Manfaat Keawetan Kayu Uji Duncan konsentrasi terhadap penurunan berat kayu oleh

3. Mengetahui efektifitas pengawetan dengan Diffusol CB terhadap rayap kayu kering dan rayap tanah.

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam penggunaan jenis kayu rakyat sebagai bahan substitusi kayu komersial yang sesuai dengan sifat kayu dan penggunaannya, baik untuk penggunaan di dalam maupun di luar ruangan. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kayu dari Hutan Rakyat

Hutan rakyat adalah hutan-hutan yang dibangun dan dikelola oleh rakyat dan umumnya berada di atas tanah milik atau tanah adat, meskipun ada pula yang berada di atas tanah negara atau kawasan hutan negara. Kayu yang berasal dari hutan rakyat pada umumnya berumur muda, berdiameter kecil 25 cm, dan bermutu rendah. Karena pasokan kayu dari hutan alam semakin menurun, maka pemakai kayu cenderung memilih kayu rakyat. Kayu dari hutan rakyat pada dasarnya digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk pertukangan maupun bahan bangunan. Namun, dalam pemakaiannya harus didukung oleh teknologi yang dapat memperbaiki sifat-sifat kayu, seperti pola penggergajian, pengeringan, pengawetan, dan teknologi pengolahan lainnya Abdurachman Hadjib 2006.

2.1.1 Durian Durio zibethinus Murr.

Nama botanis durian adalah Durio spp famili Bombacaceaea terutama D. carinatus Mast., D. Oxleyanus Griff., D. Zibethinus Murr.. Nama daerahnya adalah duren, deureuyan, andurian, duriat, duriang, derian, duiang, duhuian, tuleno, turene. Sedangkan nama lain : durian Philipina, Sabah, Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Spanyol, Italia, Belanda, Jerman. Penyebaran kayu durian ini di seluruh Indonesia. Menurut Mandang Pandit 1997, ciri anatomi kayu durian adalah pembuluh atau pori baur, soliter dan berganda radial yang terdiri atas 2-3 pori, umumnya berukuran agak besar, frekuensinya sangat jarang atau jarang, kadang- kadang ada endapan berwarna putih, bidang perforasi sederhana. Parenkima terutama bertipe apotrakea baur, berupa garis-garis tangensial pendek diantara jari-jari atau ada yang bentuk jala. Jari-jari sangat sempit sampai lebar, letaknya jarang sampai agak jarang, ukurannya pendek sampai agak pendek. Ciri umum dari kayu ini adalah kayu teras berwarna coklat merah jika masih segar, lambat laun menjadi coklat kelabu atau coklat semu-semu lembayung. Kayu gubal berwarna putih dan dapat dibedakan dengan jelas dari kayu teras, tebal sampai 5 cm. Teksturnya agak kasar dan merata dengan arah serat lurus atau berpadu. Permukaan kayu agak licin dan mengkilap. Kesan raba agak licin sampai licin, kekerasan agak lunak sampai agak keras. Menurut Oey Djoen Seng 1990, sifat kayu durian termasuk kelas kuat II- III dengan berat jenis 0.57. Kayunya mudah digergaji meskipun permukaanya cenderung untuk berbulu, selain itu mudah dikupas untuk dibuat finir. Kayu durian cepat menjadi kering tanpa cacat, tetapi papan yang tipis cenderung untuk menjadi cekung. Sedangkan kegunaan kayu ini adalah sebagai bangunan dibawah atap, rangka pintu dan jendela, perabot rumah tangga sederhana termasuk lemari, lantai, dinding, sekat ruangan, kayu lapis, peti, sandal kayu, peti jenazah, dan bangunan kapal.

2.1.2 Limus Mangifera foetida Lour.

Nama botanis kayu limus adalah Mangifera foetida Loureiro sin. M. horsfieldii. Nama daerah : bacang, pakel, limus Sunda.; asam hambawang Kalimantan Selatan; bakumpai Kalimantan Tengah; mancong Aceh; lemus Batak; mbacang Minangkabau; pakel Jawa; mangga papa Timor; paukasi Alor; taipa bacang Makasar; pao daeko cani Bugis; pata Ambon; batin laka Buru. Nama lain : macang, pahu Malaysia.; ma chai, mamut Thailand; xoài hoi Vietnam; horse mango Inggris; la mot Myanmar. Penyebaran kayu ini di Jawa, Semenanjung Malaya, Sumatra, Borneo, wilayah Indocina dan Tenasserim selatan di Burma juga Filipina. Ciri umum kayu limus adalah pohon besar berbatang lurus, dapat mencapai 30-35 m. Kulit kayunya coklat sampai coklat kelabu tua, memecah beralur dangkal. Kayu limus tidak begitu baik kualitasnya, namun terkadang dimanfaatkan dalam konstruksi ringan di dalam rumah. Bila dilukai semua bagian tanaman mengeluarkan getah bening kelabu keputihan, yang lama-lama menjadi kemerahan dan menghitam. Getah ini tajam, gatal dan dapat melukai kulit terutama selaput lendir. Kayu limus mempunyai berat jenis 0.73 Oey Djoen Seng 1990.

