60
5.4. Strategi Implementasi
Berdasarkan hasil FGD, analisis terhadap kebijakan pengelolaan lingkungan TPST Bantargebang, analisis kualitas lingkungan, analisis kualitas
sosial ekonomi, diperoleh alternatif dalam melakukan optimasi pengelolaan lingkungan terpadu berkelanjutan di TPST sampah Bantargebang dengan
memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhinya. Strategi implementasi pengelolaan lingkungan terpadu berkelanjutan dilakukan
dengan langkah-langkah strategis sebagai berikut:
1. Melakukan pemberdayaan masyarakat
Kemandirian dan keberdayaan masyarakat merupakan prasyarat untuk menumbuhkan kemampuan masyarakat sebagai pelaku dalam pengelolaan
lingkungan hidup bersama dengan pemerintah dan pelaku pembangunan lainnya Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997. Konsep pemberdayaan dalam wacana
pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan.
Program pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan program- program 1 dana beasiswa bagi siswa disekitar TPST; 2 dana perbaikan sarana
umum seperti jalan lingkungan, drainase, dan lain lain; 3 perbaikan sarana sosial; 4 pengadaan prasarana umum; 5 bantuan modal usaha bagi usaha kecil;
6 koperasi di mana masyarakat sekitar dimungkinkan mendapat saham dalam koperasi untuk ikut serta dalam pengelolaan TPST.
2. Penanganan pemulung
TPA liar dibuat oleh masyarakat secara ilegal di sekitar TPST utama, dengan sistem open dumping. TPA liar ditujukan untuk menguasai sampah secara
pribadi untuk diambil bahan yang laku dijual, antara lain potongan besi, botol plastik, plastik, kayu, botol kaleng, karton, dan sebagainya. Sisa sampah
umumnya dimusnahkan dengan cara dibakar. Sistem open dumping menimbulkan dampak pencemaran yang disebakan air lindi masuk ke dalam air tanah, asap, lalat
dan bau.
61
TPA liar dipengaruhi oleh faktor yang kompleks, antara lain kerjasama pemulung dan sopir truk sampah, kebutuhan pasar, tuntutan pemulung dan
sebagainya. Untuk itu pengendalian TPA liar tidak semata-mata menyangkut faktor teknis, juga menyangkut aspek sosial ekonomi.
Keterlibatan pemulung dalam pengelolaan sampah, dapat berperan ganda, secara langsung dapat mensejahterakan pemulung melalui penjualan sampah yang
dipungut dari TPST, dan secara tidak langsung mereka telah melakukan daur ulang terhadap sampah anorganik yang sulit diuraikan oleh mikroba, misalnya
plastik, logam, besi, alumunium, kaleng dan lain sebagainya. Pengumpulan sampah oleh pemulung menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
terutama aspek estetikanya, dan menimbulkan konflik sosial dengan masyarakat sekitar lokasi TPST sampah.
Penanganan pemulung dapat dilakukan dengan program-program: 1 membentuk forum pemulung; 2 memberikan pelayanan kesehatan bagi para
pemulung; 3 memberikan pengetahuan tentang masalah-masalah sampah; 4 menempatkan pemulung pada lokasi yang aman dari alat berat dengan membagi
mereka menjadi berapa kelompok dan menempatkannya pada zona-zona yang disediakan dan memberi kesempatan kepada mereka untuk mengumpulkan
sampah-sampah yang dianggap bermanfaat; 5 menata tempat tinggal pemulung.
3. Mendirikan dan membina koperasi untuk pemulung.
Hasil PRA menunjukkkan bahwa alasan masyarakat membuka usaha ataupun bekerja di lingkungan TPST adalah alasan ekonomi di mana salah satu
masalah utama yang dihadapi adalah masalah permodalan. Sedangkan hasil FGD menunjukkan bahwa salah satu langkah strategis yang diusulkan para stakeholder
dalam pengelolaan TPST adalah membuka kesempatan bagi masyarakat untuk menjadi pengelola di mana CD tidak berbentuk uang tunai, tetapi sharing modal
dengan masarakat agar risiko dan manfaat diemban bersama, maka untuk mencapai optimasi pengelolaan lingkungan terpadu berkelanjutan di TPST
Bantargebang perlu dibentuk usaha bersama dalam bentuk koperasi. Koperasi ini sebaiknya dibentuk dengan tujuan untuk diperolehnya
pemecahan masalah yang saling menguntungkan atau win win solution. Tahapan
62
yang harus dilakukan adalah investor menyampaikan konsep pembentukan koperasi ini kepada para stakeholder untuk dapat diimplementasikan secara
bersama-sama. Masalah yang peka dalam pembentukan koperasi ini adalah masalah peran dan share sehingga masalah ini harus menjadi perhatian utama.
Dengan terbentuknya koperasi ini diharapkan pengelolaan TPST Batargebang akan dapat melibatkan peran serta masyarakat yang mengarah kepada konsep
keberlanjutan.
