Penetrasi Pengujian Keterawetan Kayu

Tabel 17 Uji Duncan interaksi metode dan jenis kayu terhadap retensi Duncan Grouping Mean Interaksi A 4.1440 pd-duku A 4.0960 pd-limus A 3.7100 pd-durian B 2.3520 d-limus C B 1.8920 d-durian C 1.4480 d-duku Berdasarkan hasil uji jarak Duncan Tabel 17, pengujian menunjukkan bahwa metode rendaman dingin berbeda sangat nyata dengan metode rendaman panas dingin. Interaksi antara metode rendaman panas dingin dengan ketiga jenis kayu tidak berpengaruh nyata terhadap retensi bahan pengawet. Namun interaksi antara metode rendaman dingin dengan jenis kayu berpengaruh nyata terhadap retensi bahan pengawet. Hal ini disebabkan pada metode rendaman dingin tidak ada perlakuan panas sehingga masuknya bahan pengawet tergantung pada sifat fisis kayu berat jenis.

4.2.2 Penetrasi

Penetrasi atau penembusan bahan pengawet ke dalam kayu merupakan salah satu kriteria keberhasilan tindakan pengawetan kayu. Jika penetrasi kayu semakin dalam, maka proses pengawetan dinilai baik. Berdasarkan Gambar 11 dapat diketahui bahwa penetrasi boron memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan nilai penetrasi tembaga. Hal ini menunjukkan bahwa penetrasi boron lebih dalam memasuki kayu daripada penetrasi tembaga. Nilai ini terjadi untuk kedua metode dan semua jenis kayu. Pada metode rendaman dingin, nilai penetrasi boron dan tembaga diantara ketiga jenis kayu relatif tidak banyak berbeda. Namun demikian, penetrasi pada kayu limus relatif lebih tinggi daripada dua jenis yang lain. Pada metode rendaman panas dingin, penetrasi boron maupun tembaga mengalami peningkatan dibanding dengan rendaman dingin, tapi perbandingannya diantara jenis kayu relatif kecil. Penetrasi boron pada kayu duku meningkat hingga 11 mm. Hal ini terjadi diduga karena kayu duku mengalami pencucian getah pada saat rendaman panas dingin sehingga senyawa boron yang masuk relatif lebih dalam. Keterangan : P1 : Metode rendaman dingin P2 : Metode rendaman panas dingin DR : Durian L : Limus DK : Duku Gambar 11 Nilai penetrasi boron dan tembaga. Berdasarkan SNI 03-5010.1-1999, persyaratan penetrasi kayu yang akan digunakan untuk di bawah atap dan di luar atap yaitu sebesar 5 mm. Dari pengujian, kayu durian, limus, dan duku yang menggunakan metode pengawetan rendaman panas dingin memenuhi persyaratan tersebut baik untuk penetrasi boron maupun tembaga. Sedangkan pada metode rendaman dingin belum memenuhi persyaratan SNI untuk ketiga jenis kayu. Berdasarkan hasil analisis ragam pada Tabel 18 dapat diketahui bahwa interaksi antara metode dan jenis kayu yang digunakan berpengaruh nyata terhadap penetrasi boron. Tabel 18 Analisis ragam penetrasi boron Sumber DB JK KT F Pr F Metode 1 300.83333333 300.83333333 311.21 0.0001 Jenis_kayu 2 9.26666667 4.63333333 4.79 0.0177 Metode Jenis_kayu 2 10.86666667 5.43333333 5.62 0.0100 Keterangan : = tidak nyata ; = nyata ; = sangat nyata Berdasarkan uji lanjut Duncan Tabel 19 dapat dilihat bahwa metode rendaman panas dingin nyata lebih dalam penetrasinya dibandingkan dengan metode rendaman dingin. Pada metode rendaman dingin, penetrasi boron dalam kayu durian, limus, dan duku tidak berbeda nyata. Sedangkan pada metode 2 3 3 8 8 11 1 8 7 8 2 4 6 8 10 12 P1DR P1L P1DK P2DR P2L P2DK P e n e tra si m m Kode Sample Boron Tembaga rendaman panas dingin, penetrasi boron dalam kayu duku nyata lebih tinggi dibanding dalam kayu durian dan limus. Tabel 19 Uji Duncan interaksi metode dan jenis kayu terhadap penetrasi boron Duncan Grouping Mean Interaksi A 10.6000 pd-duku B 8.2000 pd-durian B 8.2000 pd-limus C 3.0000 d-limus C 2.6000 d-duku C 2.4000 d-durian Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 20 dapat diketahui bahwa metode pengawetan berpengaruh sangat nyata terhadap penetrasi tembaga. Sedangkan jenis kayu dan interaksi antara metode dan jenis kayu tidak berpengaruh nyata. Metode rendaman panas dingin lebih dalam penetrasinya dibandingkan dengan metode rendaman dingin. Menurut Nandika et al. 1996, tujuan pemanasan pada metode rendaman panas dingin berfungsi untuk mengeluarkan udara dan uap air dari rongga sel kayu. Sedangkan pendinginan menyebabkan seolah-olah terjadi vakum dalam rongga sel kayu yang dengan sendirinya menarik larutan bahan pengawet masuk. Untuk mengatasi kevakuman ini, tekanan udara cenderung menekan bahan pengawet masuk kedalam kayu. Penetrasi tembaga bernilai lebih kecil daripada penetrasi boron. Hal ini diduga karena daya fiksasi senyawa tembaga lebih cepat dibandingkan dengan daya fiksasi senyawa boron. Daya fiksasi merupakan kemampuan keterikatan senyawa bahan pengawet terhadap dinding sel kayu. Sehingga pada saat tembaga berfiksasi dengan sel-sel kayu dibagian permukaan, menjadi penghambat masuknya senyawa tembaga lainnya. Tabel 20 Analisis ragam penetrasi tembaga Sumber DB JK KT F Pr F Metode 1 448.53333333 448.53333333 115.01 0.0001 Jenis_kayu 2 1.06666667 0.53333333 0.14 0.8729 Metode Jenis _kayu 2 6.66666667 3.33333333 0.85 0.4380 Keterangan : = tidak nyata ; = nyata ; = sangat nyata

4.3 Pengujian Efikasi Bahan Pengawet