yang dilakukan dengan penelaah dokumen serta sumber-sumber lain yang
berisi informasi mengenai masa lampau dan dilakukan secara sistematis. Penelitian historis identik dengan penelitian dokumen, perbedaannya
terletak dari sudut data. Dalam penelitian sejcarah, data yang digunakan jauh lebih lama, diantcaranya telah berabad-abad atau yang sudah layak
bernilai sejcarah seperti perang salib, perang dunia kedua, revolusi kemerdekaan RI, dan sebagainya Mukhtar, 2013.
Fatchan 2011 mendeskripsikan penelitian historis sebagai salah satu jenis penelitian yang hendak mengkonstruksi kondisi masa lalu
secara sistematis, obyektif dan akurat yang mana dalam penelitian ini bukti-bukti dikumpulkan, dievaluasi, dianalisis, dan disintesiskan.
Selanjutnya dengan bukti-bukti itu dirumuskanlah suatu kesimpulannya. Kadangkala penelitian jenis ini digunakan untuk membuktikan hipotesis
tertentu Fatchan, 2011.
P e n d e k a t a n P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f
| 7
Data penelitian historis diperoleh melalui deskripsi berbagai catatan, artefak, atau berbagai jenis laporan verbal lainnya. Hasil
penelitiannya biasanya berupa ncaratif deskriptif ncarativedescription, atau analisis terhadap berbagai peristiwa pada masa lampauFatchan,
2011. Data-data penelitian historis pada umumnya dititikberatkan pada upaya menelaah dokumen hasil hasil rekaman pcara ahli dari berbagai
bidang, misalnya ahli jurnalistik, ahli hukum, kedokteran, penulis harian, fotografi dan lainnya. Analisis data dengan jenis penelitian histori,
kekuatannya tergantung dari keauntetikan data akurasi data dan interpretasi data yang dilakukan oleh si peneliti.
C. Analisis Isi Content Analysis
Mukhtar 2013 mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru
replicable dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis ini mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemprosesan data ilmiah.
Tujuannya adalah untuk memberikan pengetahuan, membuka wawasan
baru, menyajikan “fakta” dan panduan praktis pelaksanaannya. Menurut Krippendorf 1993 yang dikutip oleh Mukhtar 2013
dikatakan secara tegas bahwa sebagai alat ilmu pengetahuan ia harus handal reliable, utamanya ketika peneliti lain, dalam waktu yang
bcarangkali berbeda, menerapkan teknik yang samaterhadap data yang sama, maka hasilnya harus sama.
Penelitian ini banyak dilakukan pada berbagai penerbitan media cetak seperti buku-buku, majalah dan koran. Selain itu, penelitian ini
dapat dilakukan untuk menganalisis Undang-Undang, peraturan pemerintah, surat keputusan presiden, keputusan menteri, laporan-laporan
dan juga naskah-naskahMukhtar, 2013.
D. Studi Kasus Case Studies
Kahija 2006 mendefinisikan studi kasus sebagai suatu penelitian satubeberapa kasus dengan menggali informasi dari beberapa sumber.
Dalam bukunya Mukhtar 2013 mengungkapkan bahwa metode penelitian ini sangat cocok digunakan saat seorang peneliti ingin
mengu ngkap sesuatu dengan bertolak pada pertanyaan “How” atau
”Why”. Dilihat dari sudut kegunaannya, studi kasus dapat dipakai untuk penelitian kebijakan, ilmu politik, dan administrasi umum, pendidikan,
psikologi, dan sosiologi, studi organisasi dan manajemen, lingkungan dan agama, dan sebagainya Mukhtar, 2013.
Menurut Mukhtar 2013 penelitian jenis ini dibedakan menjadi 3 tipe, yakni Studi Kasus Eksplanotaris, Studi Kasus Eksploratoris, dan
8 |
M e t o d e P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f
Studi Kasus Deskriptif. Studi kasus eksplanatoris sangat baik untuk melihat penjelasan-penjelasan atau suatu peristiwa yang sama atau
berbeda, dan menunjukkan rangkaian kasus seperti itu dapat berlaku atau diaplikasikan pada situasi atau peristiwa yang lain. Sedangkan studi kasus
eksplorotaris dapat dipergunakan untuk mengungkapkan suatu kejadian atau peristiwa, dimana berlangsungnya suatu peristiwa yang bersifat
berkelanjutan continue antcara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang berikutnya. Untuk studi kasus deskriptif sangat baik dipergunakan
untuk melacak suatu peristiwa atau hubungan antar pribadi, menggambarkan subbudaya yang sudah jcarang menjadi topic penelitian
dan menemukan fenomena kunci seperti kemajuan karir, prestasi dan berbagai realitas yang muncul dalam masyarakat.