4. Menjadikan TPST sebuah industri yang mengarah ke profit center
TPST menjadi problem solver yang akan menghasilkan lapangan kerja dan produk-produk
yang bermanfaat
dan menguntungkan
seperti pupuk
organikkompos, biji plastik dan produk-produk turunan plastik lainnya, gas, dan listrik.
5. Perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana eksisting
Perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana eksisting dapat dilakukan dengan 1 optimasi zona-zona yang ada; 2 perbaikan dan
peningkatan pengoperasian IPAS; 3 perbaikan jalan kerja; 4 perbaikan drainase; 5 perbaikan jembatan timbang; 6 perbaikan jaringan penerangan; 7
perbaikan pagar pengaman sekeliling TPST; 8 pemeliharaan dan pengembangan buffer zone dan greenbelt; 9 Penyemprotan landfill dengan
insektisida.
6. Pembangunan sarana dan prasarana yang baru
Prasarana dan sarana baru yang akan dikembangkan dimaksudkan untuk memperpanjang usia pakai TPST dan meningkatkan pengelolaan sampah serta
pengendalian dampak lingkungan dan sosial. Prasarana dan sarana tersebut dirancang secara terpadu dan saling mendukung untuk menghasilkan kinerja yang
optimal. Semua aktivitas pengelolaan ini dapat diikutkan dalam program Mekanisme Pembangunan Bersih MPB atau CDM Clean Development
Mechanism. Prasarana dan sarana baru yang akan dibangun adalah:
63
a. Fasilitas pengomposan Pengomposan yang beroperasi sejak tahun 2004 dan saat ini dapat
mengolah sampah organik sebanyak 200 tonhari dengan produksi kompos rata- rata 40 tonhari. Kapasitas pengomposan akan ditingkatkan menjadi 1000
tonhari sampah kota atau 550 tonhari sampah organik terpilah dengan kebutuhan lahan 10.5 Ha. Komponen utama yang akan dibangun terdiri dari
tempat penerimaan sampah waste receiving area, bangunan pencampuran mixing pile, bangunan windrows, bangunan pencacahan dan pengayakan,
bangunan penyimpanan sementara, peralatan pengemasan packaging.
Gambar 20. Diagram Alir Pengomposan
Non Organik Organik
Residu Halus
M a
te ri
a l K
a s
a r
SAMPAH KOTA 1000 TONHARI
Waste Receiving Area
Pemilahan
Pile Campuran Bio Activator
Proses Fermentasi Aerobic
Proses Pengeringan Kompos
Pencacahan dan
Pengayakan
Kompos
Pemilahan
Pemilahan
Pemilahan
Sanitary Landfill Daur Ulang
Plastik
Daur Ulang Kayu
Daur Ulang Logam
Material Halus
64
Proses pengomposan yang dilakukan adalah dengan metode aerobic open windrows dengan mekanisme pemilahan, pencacahan, pembalikan,
pengayakan, penyimpanan sementara dan pengemasan packaging, dan sistem tersebut dikembangkan dengan cara menyuntikkan mikro organisme bio
activator. Kompos yang dihasilkan dari proses pengomposan tersebut berupa kompos serbuk powder, granul, dan organic soil treatment OST dengan
kualitas yang telah bersertifikat uji perlakuan dan efektivitas kompos.
b. Fasilitas Daur Ulang Fasilitas daur ulang yang akan dibangun adalah fasilitas daur ulang plastik
yang terdiri dari unit pencucian, pencacahan crushing, dan pemrosesan biji plastik pelet. Bahan daur ulang plastik berasal dari 3 unit bangunan pemilahan
sorting plant yang akan dibangun. Perkiraan kapasitas daur ulang plastik adalah 100 ton plastikhari.
Gambar 21. Diagram Alir Proses Pemilahan
65
Sampah plastik hasil pemilahan diolah pada fasilitas daur ulang plastik. Plastik hasil pemilahan terlebih dahulu dibersihkan pada bak pencucian yang
kemudian dikeringkan. Setelah plastik bersih dan kering kemudian dipilah sesuai dengan jenis-jenis plastik, palstik yang dapat diaur ulang dicacah dan dimasukkan
kemesin pengolah plastik yang menghasilkan pelet plastik, sedangkan plastik yang tidak dapat didaur ulang dikemas untuk dijual
Gambar 22. Diagram Alir Daur Ulang Plastik
66
c. Pembangunan Pembangkit Listrik Power Plant Pembangkit listrik power plant yang akan dibangun terdiri dari 2 jenis
yang dihasilkan dari pemanfaatan gas methan dari sanitary landfill dan panas dari pirolysis. Power plant untuk pirolysis akan menghasilkan listrik sebesar 7 MW,
yang komponen utamanya terdiri dari boiler, turbin dan generator set. Power Plant untuk gas metan menghasilkan listrik sebesar 19 MW, yang komponen
utamanya terdiri dari fuel skid, gas engine, transformator.
7. GALFAD Metode pengolahan sampah GALFAD adalah pengolahan sampah yang
dilaksanakan secara terpadu yang meliputi gasification pyrolysis, land fill gas, anaerobic digestion. Jenis-jenis sampah yang dapat diolah pada fasilitas
GALFAD adalah sampah rumah sakit, sampah kering, ban bekas, sampah pasar dan sampah kota.
