17
Prosedur sanitary landfill di TPA meliputi pekerjaan konstruksi, drainase, operasional penutupan sampah dengan tanah merah cover soil, pembuatan jalan
precast, penghijauan, pembuatan ventilasi dan pengelolaan air bersih. Konstruksi sanitary landfill, terdiri dari:
a. Pembentukan muka tanah, yaitu untuk mengalirkan air lindi maupun air
hujan menuju saluran yang direncanakan, maka pada permukaan tanahnya dibentuk kemiringan 5.
b. Pelapisan kedap air, yaitu untuk mencegah masuknya air lindi ke dalam
tanah, maka dasar timbunan sampah diberi lapisan impermeable seperti geotextile atau geomembrane.
c. Pengumpulan dan pengolahan air lindi.
2.7. Pengelolaan Sampah Secara Terpadu
Pengelolaan sampah secara terpadu pada intinya adalah memadukan 3 cara pengolahan sampah, yaitu: pengomposan composting, mendaur ulang
recycling, dan melakukan pembakaran combusting, dengan melibatkan masyarakat Tchobanoglous, 1993. Proses pengomposan dilakukan terhadap
sampah organik biasanya dilakukan dengan bantuan mikroorganisme, baik dalam keadaan aerob maupun anaerob. Sedangkan daur ulang recycling dilakukan
terhadap sampah anorganik seperti plastik, kertas, dan logam. Sampah sisa dari kedua proses ini dibakar melalui incenerator. Pengelolaan sampah secara terpadu
ini dapat mereduksi sampah sampai 96. Sisa pembakaran berupa residu hanya tinggal 4, dan residu yang berbentuk abu ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan. Keberhasilan pengelolaan sampah secara terpadu tergantung dari partisipasi masyarakat, sebagai penghasil utama sampah. Partisipasi masyarakat
ini dapat berupa pemilahan antara sampah organik dan anorganik dalam proses pewadahan di sumber sampah, atau melalui pembuatan kompos dalam skala
individu dan mengurangi penggunaan barang material, Bebasari, 2001. Menurut Kholil 2005, untuk menghindari ketergantungan pada lahan,
penanganan sampah kota harus dilakukan pada upaya pengurangan di sumber dengan pendekatan 3 R reduce, reuse, dan recycle , dan pengolahan di TPS
secara terpadu berbasis zero waste dengan sistem 3 R + 1 reduce, reuse, recycle
18
dan inceneration. Hasil simulasi model yang dilakukan menunjukkan bahwa dengan sistem penanganan terpadu berbasis zero waste di TPS dapat mereduksi
volume sampah sampai 96 – 98 , dan mereduksi biaya operasional sampai 65.9 .
2.8. PRA dan FGD
2.8.1. PRA Participatory Rural Appraisal
PRA adalah suatu metode pendekatan yang digunakan dalam melakukan pengkajianpenilaianpenelitian untuk memahami keadaan desawilayahlokalitas
tertentu dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Melalui PRA tim peneliti bersama masyarakat bisa secara cepat dan sistematis mengumpulkan informasi
untuk: a analisis umum tentang topik khusus yang perlu penilaian; b studi kelayakan; c mengidentifikasi dan memprioritaskan proyek tertentu; dan d
mengevaluasi proyekprogram yang dilaksanakan di pedesaan Bhandori, 2003. Menurut Robert Chambers , orang yang mengembangkan metode PRA,
metode dan teknik dalam PRA terus berkembang, sehingga sangat sulit untuk memberikan definisi final tentang PRA. Menurutnya PRA merupakan metode dan
pendekatan pembelajaran mengenai kondisi dan kehidupan desawilayahlokalitas dari, dengan dan oleh masyarakat sendiri dengan catatan: 1 pengertian belajar,
meliputi kegiatan menganalisis, merancang dan bertindak; 2 PRA lebih cocok disebut metode-metode atau pendekatan-pendekatan bersifat jamak daripada
metode dan pendekatan bersifat tunggal; dan 3 PRA memiliki beberapa teknik yang bisa kita pilih, sifatnya selalu terbuka untuk menerima cara-cara dan metode-
metode baru yang dianggap cocok. Teknik-teknik yang banyak dipakai meliputi: mengkaji data sekunder,
observasi langsung, wawancara semi-struktur, FGD focus group discussions, metode social rating, analysis group discussion AGD, innovation assessment,
mapping, transects, seasonal calendar, profil historis, analisis kehidupan sosial, pengamatan terlibat, membuat diagram-diagram, dan mengumpulkan kategori-
kategori lokal, istilah lokal dan sebagainya. Sedangkan perangkat yang digunakan meliputi: triangulasi, tim multidisiplin, belajar bersama masyarakat, analisis on
the spot, dan menjaga bias selama studi berlangsung. Melalui PRA para peneliti
19
dapat merasakan dampak serta memperkuat kemampuan teknis dari penilaian yang sudah dilakukan oleh masyarakat sendiri.
