Adapun pengertian pemahaman menurut Suharsimi dalam Abidin 2011 adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan,
menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Menurut Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia Pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar.
Suharsimi dalam Abidin 2011 menyatakan bahwa pemahaman comprehension adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan,
menduga estimates, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan
memperkirakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi dan pemahaman
stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi tentang prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Stakeholder mempunyai pengertian sebagai
aktorinstitusi yang bisamampu mempengaruhi proses pencapaian hasil dan tujuan program ataupun pihak-pihak yang terkena dampak dari implementasi
program Sebelum melakukan penyebaran kuisioner baik untuk stakeholder yang
berperan sebagai expert judgement maupun penyebaran kuisioner untuk masyarakat, maka peneliti melakukan wawancara terhadap 12 dua belas orang
stakeholder di Kota Sukabumi. Stakeholder tersebut berperan sebagai informan, yaitu sumber informasi yang memberikan pengetahuan dan pengalaman mereka
kepada peneliti khususnya tentang Kota Sukabumi. Adapun tugas peneliti adalah mendeskripsikan, memilah dan menarik kesimpulan terhadap hasil wawancara
tersebut. Wawancara ini dilakukan untuk membuat kerangka acuan dalam
menyusun pertanyaan maupun pernyataan yang akan diberikan dalam kuisioner yang akan diujikan. Adapun hasil wawancara tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Wawancara sebagai Kerangka Acuan Kuisioner
No. Karateristik Informan
Kesimpulan Hasil Wawancara Acuan dalam Kuisioner
1. 6 informan dari unsur
pemerintahan dan 6 informan dari unsur non-
pemerintahan
Menurut semua informan, masyarakat Kota Sukabumi masih sedikit yang berpikir tentang
kebutuhan generasi yang akan datang, ; banyak yang berpikir tentang apa yang ada di
depan mata saja tidak berpikir untuk masa yang akan datang.
2 informan menyebutkan bahwa pembangunan
di Kota Sukabumi harus melalui perencanaan yang bertahap dengan skala prioritas, sumber
daya, anggaran yang berbeda dengan
memperhitungkan keadaan yang ada di masa yang akan datang.
3
informan menyebutkan terjadinya
kesenjangan antara usulan masyarakat dengan anggaran yang ada di Kota Sukabumi sehingga
perlu dipikirkan prioritas pembangunan yang mengacu kepada visi-misi Kota Sukabumi.
Semua informan menyebutkan bahwa pemda
Kota Sukabumi harus mengoptimalkan pembangunan dengan kendala yang ada.
Menurut semua informan, Pemerintah Kota
Sukabumi telah mencoba untuk menghimpun partisipasi masyarakat
Dalam perencanaan. informan menyebutkan
bahwa persentase perencanaan dengan melibatkan masyarakat sekitar 70-80 dimana
usulan dari masyarakat banyak yang sudah direalisasikan.Walaupun menurut semua
informan tersebut perencanaan yang berasal dari masyarakat di Kota Sukabumi belum
optimal.
2 informan menyebutkan adanya kekhawatiran
tentang menurunnya lahan pertanian di Kota Sukabumi sekitar 10 setiap tahunnya yang
beralih menjadi pemukiman ataupun tempat usaha.
Semua informan menyebutkan bahwa
indikator pencapaian dalam pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi yang paling
menonjol dan dinilai baik yaitu aspek pendidikan, aspek kesehatan dan aspek
kelembagaan.
5 informan menyebutkan prinsip keberlanjutan
sudah ada secara eksplisit dalam produk- produk perencanaan di Kota Sukabumi.
Pembangunan di Kota Sukabumi belum menyentuh
esensi kebutuhan masyarakat Kota Sukabumi.
Apabila dilihat dari visi dan misi Kota Sukabumi sebagai Pusat pelayanan jasa di
bidang perdagangan,pendidikan dan kesehatan sebenarnya berindikasi terhadap keamanan dan
kenyamanan Sejauh ini yang terasa kenyamanan masih jauh dari yang diharapkan,
terutama bertambahnya kemacetan di Kota Sukabumi, Sehingga manajemen transportasi
yang bijaksana merupakan hal yang tidak terbantahkan
lagi untuk
diterapkan di
Kota Sukabumi. Visi dan misi Kota Sukabumi memang ada
kesinambungannya, akan tetapi aspek sosialnya terabaikan, yang otomatis aspek
lingkungan juga terkena dampaknya.
Kepedulian terhadap masa yang akan
datang.