E. Penelitian Etnografis Etnografis Studies
Menurut Fatchan
2011 penelitian
kualitatif dengan
menggunakan kajian etnografis berakar dari disiplin ilmu antropologi, yang lebih memusatkan pada permasalahan pokok : Apakah yang
dimaksud dengan
kebudayaan dalam
kelompok masyarakat
tertentu?Artinya bahwa etnografi adalah suatu upaya untuk memeriksa kebudayaan dengan segi-segi yang mendasarinya.
Muhadjir 1990 yang dikutip oleh Mukhtar 2013 juga menjelaskan bahwa penelitian dengan model etnografis bertolak dari
landasan dasar filsafat phenomenologi dari Weber yang dikenal juga dengan “verstehen”. Penelitian deskriptif model etnografi merupakan
suatu deskripsi tentang suatu ccara berfikir, hidup berperilaku individu atau sekelompok masyarakat.
Pendapat Mukhtar 2013 ini sejalan dengan pendapat ahli Kahija 2006
bahwa etnografis
cenderung mendeskripsikan
dan
menginterpretasikan kelompok sosial atau budaya tertentu. Dalam bukunya Kahija menulis :
Inti dari etnografi adalah “Alami langsung dengan MELAKUKANNYA
Di dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan ini, peneliti belajar untuk terjun langsung dan tinggal di lapangan. Peneliti
perlu mengobservasi dan berpartisipasi langsung dalam kehidupan subjek-subjek penelitian. Dengan begitu, peneliti bisa mendeskripsikan
secara detail dan teliti. Perlu di catat bahwa dalam pendekatan ini, peneliti tidak dianjurkan untuk menjelaskan, tetapi mendeskripsikan. Oleh
karena itulah etnografi mengajarkan peneliti untuk menjadi seorang peneliti yang penuh perhatian, sehingga dalam hal ini kemampuan
observasi sangat diperlukan Kahija, 2006.
P e n d e k a t a n P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f
| 9
Kajian ini dapat menggambarkan secara mendalam tentang suatu kebudayaan berdasarkan atas keberadaan individu dan kelompoknya,
yang berkaitan dengan apa yang dilakukan, apa yang diketahui, serta berbagai jenis peralatan dan barang yang dibuat dan dipergunakannya
Fatchan, 2011.
Lebih lanjut Fatchan menjelaskan tentang kebudayaan. Menurutnya, kebudayaan diartikan sebagai perolehan pengetahuan yang
digunakan orang untuk menafsirkan penglaman dan membuahkan tingkah laku. Kebudayaan merangkum tentang apa yang dilakukan manusia, apa
yang diketahuinya, dan barang-barang apa yang dibuat serta dipergunakannya Fatchan, 2011.
Dalam suatu penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan etnografi ini mengarah pada upaya untuk menjelaskan tindakan atau
tingkah laku manusia, yang kemudian mendeskripsikannya secara lengkap tentang apa yang diketahuinya, hingga menjadikan mereka
bertingkah laku atau bertindak sesuai dengan nuraninya akal sehatnya dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya. Tujuan utama penelitian
dengan pendekatan ini adalah untuk mengungkap berbagai makna yang oleh peserta atau pelaku kebudayaan dianggap sebagai hal yang sudah
sewajarnya atau semestinya, lalu berupaya menjelaskan pemahaman baru yang didapat di dalamnya.
Penelitian model etnografi menganjurkan agar mengkonstruksi konsepnya berdasarkan proses induktif atas empiric yang dikonstruksikan
atas sesuatu berdasarkan cara pandang atau pola perilaku masyarakat sebagai subyek penelitian. Dalam istilah lain dikenal dengan pemahaman
dari sudut emik Mukhtar, 2013.