Prinsip-prinsip dasar Participatory Rural Appraisal PRA terdiri dari: 1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan keberpihakan
Prinsip ini mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dari program
pembangunan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan yang terdapat di suatu masyarakat,
mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya meningkat. 2. Prinsip pemberdayaan penguatan masyarakat
Pendekatan PRA bermuatan peningkatan kemampuan masyarakat, kemampuan itu ditingkatkan dalam proses pengkajian keadaan, pengambilan
keputusan dan penentuan kebijakan, sampai pada pemberian penilaian dan koreksi kepada kegiatan yang berlangsung.
3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator PRA menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan pembangunan.
Orang luar juga harus menyadari perannya sebagai fasilitator. Fasilitator perlu memiliki sikap rendah hati serta kesedian untuk belajar dari masyarakat dan
menempatkan mereka sebagai narasumber utama dalam memahami keadaan masyarakat itu. Pada tahap awal peran orang luar lebih besar, namun seiring
dengan berjalannya waktu diusahakan peran itu bisa berkurang dengan mengalihkan prakarsa kegiatan PRA pada masyarakat itu sendiri.
4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan Salah satu prinsip dasarnya adalah pengakuan akan pengalaman dan
pengetahuan tradisional masyarakat. Hal ini bukan berarti bahwa masyarakat selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah. Pengalaman dan pengetahuan
masyarakat serta pengetahuan orang luar harusnya saling melengkapi dan sama nilainya, dan proses PRA sebaiknya dipandang sebagai ajang komunikasi antara
kedua sistem pengetahuan itu agar melahirkan sesuatu yang lebih baik. 5. Prinsip santai dan informal
Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang bersifat luwes, terbuka, tidak memaksa dan informal. Situasi ini akan menimbulkan hubungan
20
akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota masyarakat, bukan sebagai tamu asing yang oleh masyarakat harus disambut secara resmi.
6. Prinsip triangulasi Salah satu kegiatan PRA adalah usaha mengumpulkan dan menganalisis
data atau informasi secara sistematis bersama masyarakat. Untuk mendapatkan informasi yang kedalamannya bisa diandalkan kita dapat menggunakan triangulasi
yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang check and recheck informasi. Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan tim
keragaman disiplin ilmu atau pengalaman, penganekaragaman sumber informasi keragaman latar belakang golongan masyarakat, keragaman tempat, jenis
kelamin dan penganekeragaman teknik. 7. Prinsip mengoptimalkan hasil
Prinsip mengoptimalkan atau memperoleh hasil informasi yang tepat guna menurut metode PRA adalah:
a. Lebih baik kita tidak tahu apa yang tidak perlu kita ketahui ketahui secukupnya saja
b. Lebih baik kita tidak tahu apakah informasi itu bisa disebut benar seratus persen, tetapi diperkirakan bahwa informasi itu cenderung mendekati kebenaran
daripada kita tahu sama sekali 8. Prinsip orientasi praktis
PRA berorientasi praktis, yaitu pengembangan kegiatan. Oleh karena itu dibutuhkan informasi yang sesuai dan memadai agar program yang dikembangkan
bisa memecahkan masalah dan meningkatkan kehidupan masyarakat. Perlu diketahui bahwa PRA hanyalah sebagai alat atau metode yang dimanfaatkan
untuk mengoptimalkan
program-program yang
dikembangkan bersama
masyarakat. 9. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
Metode PRA bukanlah kegiatan paket yang selesai setelah kegiatan penggalian informasi dianggap cukup dan orang luar yang memfasilitasi kegiatan
keluar dari desa. PRA merupakan metode yang harus dijiwai dan dihayati oleh lembaga dan para pelaksana lapangan agar problem yang mereka akan
21
kembangkan secara terus menerus berlandaskan pada prinsip-prinsip dasar PRA yang mencoba menggerakkan potensi masyarakat.