Pembangunan di Kota Sukabumi.
Perencanaan parsisipatif
Dampak pembangunan di Kota Sukabumi
Ketercapaian indikator pembangunan
berkelanjutan
No. Karateristik Informan
Kesimpulan Hasil Wawancara Acuan dalam Kuisioner
Program dan prosedur dari Pemda itu sudah benar, akan tetapi selalu pada akhirnya selalu
berbelok arah, apalagi apabila ada hubungannya dengan dana.
Adanya kekhawatiran tentang maraknya pembangunan ruko, retail dan toserba di Kota
Sukabumi dengan investor pendatang dengan modal besar. Hal ini memberikan pertanyaan,
penduduk Kota Sukabumi apakah hanya menjadi konsumen saja? Sedangkan lahan di
kota ini terbatas. Sehingga penduduk dengan mata pencaharian petani berkurang lahannya.
Hal ini merupakan efek dari mendatangkan investor dari luar kota yang digembor-
gemborkan pemerintah kota.
Belum adanya perhatian dan concern dari penduduk Kota Sukabumi, termasuk dari
anggota DPRD Kota Sukabumi tentang pembangunan berkelanjutan.Kebanyakan
hanya memikirkan untuk kebutuhan hari ini saja.
Belum terlihat adanya dokumen produk perencanaan yang ‘visioner’ yang memuat visi
yang ‘visioner’
juga. Harusnya dalam dokumen tersebut, misal RTRW diharapkan
memuat naskah akademik.RTRW itu harus berprinsip pembangunan berkelanjutan.
Pentingnya stakeholder dalam pembangunan yaitu Bussiness B, Government G dan
Society S yang harus tetap dijaga untuk selalu dalam segitiga kesetimbangan
equlibrium. Apabila dilihat dari indikator pembangunan
berkelanjutan,maka ketercapaiannya di Kota Sukabumi yang paling menonjol yaitu aspek
pendidikan dan aspek kesehatan serta aspek kelembagaan.
Pembangunan di Kota Sukabumi
Prinsip-prinsip dalam pembangunan
berkelanjutan
Sumber : Hasil Survey, ,2011
Adapun berlangsungnya wawancara yang telah dilakukan peneliti dapat dilihat pada Gambar 13.
Sumber : Hasil Survey, 2011.
Gambar 13 Suasana Wawancara untuk Membuat Kerangka Kuisioner Lanjutan Tabel 6
A. Uji Validitas Kuisioner untuk Responden Masyarakat.
Kerangka pernyataan kuisioner dibuat berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan. Adapun kesimpulan yang dihasilkan dari wawancara berkisar
tentang lima aspek utama. Lima aspek tersebut yaitu pembangunan di Kota Sukabumi, ketercapaian pembangunan di Kota Sukabumi dan dampak yang
dirasakan masyarakat, kepedulian tentang masa yang akan datang, perencanaan partisipatif dan pembangunan berkelanjutan.
Peneliti membuat 27 pernyataan yang dimuat dalam lembar kuisioner yang akan diajukan pada masyarakat Kota Sukabumi berdasarkan pengambilan sampel
acak. Uji kuisioner telah dilakukan peneliti untuk mengetahui validitas pernyataan-pernyataan yang telah disusun dalam lembar kuisioner. Uji kuisioner
dilakukan terhadap 10 responden terpilih sehingga dapat diketahui bagaimana respon responden terhadap pernyataan-pernyataan dalam lembar kusioner.
Analisis validitas dilakukan dengan menggunakan rumus kooefisien korelasi product moment. Item pernyataan dinyatakan valid jika mempunyai nilai r hitung
yang lebih besar dari r standar yaitu 0,3. Hasil pengujian validitas dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Validitas Kuisoner
No. Aspek Utama Pernyataan
Dalam Kuisioner Banyaknya
Item Pernyataan
Item Pernyataan
Keterangan
1. Pembangunan di Kota
Sukabumi 3
1 - 3 Semua Valid
2. Ketercapaian pembangunan dan
dampaknya 7
4 - 10 Semua Valid
3. Kepedulian tentang masa yang
akan datang 3
11 - 13 Semua Valid
4. Perencanaan partisipatif
4 14 - 17
Semua Valid 5.
Pembangunan berkelanjutan 10
18 - 27 Semua Valid
Sumber : Hasil Analisis,2011.
