10
c. Diolah menjadi pupuk kompos composting, yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk kompos, khususnya untuk sampah organik.
Sistem pengelolaan sampah yang banyak dilakukan saat ini adalah sistem sanitary landfill. Sistem ini didukung berbagai kegiatan yang memperhatikan
aspek kesehatan lingkungan seperti pemasangan geomembran dan geotekstile sebagai dasar konstruksi, drainase air lindi, ventilasi, cover soil, dan lain lain.
Sistem ini memang dapat meminimalkan timbulnya bau, penyakit, dan kerusakan lingkungan, tetapi memiliki risiko yang tidak dapat dihindarkan seperti
terbentuknya gas metan, H
2
S, NH
3
, dan air lindi leachete. Perpindahan gas dan air lindi dari landfill ke lingkungan sekitarnya akan menyebabkan dampak yang
serius pada lingkungan, misalnya timbulnya ledakan-ledakan akibat konsentrasi gas metan yang tinggi di udara, kerusakan pada tanaman akibat gas H
2
S dan NH
3
yang merusak sistem pernafasan tanaman, bau yang tidak sedap, pencemaran air dan tanah dan efek pemanasan global Ibnu Umar, 2009.
2.3. Kebijakan Pengolahan Sampah di Provinsi DKI Jakarta
Institusi atau lembaga pengelola yang menangani kebersihan di Provinsi DKI saat ini dilaksanakan oleh tiga institusi, yaitu instansi pemerintah,
masyarakat, dan swasta. Pihak yang berpartisipasi dalam tahap pengumpulan, pengangkutan, pengolahan sampai pembuangan akhir adalah pihak swasta.
Pengelolaan TPST dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan Provinsi DKI melalui Unit Pelaksana Teknis TPST, yang terdiri dari 1 seksi operasional; 2
seksi sarana dan prasarana; 3 seksi STA; 4 seksi keamanan dan ketertiban; 5 Kasubag tata usaha.
Pola umum penanganan sampah Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta didasarkan pada:
1. Master Plan Penanganan Kebersihan Provinsi DKI Jakarta 1989 - 2005 Pola umum penanganan sampah adalah kumpul – angkut – buang
musnahkan melalui sistem sanitary landfill. 2. Review Master Plan yang dituangkan dalam action plan 2005-2015.
Berdasarkan Review Master Plan yang dituangkan dalam action plan terdapat satu sub sistem yang disebut Intermediate Treatment Fasility ITF yang akan
11
dibangun di setiap daerah pelayanan. Fungsi ITF ini adalah untuk mereduksi jumlah sampah sebelum residunya dibuang ke TPST.
2.4. Aspek Hukum
Pelaksanaan pembuangan sampah ke TPST Bantargebang dilakukan atas dasar kerjasama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Kota
Bekasi, sebagai penguasa teritori. Dasar hukum yang melandasi kerjasama beroperasinya TPA Bantargebang adalah sebagai berikut:
1. Perjanjian kerjasama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Kota Bekasi Nomor 96 Tahun 1999 serta Nomor 168 Tahun 1999
Tanggal 31 Desember 1999 tentang Pengolahan Sampah dan Tempat Pembuangan Akhir TPA sampah di Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi.
2. Perjanjian kerjasama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Kota Bekasi Nomor 127 Tahun 2000 serta Nomor 227 Tahun
2000 Tanggal 17 Oktober 2000 tentang Addendum Pertama. 3. Perjanjian kerjasama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan
Pemerintah Kota Bekasi Nomor 22 Tahun 2002 serta Nomor 41 Tahun 2002 Tanggal 31 Januari 2002 tentang Addendum Kedua Perjanjian Kerjasama
Pengolahan Sampah dan Tempat Pembuangan Akhir TPA Sampah di Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi.
4. Perjanjian kerjasama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Kota Bekasi Tanggal 02 Juli 2004, dalam Perjanjian Tambahan
Addendum Kedua atas Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Kota Bekasi tentang Pemanfaatan Lahan
Tempat Pembuangan Akhir TPA Sampah Bantar Gebang, Kota Bekasi sebagai tempat pembuangan dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST
dengan menerapkan teknologi modern yang ramah lingkungan. 5. Perjanjian Tambahan Addendum Kedua atas Perjanjian Kerjasama antara
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Kota Bekasi tentang Pemanfaatan Lahan Tempat Pembuangan Akhir TPA Sampah Bantar
Gebang, Kota Bekasi sebagai Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST tanggal 03 Juli 2007.
12
6. Perjanjian Kerjasama Pengoperasian TPST Bantargebang antara Pemerintah Kota Bekasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Nomor 07Tahun 2009
tanggal 03 Juli 2009.
2.5. Aspek Lingkungan