54
Tabel 20. Upaya yang diharapkan untuk Mengatasi Masalah Utama
Bentuk Upaya Persentase
1. Penyediaan modalKoperasi 2. Meniadakan fasilitas Konveyor
3. Peninjauan ulang peraturan 4. Peningkatan komunikasi
5. Tidak Memberi Respons 21.73
4.34 8.69
21.73 43.47
4. Harapan terkait adanya pembangunan pembangkit tenaga listrik bertenaga metan di TPST Bantargebang, jawaban yang dikemukakan responden secara
lisan: a Keempat Kelurahan di sekitar TPST Bantargebang mendapatkan fasilitas
listrik gratis b Warga keempat Kelurahan menerima dana kompensasi dari keuntungan
yang diterima pengelola c Pembanguan penerangan jalan-jalan di kelurahan
d Menyerap tenaga kerja lokal e Sampah yang digunakan sebagai bahan baku adalah sampah lama
Dari empat pertanyaan yang diajukan diperoleh kesimpulan bahwa keberadaan TPST di Bantargebang mendatangkan manfaat ekonomi, namun
kegiatan ekonomi mereka terhambat akibat penegakan peraturan di TPST dan kekurangan modal, untuk itu maka diperlukan peningkatan komunikasi antar
pengelola dan warga serta pendirian fasilitas permodalan bagi warga.
5.3. Skenario Pengelolaan TPST Bantargebang
Penyusunan skenario pengelolaan sampah di TPST Bantargebang dilakukan melalui FGD Focus Group Discussion yang melibatkan para
stakeholder. Hasil FGD dihasilkan skenario pengelolaan TPST Bantargebang. Dalam menyusun skenario tersebut dipertimbangkan berbagai aspek pengelolaan
yakni sosial, ekologi, ekonomi, dan teknologi. Aspek sosial yang perlu diperhatikan adalah: rembuk bersama antara
pemulung, lapak, dan pengelola untuk merumuskan mekanisme kerjasama dalam bentuk kelembagaan sehingga dapat mendukung pengembangan TPST; meninjau
ulang penggunaan CSR tunai agar jangan sampai mengurangi pembangunan fisik;
55
pembangunan sarana di TPST benar-benar menyerap tenaga kerja lokal; membuka kesempatan bagi masyarakat untuk menjadi pengelola—CD tidak berbentuk uang
tunai, tetapi sharing modal dengan masyarakat—agar risiko dan manfaat diemban bersama; menampung aspirasi dari masyarakat sekitar dan menindaklanjutinya;
pelaksanaan pengembangan TPST sesuai dengan kontrak dan jadwal; meningkatkan penjagaan keamanan terhadap seluruh fasilitas TPST.
Aspek ekologi yang perlu diperhatikan adalah: desain teknologi modern yang ramah lingkungan dengan benar, mengawasi pembangunannya, dan
berkomitmen terhadap SOP; meningkatkan pelayanan sumur artesis bagi masyarakat sekitar; optimasi IPAS untuk mengendalikan pencemaran air;
pemeliharaan dan pengembangan buffer zone dan greenbelt; penyemprotan landfill dengan insektisida; pembenahan perumahan penduduk sekitar; perluasan
dan pemanfaatan lahan TPST; penataan pemulung-pemulung yang mengotori wilayah dengan tindakan tegas supaya sisa hasil pulungan yang tidak bernilai
dikembalikan ke TPST oleh pemulung bersangkutan; tetap melakukan UKL-UPL. Aspek ekonomi yang perlu diperhatikan adalah: mengoptimalkan semua
unit pengolahan yang dapat memberikan keuntungan; membuka lapangan kerja; menyediakan sarana permodalan bagi para pemulung dan lapak.
Aspek teknologi yang perlu diperhatikan adalah: menerapkan teknologi yang ramah lingkungan, memanfaatkan sampah secara optimal dan bermanfaat
secara ekonomi. Optimasi pengelolaan lingkungan TPST dikelompokkan menjadi 2 aspek
optimal yakni: 1 optimasi pemanfaatan sampah yang masuk ke TPST Bantargebang, 2 optimasi penggunaan lahan TPST serta peruntukannya dimana
parameter yang diamati adalah kombinasi jumlah sampah yang diolah pada setiap teknologi pengolahan yang digunakan, serta luas lahan ruang yang optimal
untuk setiap unit pengolahan sampah.
1. Optimasi pemanfaatan sampah
Setiap hari terdapat 5.000 ton sampah masuk ke TPST Bantargebang. Saat ini sampah tersebut ditimbun pada lokasi yang telah ditentukan sanitary landfill,
kemudian pemulung melakukan pengambilan secara bebas. Dalam proses
56
penumpukan sampah, penataan sampah ditumpukan landfill dilakukan dengan bantuan alat berat seperti excavator back hoe dan bulldozer, sehingga dapat
mengancam keselamatan pemulung di sekitarnya. Sebaliknya aktivitas pemulung di area landfill ini juga mengganggu kegiatan alat berat dalam menata sampah.
Sampah yang masuk ke TPST dapat digolongkan menjadi dua macam yakni sampah plastik dan non-plastik. Kedua jenis sampah ini dapat diolah
melalui proses pemilahan untuk sampah plastic dan sampah non plastic organic dapat juga diolah menjadi pupuk kompos. Sampah yang diolah melalui pemilahan
dapat diolah menggunakan teknologi Galfad, daur ulang plastik, maupun landfill non-organik.