3.4.4 Analisis Hirarki Proses Analytic Hierarchy Process AHP
Istilah stakeholders sudah sangat populer. Kata ini telah dipakai oleh banyak pihak dan hubungannnya dengan berbagi ilmu atau konteks, misalnya manajemen
bisnis, ilmu komunikasi, pengelolaan sumberdaya alam, sosiologi, dan lain-lain. Lembaga-lembaga publik telah menggunakan secara luas istilah stakeholder ini ke
dalam proses-proses pengambilan dan implementasi keputusan. Secara sederhana, stakeholder sering dinyatakan sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak
yang terkait dengan suatu issu atau suatu rencana. Freeman dalam Abdiprojo 2010 mendefenisikan stakeholders sebagai
kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan dalam Abdiprojo 2010 secara
singkat mendefinisikan stakeholder sebagai orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan. Stakeholder ini sering diidentifikasi dengan suatu
dasar tertentu sebagaimana dikemukakan Freeman dalam Abdiprojo 2010, yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan relatif stakeholder terhadap issu.
Dalam penelitian ini salah satu obyek penelitiannya yaitu stakeholder. Analisis yang digunakan dalam menentukan preferensi stakeholder yang terpilih
sebagai informan adalah metode AHP. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk
mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan.
Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan
menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang
bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif
sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat Saaty,
1993.
Menurut Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu prinsip menyusun hirarki Decomposition, prinsip menentukan prioritas
Comparative Judgement, dan prinsip konsistensi logis Logical Consistency. Hirarki yang dimaksud adalah hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan
untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponen-komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Dalam proses menentukan tujuan dan hirarki
tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Pemilihan kriteria-kriteria
pada setiap masalah pengambilan keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Lengkap Kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting,
yang digunakan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan. b. Operasional
Operasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati
terhadap alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan alat untuk berkomunikasi.
c. Tidak berlebihan Menghindari adanya kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian
yang sama. d. Minimum
Diusahakan agar jumlah kriteria seminimal mungkin untuk mempermudah pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam
analisis.
Decomposition Setelah persoalan didefinisikan maka perlu dilakukan decomposition, yaitu
memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sehingga
didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini dinamai hirarki Hierarchy.
Pembuatan hirarki tersebut tidak memerlukan pedoman yang pasti berapa banyak hirarki tersebut dibuat, tergantung dari pengambil keputusan-lah yang
menentukan dengan memperhatikan keuntungan dan kerugian yang diperoleh jika keadaan tersebut diperinci lebih lanjut.
Ada dua jenis hirarki, yaitu hirarki lengkap dan hirarki tidak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada semua tingkat memiliki semua elemen yang
ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian maka dinamakan hirarki tidak lengkap.
Comparatif Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen
pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap
prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison.
Dalam melakukan penilaian terhadap elemen-elemen yang diperbandingkan terdapat tahapan-tahapan, yakni:
a. Elemen mana yang lebih pentingdisukaiberpengaruhlainnya b. Berapa kali sering pentingdisukaiberpengaruhlainnya
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, perlu dipahami tujuan yang diambil secara umu dalam penyusunan skala
kepentingan, saat menggunakan patokan pada Tabel 8.
Tabel 8 Acuan Skala Kepentingan Dalam Analisis Hirarki Proses
Intensitas kepentingannya
Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu.
3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting ketimbang yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan
sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya.
5 Elemen yang satu essensial atau
sangat penting ketimbang elemen lainnya.
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu
elemen atas elemen lainnya.
7 Satu elemen jelas lebih penting dari
elemen lainnya Satu lemen dengan kuat
disokong, dan dokumennya telah terlihat dalam praktek.
9 Satu elemen lebih penting ketimbang
elemen yang lainnya. Bukti yang menyokong elemen
yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan
tertinggi yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua
pertimbangan yang berdekatan. Kompromi diperlukan antara dua
pertimbangan.
Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu
angka bila dibandingkan dengan suatu aktivitas j, maka j mempunyai
nilai kebalikannya bila dibandingan dengan aktivitas i
Sumber : Mahoneys,2008.
Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal, artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka
elemen j harus sama dengan 13 kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya
sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat m elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran
m x n. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah nn-12 karena matriks reciprocal dan elemen-elemen diagonalnya sama
dengan 1.
Synthesis of Priority Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari nilai eigen vector-
nya untuk mendapatkan local priority. Oleh karena matriks-matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority
harus dilakukan sintesis antara local priority. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting.
Logical Consistency Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah objek-objek yang serupa
dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada
kriteria tertentu.
