Kota yang Berkelanjutan Sustainable City

meningkatnya konsumsi dari sumberdaya tersebut serta meningkatnya ketergantungan terhadap perdagangan, pengaruh secara ekologi dari kota semakin melampaui lokasi geografis kota tersebut. Seiring dengan hal tersebut maka kemudian berkembang keinginan untuk membuat kota yang berkelanjutan. Berdasarkan pengertian dari Regional Environmental Center 2011, maka komunitas yang berkelanjutan Sustainable communities didefinisikan sebagai kota yang telah mengambil langkah-langkah untuk tetap ‘sehat’ dalam jangka waktu yang panjang. Komunitas yang berkelanjutan memiliki perasaan memiliki yang kuat. Mereka memiliki visi yang dianut dan secara aktif dipromosikan oleh seluruh sektor-sektor kunci masyarakat, termasuk pelaku bisnis, kelompok yang kurang beruntung, ahli lingkungan hidup, asosiasi kemasyarakatan, lembaga pemerintah, dan organisasi keagamaan. Komunitas yang berkelanjutan menempatkan dan membangun aset mereka serta berani untuk menjadi inovatif. Masyarakat ini menilai ekosistem yang sehat, menggunakan sumberdaya secara efisien, dan secara aktif berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan ekonomi berbasis lokal. Ada semangat relawan yang meluas dan dihargai oleh hasil yang nyata. Kemitraan antara pemerintah, sektor bisnis, dan organisasi nirlaba yang umum. Perdebatan publik dalam masyarakat tersebut adalah menarik, inklusif, dan konstruktif. Tidak seperti pendekatan pengembangan masyarakat tradisional, strategi keberlanjutan menekankan: seluruh komunitas termasuk kelompok yang tidak menguntungkan; perlindungan ekosistem; masyarakat berbasiskan partisipasi yang berarti dan luas serta kemandirian ekonomi . Kota yang berkelanjutan dapat disebut sebagai ‘kota yang ideal’. Menurut Santoso 2009, untuk masa sekarang, “Kota Ideal“ yang menjadi impian paling sering dikaitkan pada dua hal. Pertama adalah dikaitkan dengan pengertian kota sebagai sebuah sistem ekologis perkotaan yang berkelanjutan, dan yang kedua adalah dengan pengertian kota yang mampu berkembang secara berkelanjutan bukan hanya dalam pengertian ekologis Eco-City, tetapi juga yang berkembang secara berkeadilan Justice-City, dan kota yang ekonominya tumbuh secara berkelanjutan Growth-City dan yang secara kultural mampu mengembangkan identitas lokal yang kuat Urban Cultural Identity. Bagaimana pun impian mengenai “Kota Ideal“ dari sebuah masyarakat selalu terikat pada tempat dan waktu. Kota yang menjadi impian sebuah masyarakat disatu pihak selalu berkaitan dengan sistem nilai yang berlaku pada saat itu, dan di lain pihak sangat erat terkait dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat pada saat itu. Pertanyaan mengenai kota impian bagi kita di Indonesia tidak bisa lepas dari kriteria tersebut. Ada dua pertanyaan yang terkait dengan hal itu; pertanyaan pertama adalah masalah-masalah pokok mana yang sedang dihadapi oleh kota-kota di Indonesia, sedangkan pertanyaan kedua adalah mengenai sistem nilai yang akan jadikan dasar untuk mendefinisikan “Kota Ideal“ yang kita impikan. Dari sistem nilai inilah sebenarnya yang akan menjiwai “roh“ dari kota impian kita. Berangkat dari sistem nilai tersebut akan lahir prinsip- prinsip dasar yang akan dijadikan acuan dalam usaha mengantisipasi ke-empat masalah pokok yang dihadapi oleh kota-kota kita saat ini. Jadi, sistem nilai inilah juga yang akhirnya akan sangat menentukan wujud fisik, ekonomi, sosial dan budaya sebuah kota yang dianggap ideal. Selanjutnya Santoso 2009 menyebutkan kriteria dan ciri-ciri dari kota ideal tersebut yaitu : 1 Kota yang mampu mengantisipasi proses urbanisasi Dalam arti kata mampu menyediakan ruang hidup yang berkualitas bagi semua penghuninya. Hal ini bisa tercapai bila distribusi tanah perkotaan, utilitas dan fasilitas perkotaan dilakukan secara berkeadilan. Distribusi dari pemakaian tanah dan sumberdaya urban lainnya harus dilakukan secara berkeadilan dengan tujuan bisa menampung berbagai tingkat kegiatan ekonomi urban mulai dari ekonomi kampung, ekonomi urban, ekonomi regional maupun ekonomi global. Secara sosial ini berarti kota tersebut mampu mengembangkan sebuah komunitas urban baru new urban community yang bertumpu pada kehidupan kolektif coexistance yang kuat. Dari segi spasial ini berarti kita harus melakukan reorganisasi dari satuan- satuan ruang spatial entity baik di dalam kota maupun di pinggiran kota yang mampu mewadahi lahirnya komunitas urban yang kolektif tersebut. Dari segi perumahan, kota yang ideal harus mampu menyediakan perumahan bagi semua golongan sosial masyarakat yang walaupun mempunyai standard yang berbeda tetapi dapat memenuhi standar kualitas yang minimal. “Kota Ideal“ harus melindungi rumah yang ada, mengusahakan penambahan jumlah rumah housingstock sesuai dengan pertambahan penduduk dan secara bertahap membantu mereka yang kurang mampu untuk meningkatkan kualitas rumah mereka. Bagi mereka yang tidak mampu memiliki rumah atau bagi mereka yang hanya ingin tinggal di kota untuk sementara, maka kota perlu mengembangkan kemampuan untuk menyediakan. 