Uji Efikasi terhadap Rayap Kayu Kering C. cynocephalus

Tabel 20 Analisis ragam penetrasi tembaga Sumber DB JK KT F Pr F Metode 1 448.53333333 448.53333333 115.01 0.0001 Jenis_kayu 2 1.06666667 0.53333333 0.14 0.8729 Metode Jenis _kayu 2 6.66666667 3.33333333 0.85 0.4380 Keterangan : = tidak nyata ; = nyata ; = sangat nyata

4.3 Pengujian Efikasi Bahan Pengawet

Pengujian ini digunakan untuk menentukan efektifitas bahan pengawet tehadap serangan rayap kayu kering C. cynocephalus dan rayap tanah C. curvignathus. Jenis kayu yang digunakan dalam uji efikasi ini adalah kayu durian karena kayu durian mempunyai keawetan kayu yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan kayu limus dan duku berdasarkan pengujian rayap kayu kering, rayap tanah, dan jamur pelapuk. Konsentrasi yang digunakan adalah 1.25, 2.5, 5, 6.25, 7.5, dan kontrol dengan parameter persentase mortalitas rayap dan penurunan berat pada contoh uji.

4.3.1 Uji Efikasi terhadap Rayap Kayu Kering C. cynocephalus

Pada uji efikasi terhadap rayap kayu kering, tingkat keefektifan bahan pengawet dapat dilihat dari nilai mortalitas rayap dan penurunan berat kayu. Persentase mortalitas rayap dapat dilihat pada Gambar 12. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi, maka tingkat mortalitas rayap cenderung semakin tinggi. Nilai mortalitas terendah pada kontrol yaitu sebesar 56 dan nilai mortalitas rayap terbesar pada konsentrasi 7.5 yaitu sebesar 100. Untuk mengetahui pengaruh antara konsentrasi yang digunakan terhadap besarnya persentase mortalitas, dilakukan analisis ragam seperti pada Tabel 21. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi bahan pengawet yang digunakan berpengaruh sangat nyata terhadap mortalitas rayap kayu kering karena nilai Pr F lebih kecil dari 0.01. Gambar 12 Nilai mortalitas rayap kayu kering pada uji efikasi. Tabel 21 Analisis ragam mortalitas rayap kayu kering pada uji efikasi Sumber DB JK KT F Pr F Konsentrasi 5 7087.05185185 1417.41037037 19.62 0.0001 Keterangan : = tidak nyata ; = nyata ; = sangat nyata Berdasarkan uji lanjut Duncan pada Tabel 22 dapat dilihat bahwa kontrol konsentrasi 0 dengan konsentrasi 1.25 tidak berbeda nyata. Konsentrasi 0 dan 1.25 berbeda nyata dengan konsentrasi 2.5. Sedangkan konsentrasi 2.5 dan 5 tidak berbeda nyata, begitupula jika dibandingkan dengan konsentrasi 7.5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan konsentrasi pengawet 2.5 sudah efektif. Tabel 22 Uji Duncan konsentrasi terhadap mortalitas rayap kayu kering pada uji efikasi Duncan Grouping Mean Konsentrasi A 100.000 7.5 A 94.000 5 B A 89.000 2.5 B 81.000 6.25 C 65.200 1.25 C 56.000 56 65.2 89 94 81 100 20 40 60 80 100 120 1.25 2.5 5 6.25 7.5 M o rt a li ta s R a ya p Konsentrasi Berdasarkan Gambar 13 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi pengawet maka ada kecenderungan persentase penurunan berat semakin rendah. Dengan nilai rata-rata penurunan berat terendah pada konsentrasi 7.5 yaitu sebesar 0.3 sedangkan nilai penurunan berat terbesar adalah kontrol sebesar 6.6. Selain itu, juga dilakukan analisis ragam terhadap penurunan berat seperti Tabel 23. Gambar 13 Nilai penurunan berat kayu oleh rayap kayu kering pada uji efikasi. Tabel 23 Analisis ragam penurunan berat kayu oleh rayap kayu kering pada uji efikasi Sumber DB JK KT F Pr F Konsentrasi 5 134.92031555 26.98406311 16.41 0.0001 Keterangan : = tidak nyata ; = nyata ; = sangat nyata Berdasarkan Tabel 23 dapat disimpulkan bahwa tingkat konsentrasi yang digunakan berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan berat contoh uji karena nilai Pr F lebih kecil dari 0.01. Berikut adalah tabel uji lanjut Duncan konsentrasi bahan pengawet terhadap penurunan berat kayu. 6.6 4.7 2 1 3.2 0.3 1 2 3 4 5 6 7 1.25 2.5 5 6.25 7.5 P e n u ru n a n B e ra t Ka yu Konsentrasi Tabel 24 Uji Duncan konsentrasi terhadap penurunan berat kayu oleh rayap kayu kering pada uji efikasi Duncan Grouping Mean Konsentrasi A 6.5948 B 4.6716 1.25 C B 3.2465 6.25 C D 2.0105 2.5 D 0.9938 5 D 0.3090 7.5 Berdasarkan Tabel 24, nilai penurunan berat kayu pada pengawetan dengan konsentrasi 2.5 berbeda nyata dibanding pada kontrol dan pengawetan dengan konsentrasi 1.25, sedangkan dengan konsentrasi diatasnya 5, 6.25, dan 7.5 tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 2.5 cukup efektif, sehingga tidak perlu memakai konsentrasi yang lebih dari itu untuk menghemat bahan pengawet yang dipakai. Jika diklasifikasikan berdasarkan penurunan beratnya, kayu durian dengan konsentrasi pengawet 0 dan 1.25 termasuk dalam kelas awet III yang artinya agak tahan terhadap rayap kayu kering. Setelah diawetkan dengan konsentrasi 2.5 dan 6.25, kayu tersebut termasuk dalam kelas awet II yang berarti tahan terhadap rayap kayu kering. Sedangkan dengan konsentrasi 5 dan 7.5, kayu durian menjadi kelas awet I yang berarti sangat tahan terhadap rayap kayu kering. Untuk mengetahui klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering dapat dilihat pada Tabel 6.

4.3.2 Uji Efikasi dengan Rayap Tanah C. curvignathus