3.4.4.1 Substansi Kuisioner untuk Stakeholder
Pada penelitian ini susbstansi kuisioner terbagi menjadi dua bagian. Pertama, susbstansi kuisioner dengan pertanyaan terbuka tentang hal-hal yang
diangkat dari hasil wawancara yang telah dilakukan sebelumnya. Kedua, substansi kuisioner yang akan diujikan terhadap responden untuk mengetahui pertimbangan
dan keputusan stakeholder terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tujuan pembangunan berkelanjutan. Pada susbstansi kuisioner pertama, peneliti
mengajukan pertanyaan yang terbuka meliputi :
a. Pengetahuan istilah yang berkaitan dengan perencanaan dan pembangunan berkelanjutan;
b. Pemahaman tentang pembangunan di Kota Sukabumi; c. Pemahaman tentang dampak pembangunan di Kota Sukabumi;
d. Pengetahuan tentang program-program pembangunan di Kota Sukabumi;
e. Kepedulian tentang masa yang akan datang; f. Pemahaman tentang kebutuhan generasi yang akan datang dan
pemberian contoh kasus terpenting; g. Pengetahuan tentang adat istiadat yang berkaitan dengan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dan cara untuk melestarikannya; h. Pemahaman produk perencanaan di Kota Sukabumi yang berkaitan
dengan pembangunan berkelanjutan; i. Pemahaman tentang pembangunan berkelanjutan dan ketercapaiannya.
j. Perencanaan partisipatif; k. Definisi pembangunan berkelanjutan.
Model kuisioner yang akan diajukan kepada stakeholder terpilih untuk substansi kuisoner pertama didasarkan pada struktur hirarkinya, sehingga setiap
level terbagi menjadi level-level berikutnya.
3.4.4.2 Penentuan Struktur Hirarki Untuk AHP
Sebelum melakukan penyebaran kuisioner untuk stakeholder terpilih, yang selanjutnya disebut informan, peneliti menyusun struktur hirarki substansi sesuai
dengan prinsip dasar dalam Analitycal Hierarchy Process AHP. Sesuai yang disebutkan oleh Falatehan 2009, bahwa dalam memecahkan persolan dengan
analisis logis eksplisit, ada tiga prinsip yaitu prinsip menyusun hirarki, prinsip menetapkan prioritas dan prinsip konsistensi.
Untuk membuat hirarki tentang tujuan pembangunan berkelanjutan identifikasi sistem, peneliti membagi dimensiaspek menjadi empat aspek dalam
pembangunan berkelanjutan yaitu aspek lingkungan, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek kelembagaan. Selanjutnya peneliti menetapkan faktor-faktor
pendukung terhadap aspek-aspek tersebut sehingga membentuk struktur hirarki seperti pada Gambar 14.
Sumber: Berbagai Sumber, 2011.
Gambar 14 Struktur Hirarki Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
A. Tingkat Konsistensi Informan
Menurut Falatehan 2009 dalam persoalan pengambilan keputusan, kita perlu mengetahui tingkat konsistensinya, karena bisa jadi suatu pengambilan
keputusan memiliki tingkat konsistensi yang rendah. Padahal konsistensi sempurna sulit dicapai. Konsistensi sampai pada tingkatan tertentu dapat
menetapkan prioritas untuk elemen-elemen yang berkenaan dengan beberapa kriteria diperlukan untuk memperoleh hasil yang optimal dengan keadaan di dunia
nyata. AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui rasio suatu konsistensi. Nilai rasio konsistensi paling tinggi 10 persen
nilai 0,1 jika lebih maka pertimbangan yang telah dilakukan perlu diperbaiki.
Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk mengetahui kekonsistensian jawaban dari informan yang akan berpengaruh terhadap keabsahan hasil
kuisioner. Dalam penelitian ini, perhitungan konsistensi dilakukan pada faktor-faktor
pendukung terhadap 4 empat aspekdimensi pembangunan berkelanjutan. Setelah melakukan perhitungan maka didapatkan hasil bahwa konsistensi rasio
Consistensy ratio faktor-faktor yang diujikan terhadap informan nilainya berkisar 0,0009 – 0,005. Hasil ini memberikan arti bahwa tingkat konsistensi
terhadap substansi kuisioner diujikan dalam penelitian ini ketidakkonsistennya dibawah nilai 0,1 10 sehingga pertimbangan yang telah diberikan informan
tidak perlu lagi diperbaiki atau diulang. Untuk lebih jelasnya tingkat konsistensi dari substansi kuisoner yang telah
diujikan terhadap informan terpilih dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9 Tingkat Konsistensi Substansi Kuisioner yang Diujikan
Sumber : Hasil Analisis,2011.