2.1.3 Duku Lansium domesticum Jack.

Nama botanis kayu duku adalah Lansium spp famili Meliaceae. Nama daerahnya adalah duku komering, duku metesih dan duku condet. Kayu duku berasal dari Asia Tenggara bagian Barat, Semenanjung Thailand di sebelah Barat sampai Kalimantan di sebelah Timur. Ciri umum kayu ini adalah kayunya yang berwarna coklat muda keras dan tahan lama, digunakan untuk tiang rumah, gagang perabotan dan sebagainya. Kulit kayu berwarna kelabu berbintik-bintik gelap dan jingga, mengandung getah kental berwarna susu yang lengket resin. Sifat kayu duku mempunyai berat jenis kayu duku 0.85 dengan kelas kuat II Oey Djoen Seng 1990.

2.2 Masalah Biodeteriorasi

Biodeteriorasi hasil hutan kayu adalah semua proses dan akibat yang menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas hasil hutan yang diakibatkan oleh faktor-faktor biologis perusak kayu seperti serangga, jamur, dan binatang laut. Faktor-faktor biologis tersebut dapat merombak komponen utama pembentuk kayu seperti lignin dan selulosa serta menurunkan kekuatan kayu. Kerusakan yang diakibatkan oleh binatang laut penggerek kayu lebih hebat dibandingkan dengan kayu yang dipasang di tempat lain. Jamur pelapuk kayu ada yang langsung memakan komponen kayu, melapukkan kayu, dan mengubah susunan kimia kayu Tarumingkeng 2007.

2.2.1 Rayap

Menurut Tarumingkeng 2007, di seluruh dunia jenis-jenis rayap yang telah dikenal ada sekitar 2000 spesies sekitar 120 spesies merupakan hama, sedangkan di negara kita dari kurang lebih 200 spesies yang dikenal baru sekitar 20 spesies yang diketahui berperan sebagai hama perusak kayu serta hama hutanpertanian. Terdapat tiga famili rayap perusak kayu, yaitu famili Kalotermitidae, Rhinotermitidae dan Termitidae. Kalotermitidae diwakili oleh Neotermes tectonae hama pohon jati dan Cryptotermes spp. rayap kayu kering; Rhinotermitidae oleh Coptotermes spp dan Schedorhinotermes, sedangkan Termitidae oleh Macrotermes spp., Odontotermes spp. dan Microtermes spp.

2.2.1.1 Rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus

Menurut Batubara 2006, rayap kayu kering adalah rayap yang dapat memasuki kayu yang terbuka di atas tanah secara langsung dari udara. Dinamakan rayap kayu kering karena jenis rayap ini masih mampu hidup dalam kayu berkadar air relatif rendah sekitar 5-6. Rayap kayu kering mempunyai kepala berwarna coklat gelap kemerah-merahan dengan antena 11 segmen. Segmen kedua lebih panjang dari segmen lainnya. Panjang kepala dengan mandibel 0.87- 0.92 mm. Panjang mandibel 0.50-0.57 mm. Panjang labrum 0.10-1.11 mm dan lebarnya 0.16-0.17 mm Nandika et al. 2003. Rayap ini termasuk famili Kalotermitidae dan biasa menyerang kayu-kayu yang kering, kayu yang tidak lapuk termasuk kayu struktur bangunan, perabot rumah tangga, dan tempat penyimpanan kayu. Kalotermitidae diwakili oleh Neotermes tectonae hama pohon jati dan Cryptotermes spp. rayap kayu kering. Sumber : Arsip PSIH IPB Gambar 1 Prajurit Cryptotermes cynocephalus. Koloni rayap kayu kering berkembang sangat lambat dan maksimum anggota koloni berjumlah sangat sedikit. Jumlah anggota koloni yang berumur 4 tahunan kurang dari 1000 ekor, sedangkan koloni yang sudah tua berumur 10-15 tahun anggotanya kira-kira berjumlah 3000 ekor. Untuk hidupnya tidak memerlukan tempat yang lembab dan tidak pernah masuk ke dalam tanah. Cara penyerangan rayap kayu kering tidak mudah dideteksi sebab hidupnya terisolir di dalam kayu yang berfungsi sebagai sarangnya. Tanda serangan rayap ini adalah terdapatnya butiran-butiran kecil halus, kecoklatan dengan ujung yang bulat di sekitar kayu yang terserang. Sering terlihat secara kasat mata bahwa kayu terlihat masih utuh dan mulus, namun apabila ditekandiketuk permukaannya maka kayu akan pecah sebab telah keropos di dalamnya. Adanya serangan dapat dikenali dari struktur kayu yang menjadi tidak rata dan meninggalkan kotoran berbentuk butiran-butiran kecil Yusuf Utomo 2006.

