Keawetan Kayu Terhadap Rayap Tanah C. curvignathus

4.1.2 Keawetan Kayu Terhadap Rayap Tanah C. curvignathus

Rayap tanah memiliki daya serang paling tinggi, bahkan serangannya dapat mencapai lantai 26 gedung bertingkat. Rayap ini pertama kali di deskripsikan oleh Holmgren pada tahun 1913 dari spesimen yang diperolehnya dari Singapura. Deskripsi dilakukan pada kasta prajurit, karena kasta ini memiliki ciri khas yang mudah dibedakan bila dibandingkan dengan menggunakan kasta lain Nandika et al. 2003. Dalam pengujian ini, penilaian tingkat keawetan kayu dapat dilihat dari mortalitas rayap dan nilai penurunan berat pada kayu. Berdasarkan nilai rataan yang diperoleh dapat diketahui bahwa mortalitas rayap tertinggi pada kayu duku dengan nilai 89.8 dan nilai terendah pada kayu limus yaitu sebesar 72. Gambar 7 Nilai mortalitas rayap tanah pada uji keawetan. Untuk mengetahui pengaruh antara jenis kayu yang digunakan terhadap besarnya persentase mortalitas rayap, dilakukan analisis ragam pada Tabel 11. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa ketiga jenis kayu yang digunakan pada pengujian ini tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas rayap tanah. Hal ini dapat dilihat dari nilai Pr F yang lebih besar dari 0.05. Terjadinya mortalitas rayap yang tinggi diduga karena adanya zat ekstraktif yang terkandung di dalam kayu karena contoh uji yang digunakan diambil dari bagian teras kayu dimana kandungan zat ekstraktifnya tinggi. Selain itu, karena pada saat pengumpanan, media pengamatan rayap tanah sempat mengalami kekeringan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusuf Utomo 2006 yang mengatakan bahwa rayap 88.8 72 89.8 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Durian Limus Duku M o rt a li ta s R a ya p Jenis Kayu memerlukan tanah atau lingkungan yang lembab untuk hidupnya. Rayap mempunyai tubuh yang sangat lunak sehingga cepat sekali penurunan air apabila berada dalam lingkungan udara yang kering. Tabel 11 Analisis ragam mortalitas rayap tanah pada uji keawetan Sumber DB JK KT F Pr F Jenis Kayu 2 1000.13333333 500.06666667 0.95 0.4139 Keterangan : = tidak nyata ; = nyata ; = sangat nyata Nilai mortalitas rayap berbanding terbalik dengan penurunan berat kayu. Semakin tinggi nilai mortalitas, maka semakin rendah nilai penurunan berat kayunya. Berdasarkan pengujian, nilai penurunan berat kayu tertinggi terjadi pada kayu limus dan terendah pada kayu duku yaitu masing-masing sebesar 18.3 dan 9.5. Gambar 8 Nilai penurunan berat kayu oleh rayap tanah pada uji keawetan. Hasil analisis ragam penurunan berat kayu terhadap rayap tanah disajikan pada Tabel 12. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jenis kayu yang digunakan berpengaruh nyata terhadap serangan rayap tanah. Dari hasil rataan mortalitas rayap dan penurunan berat kayu dapat dikatakan bahwa keawetan kayu duku paling tinggi dan kayu limus paling rendah. 16.5 18.3 9.5 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Durian Limus Duku P e n u ru n a n B e ra t Ka yu Jenis Kayu Tabel 12 Analisis ragam penurunan berat kayu oleh rayap tanah pada uji keawetan Sumber DB JK KT F Pr F Jenis Kayu 2 214.39528053 107.19764027 3.82 0.0519 Keterangan : = tidak nyata ; = nyata ; = sangat nyata Berdasarkan uji lanjut Duncan pada Tabel 13, penurunan berat kayu limus dan kayu durian tidak berbeda nyata tetapi pada kayu limus berbeda nyata dengan kayu duku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keawetan kayu duku terhadap rayap tanah lebih tinggi dibanding kayu durian dan limus. Tabel 13 Uji Duncan penurunan berat kayu oleh rayap tanah pada uji keawetan Duncan Grouping Mean Jenis Kayu A 18.289 limus B A 16.468 durian B 9.515 duku Berdasarkan klasifikasi kayu terhadap rayap tanah pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa kayu durian dan limus termasuk dalam kelas awet IV yang berarti ketahanan kayunya buruk terhadap rayap tanah dan duku termasuk dalam kelas awet III yang artinya ketahanan kayunya sedang terhadap rayap tanah.

4.1.3 Keawetan Kayu terhadap Jamur Pelapuk S. commune