3.4.5 Analisis Ketercapaian Indikator Berdasarkan Indeks Komposit
No. AspekDimensi
Pembangunan Berkelanjutan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Nilai Indeks Konsistensi
Consistency IndexCI
Nilai Rasio Konsistensi
Consistency RatioCR
Ket.
1. Lingkugan
a. Potensi
Sumberdaya Alam SDA
b. Degradasi
Lingkungan c.
Neraca SDA dan Lingkungan
0,0005 0,0009
Konsisten
2. Sosial
a. Keadilan
b. Kesetaraan
c. Rasa Aman
d. Mengahargai
Perbedaan 0,005
0,006 Konsisten
3. Ekonomi
a. Pendapatan
Masyarakat b.
Kesempatan Kerja
c. Investasi
d. Pendapatan
Daerah 0,004
0,005 Konsisten
4. Kelembagaan
a. Komunikasi dan
Koordinasi b.
Partisipasi dan Hak-hak Publik
c. Kepemimpinan
0,0007 0,001
Konsisten
Secara khusus untuk memberikan gambaran mengenai tingkat pencapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi dapat menggunakan
indeks komposit. Penerapan analisis ini pada mulanya digunakan oleh Saleh et al. 2009 untuk menganalisis pencapaian MDGs di Kabupaten Sulawesi Barat.
Menurut Saleh et al. 2009 dengan tersedianya indikator-indikator di setiap tujuan dari hasil survei di tingkat kecamatan di kabupaten tersebut maka dapat
dibuat Indikator Komposit MDGs IK-MDGs. Indikator komposit ini dapat menunjukkan kinerja pencapaian MDGs di setiap kecamatan dan kabupaten.
IK-MDGs merupakan indeks komposit yang memberikan bobot sama terhadap masing-masing tujuan. Dalam penghitungannya pada tahap awal dipilih
terlebih dahulu indikator-indikator yang memungkinkan dari setiap tujuan. Indikator-indikator tersebut kemudian dikelompokkan sesuai dengan tujuan
MDGs. Indeks komposit MDGs merangkum temuan-temuan utama dari analisis
pencapaian MDGs. Apabila divisualisasikan dalam bentuk grafik laba-laba, maka masing-masing sudut diagram menunjukkan kelompok yang dicakup dalam
analisis pencapaian tujuan. Garis-garis dari pusattengah ke masing-masing sudut mempresentasikan suatu skala 0 sampai 1, yang mengukur tingkat pencapaian di
masing-masing kelompok tujuan. Titik-titik pada skala mencerminkan situasi pencapaian indikator saat ini
yang dipresentasikan sebagai nilai indeks gabungan untuk masing-masing kelompok. Titik-titik dihubungkan untuk menunjukkan gambaran keseluruhan
dari kecamatan atau kabupaten dengan mengilustrasikan di kelompok mana yang telah dicapai secara lebih baik dibanding kelompok lainnya. Masing-masing
indeks kelompok juga merupakan komposit indikator dari indeks MDGs di masing-masing kecamatan atau kabupaten.
Sebuah indeks merupakan nilai bebas satuan antara 0 dan 1, yang memungkinkan berbagai indeks yang berbeda ditambahakandijumlahkan. Ada
tiga langkah untuk sampai pada indeks komposit MDGs IK-MDGs : Langkah 1 : Hitung indeks dari indikator tertentu.
Pada umumnya menggunakan rumus berikut untuk menghitung indeks indikator tertentu.
Iix = Cix - mini =
1. Untuk masing-masing kelompok indikator, identifikasikan nilai maksimum dan nilai minimun disetiap indikatornya dari angka indikator
setiap kabupatenkecamatan. Dix
maxi – mini Ri Dimana :
Iix : Indeks tunggal single index dari indikator ke i di keckab x
Cix : nilai indikator ke i di keckab X saat ini
Maxi : nilai maksimum indikator ke i Mini : nilai minimum indikator ke i
Langkah 2: tahapan indeks suatu indikator. Indeks suatu indikator khusus dapat diperoleh dengan mengikuti tahapan-
tahapan sebagai berikut :
Maxi = angka tertinggi dari indikator untuk tingkat kabupetenkecamatan Mini = angka terendah dari indikator untuk tingkat kabupatenkecamatan
2. Hitung rentangkisaran masing-masing indikator dengan mengurangkan nilai maksimum dengan nilai minimun. Jadi Ri merupakan kisaran
indikator ke- i yang ditentukan dengan : Ri = maxi - mini
3. Kurangkan nilai minimun dari nilai saat ini dari indikator ke i di kabupatenkecamatan X Jadi hasilnya adalah perbedaan nilai yang
ditunjukkan oleh Dix. Bila Cix merupakan nilai kini dari indikator ke i di kabupatenkecamatan X, maka Dix ditentukan dengan :
Dix = Cix – minix
Langkah 3: visualisasi dalam bentuk grafik laba-laba. Dari hasil perhitungan IK-MDGs, selanjutnya divisualisasikan dalam bentuk
grafik laba-laba dengan tujuh sudut tujuan. Analisis grafik laba-laba dimulai dari tingkat kabupaten, dilanjutkan untuk masing-masing kecamatan.