F. Penelitian Naturalistik Naturalistic Inquiry
Penelitian jenis ini dikembangkan oleh Lincoln dan Guba. Mukhtar 2013 mendefinisikan penelitian naturalistik sebagai penelitian
deskriptif yang mengungkap realitas secara alamiah apa adanya, sekalipun demikian penelitian ini tetap memberikan makna di balik
peristiwa alamiah yang ditunjukkan subyek. Penelitian ini sangat banyak digunakan dalam penelitian sosial kemasyarakatan, karena prinsip
penelitian ini lebih menekankankepada perilaku sosialdan makna di balik tindakan sosial Mukhtar, 2013.
G. Fenomenologi
Fatchan 2011 mengartikan pendekatan fenomenologi sebagai studi tentang cara memahami dan mengungkap berbagai fenomena
gejala-gejala yang muncul atas kesadaran masing-masing manusia yang
10 |
M e t o d e P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f
ada dalam konteks kehidupan masyarakat. Dalam memahami apa yang ada di balik gejala yang tampak itu noumena digunakanlah panca indra.
Lebih lanjut Fatchan 2011 menjelaskan bahwa tujuan penelitian dengan menggunakan pendekatan ini adalah pemahaman respon atas
keberadaan individu manusiakelompokmasyarakat, serta pengalaman yang dipahami dalam berinteraksi. Penelitian ini bersifat induktif dengan
mengandalkan atau memahami makna yang ada dibalik fenomena noumena yang dideskripsikan secara rinci.
Penelitian kualitatif
dengan menggunakan
pendekatan fenomenologi bersumber atas dasar kajian ilmu filsafat dimana kajian ini
bertujuan untuk memahami makna kejadian, gejala yang timbul, dan atau interaksi bagi individu dalam kondisi dan situasi tertentu dalam
kehidupan sehari-hari di suatu masyarakat tertentu Fatchan, 2011.
Fatchan sependapat dengan beberapa ahli Water, 1994:31 ; Sparringa, 2000:1457 ; Dimyati, 2000:67 ; Collin, 1997:217 bahwa
Fenomenologi mengkaji masuk ke dalam dunia makna yang terkonsep terkonstruksi dalam diri individu yang kemudian digejalakan dalam
bentuk fenomena. Dengan kata lain, ia menerobos ke dalam untuk mengungkap makna apa yang ada dibalik fenomena yang ditampilkan
oleh individu dalam kehidupannya sehari-hari. Asumsi dari pendekatan fenomenologi adalah bahwa bagi individu melakukan interaksi dengan
sesamanya ada banyak cara penafsiran pengalaman, makna dari pengalaman itulah yang sebenarnya membentuk realitas tindakan yang
ditampakkan atau digejalakan Fatchan, 2011.
Kahija 2006 mengartikan fenomenologis sebagai penelitian pada makna pengalaman hidup beberapa orang tentang fenomenakonsep
tertentu. Kahija dalam bukunya yang berjudul “Pengenalan dan
Penyusunan ProposalSkripsi Penelitian Fenomenologis, menjelaskan bahwa manfaat fenomenologi adalah menunjukkan bahwa dalam
melakukan penelitian kualitatif peneliti perlu mengurung rasa sok tahu dan sok ngerti. Tindakan mengurung ini oleh Edmund Husserl disebut
dengan bracketing. Peneliti yang menggunakan pendekatan fenomenologi harus menjadi pendengar yang baik sehingga subjek penelitian merasa
ingin menceritakan seluruh pengalamannya.
Murti 2010 menekankan fenomenologi kepada konstruksi bangunan yang dibuat masing-masing individu tentang kehidupan
dunia. Kehidupan dunia masing-masing individu berbeda satu dengan yang lainnya dan perilaku individu hanya dapat dipahami dengan cara
menempatkannya dalam konteks kehidupan individu yang bersangkutan. Murti 2010 mengutip dari Rice dan Ezzy 2000 bahwa fenomenologi
mencatat semua perilaku yang berhubungan dengan perilaku sebelumnya
P e n d e k a t a n P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f
| 11
cues dalam memahami responden. Itulah sebabnya fenomenologi kerap menggunakan teknik wawancara mendalam.