Proses kerja GALFAD adalah 1 Pemisahan sampah sesuai jenisnya; 2 Sampah
daur ulang
dipisahkan; 3
Sampah kering
ke proses
PyrolysisGasification; 4 Sampah basah ke Structure Landfill Cell; 5 Kompos hasil Proses Structure Landfill Cell dikeringkan, dimanfaatkan sebagai pupuk
sisanya dimasukan dalam PyrolysisGasification; 6 Biogas dan Syn-gas menjadi listrik.
67
Gambar 23. Diagram Alir Proses GALFAD
Fasilitas GALFAD yang akan dibangun terdiri atas: a. Bangunan Pemilahan
Bangunan pemilahan akan dibangun untuk memilah sampah yang akan diproses lebih lanjut di instalasi pirolysis dan structure landfill cells. Kapasitas
pemilahan adalah sebesar 1000 tonhari.
b. Gasification Pirolysis Gasification adalah proses konversi sampah non organik dan organik kering
menjadi gas melalui suatu proses pemanasan tertutup pirolysis. Gas yang diproduksi adalah karbon monoksida, methan dan hidrogen. Sebesar 85 energi
yang didapat dari gas maupun energi panas dimanfaatkan menjadi listrik. Sisa limbah padat dari proses ini hanya 6 dari volume awal dapat digunakan untuk
pembuatan bata. Kapasitas pengolahan pirolysis adalah sebesar 290 tonhari sampah kering. Sampah yang dapat digunakan dalam proses gasification adalah
sampah plastik, sampah kayu, sampah karton, kompos hasil proses anaerobik digestion, sampah organik kering.
68
Gambar 24. Diagram Alir Gasification Pirolysis c. Structure Landfill Cells
Structure Landfill Cells adalah fasilitas pengolahan sampah organik yang terbuat dari bak beton besar, dimana terjadi proses biologi untuk merubah bahan
organik menjadi gas yang bisa digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Sampah ditampung dalam bak sampah besar 12.000 m
3
20m x 58m x 12m, kemudian ditutup dengan membran dan diberi sirkulasi air sehingga terjadi proses
fermentasi yang menghasilkan gas. Materi organik dipecah untuk menghasilkan metan dan karbon dioksida, berlangsung dilingkungan basah dan hampa udara.
Volume sampah menyusut 40 setelah melalui proses ini dan merupakan Kompos. Sampah yang akan diproses di dalam structure landfill cells adalah
sampah organik seperti sampah pasar, sampah buah dan sayur, sampah restauran, sampah kebun, sampah organik basah.
69
8. Mekanisme pembangunan bersih CDMClean Development Mechanism CDM Merupakan salah satu upaya dunia untuk mengurangi emisi yang
dapat menyebabkan efek gas rumah kaca Proyek Waste to Energy dapat dikategorikan sebagai proyek yang memenuhi kriteria dan kualifikasi sebagai
proyek CDM. Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam proses registrasi sebagai proyek CDM di UNFCCC adalah 12 bulan Harga dari CER Certified Emission
Reduction berfluktuasi dari waktu ke waktu, namun memiliki kecenderungan untuk terus meningkat. Prosedur applikasi proyek CDM dapat dilihat sebagai
berikut :
Gambar 25. Tahapan CDM Clean Development Mechanism
70
9. Pembangunan prasarana pendukung seperti pencucian armada angkutan sampah dan kantin
Fasilitas pencucian armada angkutan sampah perlu diadakan untuk menjamin faktor kebersihan fasilitas jalan yang dilalui oleh armada. Armada
harus dicuci setiap kali meninggalkan TPST. Oleh karena itu perlu dibuat suatu peraturan bagi pengelola armada angkutan untuk mewajibkan setiap armada
mencuci armada sebelum meniggalkan TPST untuk dapat dibuat sanksi bagi yang melanggarnya.
Fasilitas kantin yang bersih dan higienis perlu dibangun sebagai pelengkap fasilitas di TPST Bantargebang untuk menjamin ketersedian makanan yang
higienis bagi para karyawan dan para pekerja yang terlibat di dalam pengelolaan TPST Bantargebang termasuk para sopir, kenek, dan kru armda angkutan sampah.
10. Pengoperasian sanitary landfill sesuai dengan standard operation procedure Pengoperasian sanitary landfill harus dilaksanakan mengikuti standard
operation procedure SOP yang telah ditetapkan, dengan kegiatan sebagai berikut penimbangan sampah, pembongkaran sampah, penyebaran sampah,
pemadatan sampah, penutupan tanah cover soil, pemasangan ventilasi, pengolahan air lindi, penghijauan kawasan green belt di seluruh kawasan TPST.
11. Pembangun Integrated Zone Dalam kawasan pabrik pengolahan sampah organik menjadi kompos akan
dibangun pusat percobaan pembibitan dan perbanyakan tanaman, perikanan, peternakan, arena bermain anak-anak seperti outbond, dan pusat pendidikan
pengolahan sampah terpadu.
71
VI. KESIMPULAN DAN SARAN