3.4.5.1 Indikator Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan Kerangka
Kerja
Commision Sustainable Development CSD Tahun 2007
Menurut Rustiadi et al. 2009 indikator adalah ukuran kuantitatif danatau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang
relah ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk melihat tingkat
kinerja baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi. Selanjutnya Rustiadi et al.2009 menjelaskan
bahwa secara umum, indikator kinerja memiliki fungsi untuk 1 memperjelas tentang apa, berapa, dan kapan suatu kegiatan pembangunan dilaksanakan,
2 menciptakan konsesus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari kesalahan interprestasi selama pelaksanaan
kebijakanprogramkegiatan dan dalam menilai kinerjanya, dan 3 membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja organisasiunit kerja.
Beberapa pertimbangan untuk indikator pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut :
1 Kesederhanaan: Indikator akhir harus sederhana, 2 Skop: Indikator harus meliputi seluruh aktivitas manusia yang terkait
dengan ekonomi dan lingkungan, dan overlap antar masing-masing indikator harus seminimal mungkin,
3 Kuantifikasi: Elemennya harus dapat diukur, 4 Pengukuran: Elemen harus dapat dipantau untuk menunjukkan
kecenderungan, 5 Sentivitas: Indikator yang terpilih cukup sensitif terhadap perubahan
penting dalam karateristik lingkungan, dan 6 Batas waktu: frekuensi dan lingkup elemen harus dapat
menunjukkan identifikasi waktu dari kecenderungan yang ada.
Indikator didefinisikan sebagai alat ukur berupa statistik yang dapat menunjukkan kondisi, perbandingan, kecenderungan, atau perkembangan suatu
hal yang diamati. Indikator diturunkan dari perhitungan-perhitungan statistik,
dapat berupa jumlah, proporsi, persentase, angkatingkat atau rate, ratio maupun indeks Saleh et al., 2008
Pada penelitian ini, peneliti akan mengkaji ketercapaian indikator-indikator pembangunan berkelanjutan yang ada di Kota Sukabumi berdasarkan
ketersediaan datanya. Menurut Buku Indikator Pembangunan Berkelanjutan Tahun 2010 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik, Indonesia sebagai negara
yang telah meratifikasi Agenda 21 hasil Konferensi Tingkat Tinggi Tahun 1992 di Rio de Janeiro mempunyai kewajiban menyajikan indikator atau variabel
yang disarankan dan direkomendasikan oleh United Nation Commision on Sustainable Development UNCSD. Setiap indikator terpilih dari framework CSD
Commision Sustainable Development yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia yang merupakan revisi dari indikator pembangunan berkelanjutan oleh
CSD pada Tahun 2007. Indikator CSD berkaitan dengan indikator Millenium Development Goals MDGs walaupun kedua indikator tersebut mempunyai
tujuan umum yang berbeda. Indikator CSD hanya dimaksudkan memberikan referensi untuk digunakan di berbagai negara untuk melacak kemajuan nasional
dalam mencapai tujuannya. Disisi lain indikator MDGs dikembangkan untuk pemantauan kemajuan global terhadap pertemuan internasional sesuai tujuannya.
Hasil indikator CSD yang direvisi terdiri dari 14 tema kemiskinan, kepemerintahan, kesehatan, pendidikan, demografi, bencana alam, atmosfir,
lahan, laut dan pesisir, air, keanekaragaman hayati, pembangunan ekonomi, kerjasama ekonomi global dan konsumsi serta pola produksi, 44 sub tema, 50
indikator utama dan 46 indikator lain. Berikut ini akan dijelaskan tentang pentingnya setiap indikator terpilih dari
framework CSD yang sudah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. 1. Jumlah dan persentase penduduk miskin.
