perusak kayu. Keterawetan juga bisa diartikan mudah tidaknya suatu jenis kayu dimasuki bahan pengawet. Keterawetan kayu sangat bervariasi, kayu gubal
mempunyai keterawetan yang lebih tinggi karena bagian ini sebelumnya berfungsi sebagai penyalur air dari akar ke daun. Sedangkan kayu teras mempunyai sifat
keterawetan yang kurang baik karena terbentuknya tilosis serta deposit-deposit lainnya yang menutupi sel-sel kayu. Klasifikasi keterawetan yang digunakan
untuk metode vakum tekan menurut IUFRO Smith dan Tamblyn dalam Martawijaya 1981 sebagai berikut :
Tabel 5 Klasifikasi keterawetan kayu
Kelas Keterawetan
Penetrasi I
Mudah 90
II Sedang
50-90 III
Sulit 10-50
IV Sangat sulit
10 Berdasarkan tim ELSPPAT 1997 retensi bahan pengawet merupakan
kemampuan kayu untuk menyerap bahan pengawet yang dinyatakan dalam kgm
3
. Penetrasi adalah penembusan bahan pengawet yang masuk kedalam kayu.
Penetrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kayu, struktur anatomi, konsentrasi bahan pengawet, proses pengawetan, dan lamanya proses. Penetrasi
ini sangat berpengaruh terhadap masa pakai kayu Hunt Garrat 1986. Menurut Nandika et. al. 1996, penetrasi dihitung berdasarkan rata-rata
pengukuran pada beberapa bidang potongan kayu. Berdasarkan arah masuknya bahan pengawet, penetrasi ada 2 macam, yaitu penetrasi lateral dan penetrasi
longitudinal. Pada satu bidang potongan tertentu, minimal harus dilakukan empat kali pengukuran.
2.5 Efikasi Bahan Pengawet
Untuk mengetahui efektifitas bahan pengawet yang masuk ke dalam kayu dan mengetahui tingkat toksisitas bahan pengawet terhadap organisme perusak
kayu perlu dilakukan pengujian efikasi. Menurut Findlay 1962 dalam Edningtyas 1993, efikasi bahan pengawet terhadap rayap ditentukan dari
persentase rayap yang mati terhadap jumlah total rayap yang ada dalam kayu yang telah diawetkan. Sedangkan batas racun dari bahan pengawet adalah batas
minimal dari bahan pengawet yang akan melindungi kayu dari serangan larva- larva dari serangga pengebor kayu. Batas racun ini dinyatakan sebagai selang
antara konsentrasi tertinggi dimana ditemukan serangga-serangga yang masih hidup dan konsentrasi terendah yang membunuh semua larva. Jenis-jenis yang
berbeda sangat bervariasi di dalam kerentanannya terhadap racun. Berikut adalah klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering dan rayap tanah.
Tabel 6 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering Kelas
Ketahanan Penurunan Berat
I Sangat tahan
2.0 II
Tahan 2.0
– 4.4 III
Agak tahan 4.4
– 8.2 IV
Tidak tahan 8.2
– 28.1 V
Sangat tidak tahan 28.1
Sumber : BSN 2005
Tabel 7 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah
Kelas Ketahanan
Penurunan Berat I
Sangat tahan 3.52
II Tahan
3.52 – 7.5
III Sedang
7.3 – 10.96
IV Buruk
10.96 – 18.94
V Sangat buruk
18.94 – 31.89
Sumber : BSN 2005
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2008 - Maret 2009. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan,
Laboratorium Pathologi Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor IPB serta Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan
Bioteknologi PPSHB IPB.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian log 3 jenis kayu dari hutan rakyat, yaitu durian Durio zibethinus Murr., limus Mangifera foetida
Lour., dan duku Lansium domesticum Jack. Untuk pengujian keawetan bagian
kayu yang digunakan adalah bagian kayu teras, sedangkan untuk pengujian efikasi bahan pengawet digunakan bagian gubal kayu durian. Rayap yang digunakan
dalam pengujian keawetan kayu dan uji efikasi bahan pengawet adalah rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus dan rayap tanah Coptotermes curvignathus.
Sedangkan jamur pelapuk yang digunakan pada pengujian keawetan kayu adalah Schizophyllum commune. Adapun bahan pengawet yang digunakan adalah bahan
pengawet jenis CKB dengan merk dagang Diffusol CB. Bahan lain yang dibutuhkan adalah bahan pereaksi untuk pengujian penetrasi, pasir, kain kasa,
sedotan, Potatose Dextrose Agar PDA untuk membiakkan jamur, kentang, dextrose, agar-agar bubuk, kapsul kloramfenikol, alkohol 70, dan alumunium
foil. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, a peralatan
pengawetan kayu yaitu bak rendam, gelas ukur, kompor, termometer, kaliper, b peralatan untuk pengujian rayap yaitu desikator, timbangan elektrik, oven, wadah
kaca, botol selai, jarum suntik, c peralatan untuk pembiakan jamur yaitu laminar airflow, autoklaf, spirtus, cawan petri, pinset, dan botol kaca.
3.3 Metode