H. Konstruksionistik
Kajian dengan menggunakan pendekatan ini bersumber atas dasar kajian ilmu historik. Menurut Fatchan 2011 kajian dengan
menggunakan pendekatan ini bertujuan untuk memahami makna yang dikonstruksi oleh individu yang difenomenakan dalam suatu kejadian,
gejala yang timbul, dan atau interaksi bagi individu dalam kondisi dan situasi tertentu dalam kehidupan sehari-hari pada suatu masyarakat
tertentu. Pendekatan ini sama halnya dengan pendekatan fenomenologi dimana pendekatan ini berusaha masuk ke dalam dunia makna yang
terkonsep terkonstruksi dalam diri individu yang kemudian digejalakan dalam bentuk fenomena.
Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada permasalahan menyangkut esensi dan struktur pengalaman dari tindakan yang
digejalakan dalam kehidupan masyarakat. Secara lebih jelas Fatchan 2011 menjelaskan bahwa pendekatan ini mengandung apa yang tampak
pada suatu tindakan itu mengandung banyak makna. Makna yang ada berbeda pada masing-masing individu pelaku, karenanya diperlukan
pemahaman secara interpretatif interpretative understanding untuk dapat mengungkap berbagai makna yang ada dibalik fenomena yang ada.
Titik bidiknya mengarah pada berbagai makna yang dikonstruksi oleh masing-masing individu yang digejalakan dalam bentuk berbagai
tindakan actions Fatchan, 2011.
Dalam memahami tindakan dari individu peneliti dapat menggunakan pendekatan konstruksionistik. Dalam hal ini peneliti
hendaknya berasumsi bahwa individu adalah pembangun bagi suatu masyarakat. Begitu juga sebaliknya, masyarakat juga sebagai pembangun
individu. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Berger dan Luckman 1996 yang dikutip oleh Fatchan 2011, dijelaskan bahwa
berbagai tindakan manusia tidak terlepas dari proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Eksternalisasi merupakan proses dimana
berbagai tindakan individu memberi pengaruh pada kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya. Internalisasi merupakan proses
dimana berbagai tindakan dari individu dipengaruhi oleh kondisi kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya. Sedangkan objektivasi
merupakan proses dimana tindakan individu dilakukan secara objektif sejalan dengan keberadaan individu tersebut dan kondisi masyarakatnya.
Tindakan objektif individu muncul setelah mengalami proses internalisasi dan eksternalisasi.
12 |
M e t o d e P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f
I. Etnometodologi
Menurut Fatchan 2011 dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian Kualitatif” kajian pendekatan etnometodologi
memusatkan perhatiannya pada : “Bagaimanakah orang-orang memahami aktivitas kehidupannya sehari-hari, sebagaimana mereka
menerimanya dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itulah Fatchan 2011 menyebut etnometodolgi sebagai suatu studi tentang
orang-orang guna menciptakan keteraturan sosial. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh beberapa ahli Ritzer, 1992:373; Waters,
1994:36; Sparringa, 2000:588; Dimyati, 2000:131 yang dikutip oleh Fatchan 2011 bahwa kajian etnometodologi berakar dari disiplin ilmu
sosiologi, arah kajian memfokus pada pertanyaan bagaimana individu memahami berbagai aktivitas kehidupannya di setiap hari everyday life
dalam suatu kelompok masyarakatnya. Kajian ini mengarah pada kelompok, institusi, atau organisasi sosial sebagai suatu yang dibangun
dari pengalaman yang berbeda-beda dari berbagai individu yang berbeda- beda pula. Jika fenomenologi lebih menitikberatkan pada kajian tindakan
individu
dalam kehidupan
sehari-hari di
masyarakat, maka
etnometodologi lebih mengarah pada tindakan suatu kelompok atau organisasi tertentu.