2. Distribusi pembagian pengeluaran per kapita dan indeks gini. 3. Persentase rumah tangga dengan penampungan akhir tinja tangki septik.
4. Persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih. 5. Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan bukan
listrik. 6. Persentase rumah tangga yang bahan bakar memasaknya kayu bakar.
7. Jumlah keberadaan pemukiman kumuh. 8. Jumlah kasus korupsi yang sudah diselesaikan.
9. Jumlah kasus pembunuhan. 10. Angka kematian bayi.
11. Angka harapan hidup saat lahir. 12. Persentase penduduk yang berobat jalandi puskesmas dan puskesmas
pembantu. 13. Persentase balita yang diimunisasi.
14. Persentase wanita usia 15-49 tahun yang menggunakan alat KB. 15. Status gizi balita.
16. Jumlah penderita malaria,kumulatif kasus AIDS dan jumlah kasus penyakit TB paru.
17. Prevalansi perokok saat ini. 18. Jumlah kasus bunuh diri.
19. Persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang tamat pendidikan dasar SMP.
20. Angka partisipasi Murni SD dan SMP. 21. Persentase penduduk usia 25-64 tahun dengan pendidikan tertinggi yang
ditamatkan minimal SMA. 22. Angka melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas.
23. Penduduk dan laju pertumbuhan penduduk. 24. Angka kelahiran total.
25. Angka beban ketergantungan. 26. Jumlah desa menurut jenis bencana dan upaya antisipasi bencana.
27. Jumlah korban dan kerusakan rumah akibat bencana alam. 28. Emisi gas rumah kaca.
29. Impor komidit bahan yang mengandung zat perusak ozon. 30. Rata-rata bulanan hasil pengukuran konsentrasi gas SO2 dan NO2.
31. Luas lahan sawah. 32. Persentase luas hutan.
33. Luas kebakaran hutan. 34. Jumlah dan persentase desa pesisir.
35. Sebaran kawasan konservasi laut. 36. Luas dan kondisi terumbu karang.
37. Produksi dan distribusi air bersih. 38. Kandungan BOD dan COD dalam air.
39. Kawasan konservasi daratan. 40. Spesies satwa dan tumbuhan yang dilindungi.
41. Produk Domestik Regional Bruto PDRB per kapita. 42. Laju inflasi.
43. Rasio pinjaman luar negeri terhadap produk nasional bruto PNB. 44. Persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja.
45. Persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang rentan kehilangan pekerjaannya.
46. Rata-rata upah per bulan pekerja wanita di sektor non pertanian. 47. Persentase rumah tangga yang mengakses internet.
48. Nilai impor. 49. Posisi pinjaman luar negeri.
50. Pemakaian energi. 51. Jumlah kendaraan bermotor.
3.4.5.2 Pemilihan Indikator Pembangunan Berkelanjutan Pada Penelitian
Berdasarkan ketersediaan data yang ada maka peneliti telah menetapkan beberapa indikator pembangunan berkelanjutan yang akan di analisis
ketercapaiannya di Kota Sukabumi dengan rujukan dari indikator pembangunan berkelanjutan CSD 2007. Adapun pemilihan indikator tersebut dapat dilihat
pada Tabel 10.
3.4.6 Analisis Isi Content Analysis
Ekomadyo 2006 menyebutkan bahwa Analisis Isi Content Analysis secara sederhana diartikan sebagai metode untuk mengumpulkan dan menganalisis
muatan dari sebuah “teks”. Teks dapat berupa kata-kata, makna gambar, simbol, gagasan, tema dan bermacam bentuk pesan yang dapat dikomunikasikan. Analisis
Isi berusaha memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik, tetapi sebagai gejala simbolik untuk mengungkap makna yang terkadang dalam sebuah
teks, dan memperoleh pemahaman terhadap pesan yang direpresentasikan. Sesuai tujuannya, maka metode Analisis Isi menjadi pilihan untuk diterapkan pada
penelitian yang terkait dengan isi komunikasi dalam sebuah teks.
Tabel 10 Pemilihan Indikator Pembangunan Berkelanjutan Penelitian Berdasarkan Indikator Pembangunan Berkelanjutan Dari
Commision Sustainable Development CSD
No. Thema
Sub Thema Indikator
1. PovertyKemiskinan
• Income
PovertyPendapatan Penduduk Miskin
• Income
InequalityKetidaksamaan pendapatan
• SanitationSanitasi
• Drinking waterAir minum
• Jumlah dan persentase
penduduk miskin. •
Garis kemiskinan. •
Distribusi pembagian pengeluaran per kapita dan
indeks gini. •
Persentase rumah tangga dengan penampungan akhi
tinja tanki septik tank. •
Persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih.