10. Prinsip belajar dari kesalahan Terjadinya kesalahan dalam kegiatan PRA adalah suatu yang wajar, yang
terpenting bukanlah kesempurnaan dalam penerapan, melainkan penerapan yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada. Kita belajar dari
kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang terjadi, agar pada kegiatan berikutnya menjadi lebih baik.
11. Prinsip terbuka Prinsip terbuka menganggap PRA sebagai metode dan perangkat teknik
yang belum selesai, sempurna, dan pasti benar. Diharapkan bahwa teknik tersebut senantiasa bisa dikembangkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan setempat.
Sumbangan dari mereka yang menerapkan dan menjalankannya di lapangan untuk memperbaiki konsep, pemikiran maupun merancang teknik baru yang akan sangat
berguna dalam mengembangkan metode PRA.
2.8.2. FGD Focus Group Discussion
Focus Group Discussion FGD merupakan metode khusus untuk mengorganisasi diskusi atau serangkaian diskusi. Pada FGD, diskusi difokuskan
pada pertanyaan-pertanyaan spesifik. Topik FGD dapat berupa isu lingkungan, pengembangan teknologi, akseptabilitas program atau produk, atau cara
mengembangkan pelayanan masyarakat Kreuger, 1988; Stewart Shamdasani, 1992.
FGD bentuk penelitian kualitatif di mana kelompok masyarakat menyampaikan sikap, komsep, gagasan, atau solusi dari topik yang didiskusikan.
FGD merupakan alat untuk mengumpulkan data kualitatif melalui forum diskusi. Topik dibahas dalam bentuk kelompok interaktif di mana setiap peserta bebas
menyampaikan gagasan. Moderator harus dapat mengumpulkan informasi in- depth tentang topik yang dibahas dari peserta Budiharsono et al., 2006.
Manfaat FGD adalah untuk memperoleh informasi tentang masyarakat, penduduk, organisasi, produk, atau jasa. Informasi tersebut mencakup: kebutuhan,
sejarah, concerns, reaksi, persepsi, perlilaku, danatau masalah. FGD juga
22
digunakan untuk: 1 pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam merespons suatu program, metode, kebijakan, produk, dan jasa; 2
identifikasi masalah, kendala, biaya, atau manfaat. stimulasi creative thinking seperti solusi optimal, peluang, keterkaitan atau identifikasi dampak potensial; 3
menentukan prioritas atau batasan masalah; 4 memperoleh informasi yang lebih mendalam; 5 memperoleh gambaran budaya atau kelompok sosial yang lebih
akurat; 6 melibatkan audiens baru; dan 7 memperoleh feedback lebih cepat Morgan, 1997.
Keunggulan FGD antara lain: 1 FGD memberikan penjelasan lebih, bukana hanya pada apa yang peserta pikirkan, melainkan juga mengapa mereka
berpikir seperti itu; 2 Dapat mengungkapkan konsensus atau keragaman kebutuhan peserta, pengalaman, keinginan, dan asumsi; 3 Memungkinkan
interaksi kelompok sehingga peserta dapat membangun konsep atau pandangan yang komprehensif lebih mendalam dari setiap ide, bukan hanya dari pandangan
individual; 4 Komentar yang tidak terduga dan perspektif baru dapat ditelusuri dengan mudah; 5 Moderator dan peserta dapat mengekspresikan perasaannya
secara langsung. Kelemahan FGD antara lain: 1 sampel yang sedikit sehingga
memungkinkan tidak representatif; 2 semua peserta harus hadir di tempat dan waktu yang sama, hal ini sulit jika peserta berada pada cakupan wilayah yang
berjauhan; 3 dapat memperoleh data kualitatif yang sangat banyak sehingga menyulitkan untuk analisis data; 4 informasi yang dikumpulkan lebih bias karena
interpretasi subjektif dibanding metode kuantitatif; 5 individu yang banyak bicara dapat mendominasi diskusi. Pandangan dari peserta yang asertif kadang sulit
diperoleh; dan 6 kualitas diskusi dan manfaat informasi yang diperoleh sangat bergantung pada kemampuan moderator.
23
III . METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TPST Sampah Bantargebang, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, yang meliputi tiga kelurahan,
yaitu: Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Sumur Batu, dan Kelurahan Cikiwul. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2008 sampai dengan Juni 2009.
3.2. Tahapan Penelitian