Seperti halnya fenomenologi, etnometodologi melihat suatu organisasi sosial sebagai suatu yang harus dibangun diluar berbagai
pengalaman yang berbeda-beda dari berbagai individu yang berbeda pula. Pendekatan ini lebih ditujukan kepada pengamatan terhadap suatu tingkah
laku atau tindakan manusia dalam kelompoknya. Penelitian mengarah pada pemahaman terhadap tingkah laku atau tindakan suatu kelompok
masyarakat tertentu Fatchan, 2011. J. Interaksi Simbolik
Kajian dengan pendekatan ini terpusat pada pertanyaan : Bagaimanakah seperangkat simbol dan dipahaminya secara bersama
terhadap makna simbol yang menampakkan diri dalam kehidupan anggota masyarakat dan kelompoknya?. Adapun teori yang mendasari
kajian ini adalah disiplin ilmu sosiologi dan psikologi sosial. Asumsi teoritiknya adalah bahwa dalam kehidupan masyarakat itu senantiasa
berbentuk interaksi simbolik yang terbentuk melalui interaksi dan komunikasi, baik antar individu, individu dengan kelompok, dan atau
antar kelompok, dengan menggunakan seperangkat simbol yang dipahami maknanya melalui proses belajar Fatchan, 2011.
Proses belajar yang dimaksud adalah pemahaman pada simbol- simbol dan saling menyesuaikan makna dari simbol-simbol tersebut.
P e n d e k a t a n P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f
| 13
Walaupun demikian menurut Fatchan 2011, norma, nilai sosial, serta manka dari simbol-simbol memberikan pembatasan terhadap tindakan
manusia. Meski demikian, manusia dengan akal pikirnya mempunyai kebebasan untuk menentukan tindakan dan tujuan yang ingin dicapai.
Sehingga dengan demikian, masing-masing individu mempunyai interpretasi sendiri terhadap berbagai simbol yang menjadi ajang dalam
interaksi yang dilakukannya.
Pada penerapan model ini, studi yang dilakukan memusatkan perhatiannya
pada bagaimanakah
seperangkat lambang
dan pemahamannya terhadap lambang tersebut berkembang di masyarakat
dengan memberikan makna dalam interaksi antar anggota masyarakat dalam kelompok. Pendekatan ini lebih berorientasi pada pengamatan
terhadap suatu tingkah laku atau tindakan manusia secara individu da dalam lingkungan kehidupan kesehariannya, baik manusia ayau alam
sekitarnya, terhadap berbagai simbol yang ada di sekitarnya Fatchan, 2011.
K. Heuristik
Pendekatan ini dilandasi oleh ilmu psikologi humanistik, dimana fokus kajian dari pendekatan heuristik ini adalah pada permasalahan
utama tentang Bagaimanakah pengalaman setiap person dalam berbagai fenomena, dan berupaya mengungkapkan secara intensif tentang halyang
berkaitan dengan bagaimana esensi pengalaman orang lain yang berpenglaman sama dalam fenomena yang sama. Inti dari pendekatan
ini adalah lebih ditujukan kepada pengamatan terhadap tindakan manusia secara orang perorang dalam suatu kehidupan masyarakatFatchan, 2011.
L. Hermeneutik
Murti 2010 dalam bukunya menjelaskan asal muasal kata hermenutik. Kata hermeneutik berasal dari bahasa Yunani “hermeneuein”
yang artinya “interpretasi” penafsiran. Menurut Rice dan Ezzy 2000 seperti dikutip oleh Mu
rti 2010, hermenutik adalah “critical theory of interpretation”, memfokuskan kepada makna dan interpretasi
penafsiran. Artinya, epistemologi hermeneutik menekankan peran pemahaman subjektif dalam membentuk pengetahuan Murti, 2010.
Kajian pendekatan hermeneutik didasarkan atas kajian dari teologi, filsafat ilmu, dan sastra kritis. Kajian ini lebih mengarah pada
permasalahan suatu kondisi tertentu yang menyebabkan manusia bertindak untuk menghasilkan sesuatu dan menginterpretasikan makna
dari tindakannya itu. Asumsinya bahwa pemahaman terhadap orang lain
14 |
M e t o d e P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f
akan mungkin tercapai jika dapat memahami terhadap dirinya sendiri terlebih dahulu. Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan pcara ahli
Sparringa, 2000; Miles and Huberman, 1994:11 bahwa suatu pemahaman berarti menciptakan hubungan di antara keduanya, hubungan
itu akan semakin erat jika dilakukan oleh orang yang hendak memahami, dimana orang tersebut melakukan pemahaman terlebih dahulu terhadap
dirinya Fatchan, 2011.