2.2.1.2 Rayap tanah Coptotermes curvignathus

Rayap tanah merupakan rayap yang masuk ke dalam kayu melalui tanah atau lorong-lorong pelindung yang dibagunnya. Untuk hidupnya diperlukan kelembapan tertentu secara tetap, oleh karena itu untuk mendapatkan persediaan air, rayap ini selalu berhubungan dengan tanah dan sarangnya juga ada di dalam tanah. Kepala rayap tanah berwarna kuning, antena, labrum, dan pronotum kuning pucat. Antena terdiri dari 15 segmen, segmen kedua dan keempat sama panjangnya. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung di ujungnya, batas antar sebelah dalam dari mandibel sama sekali rata. Panjang kepala dengan mandibel 2.46-2.66 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1.56-1.68 mm. Lebar kepala 1.40-1.44 mm dengan lebar pronotum 1.00-1.03 mm dan panjangnya 0.56 mm. Panjang badan 5.5-6.0 mm. Bagian abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri. Abdomen berwarna putih kekuning-kuningan Nandika et al. 2003. Ada 2 famili rayap tanah di Indonesia, yaitu Rhinotermitidae dan Termitidae. Contoh jenis Rhinotermitidae adalah Coptotermes spp dan Schedorhinotermes, sedangkan contoh jenis Termitidae adalah Macrotermes spp., Odontotermes spp. dan Microtermes spp. Menurut Tarumingkeng 2001, rayap tanah merupakan serangga sosial yang hanya dapat hidup jika berada dalam koloninya. Karena di dalam koloninya terdapat bahan-bahan dan proses-proses yang dapat menjamin kelanjutan hidupnya. Rayap tanah hanya dapat mencapai makanannya bangunan atau kayu dengan menambah panjang terowongan-terowongan kembara, yaitu jalur-jalur sempit yang berasal dari pusat sarang ke arah kembara di mana makanannya berada, yang hanya dapat dilalui sekaligus oleh sekitar 3-4 ekor rayap. Terowongan kembara ini ditutupnya dengan bahan-bahan tanah sehingga pada galibnya liang-liang kembara tetap merupakan bagian dari sarang koloninya. Dengan adanya liang-liang tertutup ini maka praktis seluruh ruangan dari sarang rayap termasuk liang-liang kembara merupakan lingkungan yang sangat lembab yang menjamin kehidupan rayap tanah. Sumber : Buku Hama Pemukiman Indonesia Gambar 2 Rayap pekerja dan rayap prajurit. Rayap tanah sangat ganas dan dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya. Jenis rayap ini biasanya menyerang kayu yang berhubungan dengan tanah, misalnya bantalan rel kereta api atau tiang listrik. Meskipun demikian rayap ini juga menyerang kayu yang tidak berhubungan dengan tanah melalui terowongan yang dibuat dari dalam tanah Tarumingkeng 2001.

2.2.2 Jamur Pelapuk

Jamur pelapuk kayu merupakan penyebab utama kerusakan kayu. Jamur ini merusak dinding sel kayu sehingga mengubah sifat fisik dan sifat kimia kayu. Akibat serangan jamur ini dapat mencapai titik kondisi yang disebut decay kayu busuk Duljapar 1996. Jamur pelapuk pada umumnya berasal dari kelas Basidiomycetes yang mempunyai kemampuan untuk merombak selulosa dan lignin yang menjadi komponen utama dinding sel kayu, sehingga kekuatan kayu menjadi berkurang. Beberapa jenis jamur hanya merombak selulosa, sehingga warna kayu berubah coklat dan disebut brown rot. Jenis lainnya merombak selulosa dan lignin, sehingga warna kayu menjadi putih pucat dan disebut white rot. Sifat mekanis kayu seperti keteguhan pukul, keteguhan lentur, keteguhan tekan, kekerasan dan elastisitas akan berkurang bila terserang jamur pelapuk kayu. Pada umumnya jamur brown rot lebih cepat menurunkan kekuatan kayu daripada white rot. Jamur pelapuk banyak menyerang kayu bangunan, sebagai contoh diantaranya adalah Schizophyllum commune Fr, Pycnoporus sanguineus Fr. Karst dan Dacryopinax spatularia Schw Mart Martawijaya dan Supriana 1976 dalam Nurul 2005.