2. HealthKesehatan
• MortalityKematian
• Angka kematian bayi.
• Angka harapan hidup saat
lahir. 3.
EducationPendidikan •
Education LevelTingkat pendidikan
• Persentase penduduk usia 15
tahun ke atas yang tamat pendidikan dasar SD dan
SMP. •
Angka partisipasi murni SD dan SMP.
• Persentase penduduk usia 25-
64 tahun dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan
minimaln SMA. •
Angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas.
4. DemographicKependudukan
• PopulationPopulasi
• Penduduk dan laju
pertumbuhan penduduk. •
Angka beban ketergantungan. 5.
AtmosphereAtmosfer •
Air QualityKualitas udara •
Perkiraan emisi CO2 yang berasal dari kendaraan
bermotor. 6.
LandLahan •
AgriculturePertanian •
ForestHutan •
Luas lahan sawah •
Persentase luas hutan terhadap luas wilayah
7. Fresh waterSumber daya air
• Water quantityKuantitas
air •
Water quality Kualitas air •
Produksi dan distribusi air. •
Kandungan BOD dan COD dalam air.
8. Economic
DevelopmentPembangunan Ekonomi
• Macroeconomic
performanceTampilan makroekonomi
• EmploymentKetenagakerj
aan •
Information and comunication
technologiesTeknologi informasi dan komunikasi
• Produk Domestik Regional
Bruto PDRB per kapita. •
Laju inflasi. •
Persentase penduduk usia 15 tahun yang bekerja.
• Persentase rumah tangga yang
memiliki telepon dan telepon selular.
9. Consumption and production
patternsBentuk produksi dan konsumsi
• Energi usePenggunaan
energi •
Jumlah kendaraan bermotor
Sumber : Indicators of Sustainable Development:Guidelines and metdhologies, 2007.
Ada beberapa pertanyaan tipikal yang dapat dijawab dengan menggunakan metode Analisis Isi, yaitu:
1 Pertanyaan tentang prioritas hal penting dari isi teks, seperti frekuensi, dimensi,aturan dan jenis-jenis citra atau cerita dari
peristiwa yang direpresentasikan. 2 Pertanyaan tentang “bias” informasi dalam teks, seperti komparasi
relatif tentang durasi, frekuensi, prioritas, atau hal yang ditonjolkan dalam berbagai representasi.
3 Perubahan historis dalam modus representasi.
Prosedur Analisis Isi
Penelitian Analisis Isi berusaha melihat konsistensi makna dalam sebuah teks. Konsistensi ini dapat dijabarkan dalam pola-pola terstruktur yang dapat
membawa peneliti kepada pemahaman tentang sistem nilai dibalik teks itu. Metode Analisis Isi menuntut beberapa persyaratan: objektif, sistematis, dan
dapat digeneralisasikan. Objektif berarti prosedur dan kriteria pemilihan data, pengkodean serta cara interpretasi harus didasarkan pada aturan yang telah
ditentukan sebelumnya. Sistematis berarti inklusi dan ekslusi atau kategori harus berdasarkan aturan yang konsisten. Dapat digeneralisasikan, berarti tiap temuan
harus memiliki relevansi teoretis Neuman dalam Ekomadyo 2006 menyebutkan langkah-langkah dalam meneliti dengan metode Analisis Isi, yaitu 1 menentukan
unit analisis misalnya jumlah teks yang ditetapkan sebagai kode, 2 menentukan sampling, 3 menentukan variabel dan menyusun kategori
pengkodean, dan 5 menarik kesimpulan. Bell 2001 lebih detail menjelaskan proses mengkodekan isi dengan
menentukan variabel variables dan nilai values. Sebuah variabel isi adalah macam-macam dimensi ukuran, jangkauan range warna, posisi dalam sebuah
halaman atau dalam sebuah buletin berita. Sebuah variabel terdiri atas nilai-nilai values yang dapat disubstitusikan satu sama lain karena mereka mempunyai
kelas yang sama. Nilai yang didefinisikan dalam setiap variabel sebaiknya juga saling ekslusif dan mendalam. Hasil kuantitatif dari Analisis Isi berupa
perbandingan comparison dan tabulasi silang cross tabulations dapat