Menurut Fatchan 2011 studi permasalahan pada pendekatan ini dipusatkan pada permasalahan : Dibawah kondisi apakah tindakan
manusia mengambil tempat atau menghasilkan sesuatu? Dan bagaimana hasil tindakan manusia tersebut dimungkinkan untuk diinterpretasikan
maknanya?Pemahaman hermenuistik ini selalu merupakan pemahaman terhadap pra-pengertian. Pemahaman situasi orang lain hanya mungkin
tercapai melalui pemahaman atas situasi diri sendiri terlebih dahulu. Pemahaman berarti menciptakan komunikasi antar kedua situasi tersebut.
Komunikasi tersebut akan semakin intensif apabila situasi yang hendak difahami, oleh fihak yang hendak memahami diaplikasikannya pada
dirinya sendiri.
M. Inquiri Filosofi Philosophycal Inquiry
Suatu penelitian yang menggunakan analisis intelektual guna memperjelas
makna, membikin
nilai-nilai menjadi
nyata, mengidentifikasi etika, bahkan juga studi tentang hakikat ilmu. Penelitian
filosofis berdasarkan atas isu dan ide issue or idea dari semua perspektif literatur. Ia menguji atau menelaah secara mendalam mengenai makna
suatu konsep. Ia berupaya merumuskan dalam bentuk pertanyaan atau memikirkan jawabannya. Selanjutnya ia menyarankan implikasi atas
berbagai jawaban tersebut Fatchan, 2011.
Berdasarkan penjelasan Salladien yang dikutip oleh Fatchan 2011, beberapa kategori atau jenis penelitian inkuiri filosofis yang
sering digunakan antara lain : 1. Studi fondasional fondational study melibatkan analisis atas
fenomena tertentu yang dianut bersama 2. Studi analisis filosofis philosophycal analysis suatu upaya menguji
makna dan mengembangkan teori yang diperoleh melalui analisis konsep ataupun analisis linguistik
3. Analisis etik ethical analysis menerapkan analisis intelektual atas masalah etik apabila dikaitkan dengan konsep hak, tugas, kesadcaran,
keadilan, pilihan, dan tanggung jawab. Analisis etik sesungguhnya sebagai alat penggiring bagi munculnya final rational tatkala dimensi
etik diragukan
P e n d e k a t a n P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f
| 15
4. Teori kritik sosial, merupakan metoda kualitatif yang tergolong unik. Diawali dari konsep kritik sosial social critical concept. Peneliti
menggali pemahaman mengenai ccara seseorang berkomunikasi dan bagaimana ia mengembangkan makna simbolik suatu konsep di
masyarakat. Penelitian ini sering diterapkan di dunia politik, sering dijumpai pada suatu kawasan dimana pemerintahannya bersifat
otoriter.
N. Biografis
Kahija 2006 menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif biografis meneliti satu individu dan pengalaman-pengalaman hidupnya secara
mendalam.
O. Grounded Theory
Kahija 2006 mendefinisikan Grounded Theory sebagai penelitian fenomena pada beberapa subjek dengan tujuan untuk
memunculkan teori. 2.2 Rangkuman
Jenis-jenis penelitian deskriptif kualitatif dibagi dalam 6 kelompok, yakni Analisis Dokumen, Penelitian Historis, Analisis Isi,
Studi Kasus, Etnografis, dan Penelitian Naturalistik. Sedangkan menurut Fatchan 2011 pendekatan penelitian kualitatif dibagi dalam 9 macam,
yaitu Fenomenologi, Konstruksionistik, Etnometodologi, Etnografi, Interaksi Simbolik, Heuristik, Hermeneutik, Historis dan Inquiri Filosofi.
Lain halnya dengan Kahija 2006 yang membagi pendekatan penelitian kualitatif menjadi 5 macam, yaitu Biografis, Fenomenologis, Studi Kasus,
Etnografis dan Grounded Theory. 2.3 LatihanTugas
Carilah jurnal ilmiah nasionalinternasional terakreditasi sebanyak 5 jurnal dan kategorikan tiap-tiap jurnal tersebut masuk pada kategori
yang mana di pendekatan penelitian kualitatif. 2.3 Pengayaan Bacaan
Babbie, Earl. 1986. The Practice of Social Research. Fourth Edition. Eadsworth Publishing Co. : Belmont, California. A Division of
Wadsworth, Inc.
16 |
M e t o d e P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f
BAB 3 TEKNIK PENYUSUNAN PROPOSAL