Setiap teknik pengolahan ini membutuhkan tenaga kerja yang bervariasi dan keuntungan ekonomi yang juga bervariasi. Teknologi Galfad akan
menghasilkan energi listrik yang dapat dimanfaatkan secara langsung untuk berbagai kebutuhan listrik. Teknik landfill untuk diambil gas metannya berkaitan
dengan program CDM Clean Development Mecahanism. Dalam upaya mencapai pemanfaatan sampah yang optimal, dilakukan simulasi berbagai
pemanfaatan sampah tersebut ke dalam empat teknologi pemanfaatan. Hasil simulasi disajikan sebagai berikut:
Tabel 21. Rangkuman skenario pemanfaatan sampah di TPST Bantargebang
No Skenario
Pemanfaatan Sampah Tonhari Galfad Kompos
Daur ulang
Landfill Campuran
Structure Landfill
Keterangan
1 Saat ini 5.000
Tanpa Pengolahan 2 Skenario I
200 4800
Tanpa MRF 3 Skenario II
200 4800
Dengan MRF 4 Skenario III
850 550
300 2750
550 Kontrak Investor
dengan Pemprov DKI
5 Skenario IV 2000
1000 1000
1000 Alternatif
Ket: MRF= Municipal Waste Receiving Facility
Dampak dari setiap skenario tersebut pada dasarnya saling terkait. Peningkatan atau penurunan satu parameter akan berdampak terhadap beberapa
57
paramater lainnya dan selanjutnya akan berdampak terhadap kondisi TPST Bantargebang secara umum. Perkiraan dampak dari setiap skenario diasumsikan
linear karena keterbatasan data dan informasi yang dimiliki. Matriks dampak skenario terhadap kondisi ekologi, ekonomi, dan sosial disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22. Matriks dampak skenario terhadap kondisi ekologi, ekonomi, dan sosial
Skenario
Kualitas air
Lalat Pendapatan
Masyarakat Pengusaha
Tenaga Kerja Konflik
1 Tinggi
Tinggi Rendah
Rendah Rendah
Tinggi 2
Sedang Sedang
Sedang Sedang
Sedang Tinggi
3 Sedang
Sedang
Sedang Sedang
Tinggi Sedang
4 Rendah
Rendah Tinggi
Sedang Tinggi
Rendah 5
Rendah Rendah
Tinggi Tinggi
Tinggi Rendah
2. Optimasi pemanfaatan lahan
Lahan TPST yang saat ini dimanfaatkan untuk penimbunan sampah sampah dengan teknik sanitary landfill seluas 81.91 ha. Keseluruhan luasan area
landfill ini dibagi menjadi lima zona di mana kelima zona ini merupakan zona – zona pemnimbunan sampah. Pembagian luasan tersebut dapat dilihat pada Tabel
7. Sejak Desember 2008 area landfill bertambah seluas 2.3 ha lahan enclave dan saat ini sedang dalam tahap pembangunan konstruksi sanitary landfill dan
direncanakan selesai Oktober 2009. Di samping digunakan sebagai tempat penimbunan sampah, di lahan ini juga terdapat 4 unit IPAS yaitu IPAS I seluas
17,680 m
2
, IPAS II seluas 10,998 m
2
, IPAS seluas III 12.500 m
2
, dan IPAS IV seluas 12.000 m
2
dapat dilihat pada Tabel 13. Optimasi pemanfaatan lahan dilakukan berdasarkan skenario pemanfaatan
sampah optimal yang telah terpilih yakni kompos 1000 tonhari, Galfad 2000 tonhari, daur ulang plastik 1000 tonhari, dan structure landfill 1000 tonhari.
Untuk memenuhi kebutuhan lahan dari berbagai pemanfaatan tersebut dilakukan analisis kebutuhan lahan dan ketersediaan lahan yang memungkinkan dan sesuai
dengan pertuntukannya. Optimasi pemanfaatan lahan dilakukan melalui pembagian lahan berdasarkan kebutuhan setiap instalasi pengolahan disajikan
pada Tabel 23.
58
Tabel 23. Kebutuhan Lahan untuk Setiap Fasilitas Pengolahan di TPST
No Fasilitas Luas Lahan m
2
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 Area Penerimaan Sampah
Fasilitas Pemilahan Structured Landfill Cells
Thermal Process 7 MW Fasilitas Daur Ulang Plastik
Gas Engine 5 MW Bahan Baku untuk Thermal Process
Unit Pencacah Unit Pengering
Timbunan Sampah Tidak Dapat Didaur Ulang Timbunan Sampah Organik
Fasilitas Pengomposan Container dan Gas Engine 2 x 7 MW
Gudang Bengkel
Area Penerimaan Sampah untuk Kompos Kolam Ikan
5,500.00 2,592.00
33,951.00 2,880.00
2,160.00 1,728.00
2,144.80 340.36
326.05 1,736.26
7,636.00 7,766.54
2,629.89 901.99
898.50 4,469.97
2,199.34 Luas Total
79,861.00
Total kebutuhan lahan yang diperlukan untuk fasilitas pengolahan sampah adalah seluas 79,861 m
2
. Mengingat lahan yang tersedia di areal TPST Bantargebang terbatas, maka lahan seluas ini sudah optimal karena dapat
menampung seluruh fasilitas pengolahan sampah yang akan dibangun. Pembagian lahan TPST dapat dilihat pada Gambar 19.
59
60
5.4. Strategi Implementasi