2.2.2.1 Schizophyllum commune

S. commune merupakan jamur yang paling sering diteliti, yang paling banyak, dan tersebar luas. Jamur ini termasuk dalam kelas Basidiomycetes, family Schizophyllaceae yang sebagian besar dapat ditemukan pada kayu daun lebar. S. commune hidup pada iklim sedang atau tropis Schmidt 2006. S. commune mempunyai tubuh buah seperti insang pada bagian bawahnya. Tubuh buahnya sangat kecil dan tidak punya batang Kuo 2003. Fungsi insang tersebut adalah untuk memproduksi basidiospora pada permukaannya. Tidak seperti jamur lain, miseliumnya hanya memproduksi satu kumpulan tubuh buah per tahun yang dapat mengering dan mendapatkan air kembali dan tetap berfungsi Volk 2000.

2.3 Keawetan Kayu

Keawetan kayu merupakan daya tahan suatu jenis kayu tertentu terhadap berbagai faktor perusak kayu biologis yaitu jamur, serangga, dan binatang- binatang laut. Keawetan alami kayu terutama dipengaruhi oleh kadar ekstraktifnya meskipun tidak semua zat ekstraktif beracun bagi organisme perusak kayu. Umumnya semakin tinggi kandungan ekstraktif dalam kayu, maka keawetan alami kayu cenderung meningkat Wistara et al. 2002. Menurut Tim ELSSPAT 1997, umur pohon memiliki hubungan yang positif dengan keawetan kayu. Jika pohon ditebang dalam umur yang tua, pada umumnya lebih awet daripada jika ditebang ketika muda karena semakin lama pohon tersebut hidup maka semakin banyak zat ekstraktif yang dibentuk. Berdasarkan penurunan berat kayu oleh jamur pelapuk, kayu dibagi ke dalam beberapa kelas awet. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kelas ketahanan kayu terhadap jamur Kelas Ketahanan Penurunan Berat I Sangat tahan 1 II Tahan 1- 5 III Agak tahan 5 - 10 IV Tidak tahan 10 - 30 V Sangat tidak tahan 30 Sumber : BSN 2005 Terdapat lima kelas awet kayu, mulai dari kelas awet I yang paling awet sampai kelas awet V yang paling tidak awet. Kelas awet kayu didasarkan atas keawetan kayu teras karena bagaimanapun awetnya suatu jenis kayu, bagian gubalnya selalu mempunyai keawetan yang terendah kelas awet V, hal ini disebabkan karena pada bagian kayu gubal tidak terbentuk zat-zat ekstraktif seperti phenol, tannin, alkaloide, saponine, chinon, dan damar. Zat-zat tersebut mempunyai daya racun terhadap organisme perusak kayu Findlay Martawijaya dalam Padlinurjaji 1977. Tabel 2 Klasifikasi keawetan kayu Indonesia Oey Djoen Seng 1990 Kondisi Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Tempat Awet I Awet II Awet III Awet IV Awet V • Selalu berhubungan 8 tahun 5 tahun 3 tahun Sangat Sangat dengan tanah pendek pendek • Hanya dipengaruhi 20 tahun 15 tahun 10 tahun Beberapa Sangat cuaca, tetapi dijaga tahun pendek supaya tidak terendam air dan tidak terendam udara • Di bawah atap, tidak Tidak Tidak Sangat Beberapa Pendek berhubungan dengan terbatas terbatas terbatas tahun tanah lembab dan tidak kurang udara • Seperti di atas tetapi Tidak Tidak Tidak 20 tahun 20 tahun dipelihara dengan baik terbatas terbatas terbatas dan di cat teratur • Serangan rayap tanah Tidak Jarang Cepat Sangat Sangat Cepat Cepat • Serangan bubuk Tidak Tidak Hampir Tidak Sangat kayu kering tidak berarti Cepat

2.4 Pengawetan Kayu