2 Kota yang dapat berfungsi sebagai agent of sustainable development Dalam pengertian mampu menjadi pemacu perkembangan ekonomi nasional dalam rangka proses transformasi masyarakat Indonesia secara keseluruhan dari negara berkembang menjadi negara yang mampu bersaing secara global, demokratis dan bermartabat. Dalam kaitannya dengan itu “Kota Ideal“ harus mampu mengatasi struktur ekonomi urban yang sangat lemah dalam menghadapi dominasi ekonomi global dengan cara memperkuat ekonomi lokal dan global. Peningkatan ekonomi urban yang bertumpu pada hubungan regional yang kuat dengan wilayah di sekeliling kota harus di dasari pada prinsip keadilan dalam mendistribusikan nilai tambah yang dihasilkan dari kerjasama tersebut. Pengembangan legalinstitusional dan manajemen pemerintahan yang baik akan membantu terjaminnya keberlanjutan pengembangan ekonomi lokal dan regional tanpa harus mengorbankan integrasi ekonomi urban tersebut pada pasar global. 3 Kota yang secara sosial dan kultural harus menjadi bagian terintegrasi secara lokal-regional, Bukan sebagai agen perantara yang secara sepihak mendukung kepentingan politik negara-negara adikuasa dan secara berat sebelah hanya berfungsi sebagai penyebar kultur universal yang bersifat generik di kota kota di Indonesia. Kota-kota Indonesia harus mampu berkembang menjadi kota yang secara sosial-budaya terintegrasi dalam pergaulan antar kota-kota dunia disatu pihak, tanpa kehilangan ciri lokalnya yang spesifik dilain pihak. Kemampuan ini hanya mungkin dikembangkan bila “Kota Ideal“ kita ini mempunyai akar yang kuat embeded baik secara ekonomi, sosial maupun kultural di wilayah dimana dia berada. 4 Terakhir adalah, bahwa “Kota Ideal“ yang kita impikan adalah sebuah kota yang mempunyai ketahanan yang kuat atau kemampuan yang tinggi untuk menetralisasiproses perubahan iklim dengan segala dampak dan akibatnya. Masalah yang harus mampu diatasi oleh “Kota Ideal“ yang kita impikan adalah datangnya ancaman dalam bentuk perubahan sistem ekologis. Kota yang ideal dalam pengertian ini adalah kota yang mampu menjinakkan dampak negatif dari kenaikan suhu bumi seperti perubahan, kenaikan permukaan air laut, kekeringan, banjir, dan seterusnya. Jadi sebuah kota yang ideal tidak cukup hanya mempunyai kemampuan untuk menurunkan dampak lingkungan dari aktivitas perkotaannya. Kota yang ideal juga tidak cukup hanya mempunyai kemampuan untuk membangun kota secara lebih sustainable dengan menerapkan yang dinamakan green technology, tetapi kota yang ideal harus mengembangkan kemampuannya untuk melindungi kota dan penduduk kotanya dari berbagai ancaman lingkungan environmental threat.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Sukabumi terletak di bagian selatan tengah Provinsi Jawa Barat, pada koordinat 106 o 45’ 10’’ Bujur Timur, 6 o 49’ 29’’ Lintang Selatan. Berada di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango dengan ketinggian 584 meter dpl. Lamanya penelitian yang dilakukan yaitu selama lima bulan dari bulan Juli 2011 sampai dengan bulan November 2011 a. Studi literatur dan data sekunder meliput i tahap persiapan, pengumpulan data, pengecekan lapangan, analisis, dan penulisan.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara: Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini semaksimal mungkin menggunakan data sekunder yang ada. Data ini bisa diperoleh dari berbagai lembaga atau departemen yang terkait seperti BPS, Bappeda Kota Sukabumi, kantor kecamatan dan instansi-instansi terkait lainnya. b. Pengambilan data primer Pemahaman dan persepsi stakeholder dan masyakarakat di Kota Sukabumi tentang pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan cara wawancara dan penyebaran kuisioner. Adapun teknik pengambilan samplingnya yaitu dengan teknik sampling purposif Purposive Sampling dan Multi Stage Random Sampling. Teknik sampling purposif. Teknik disebut juga judgemental sampling atau sampel pertimbangan bertujuan. Dasar penentuan sampelnya adalah tujuan penelitian dan umum digunakan jika memerlukan sumber data yang memiliki kualifikasi spesifik atau kriteria khusus dan tidak semua populasi bisa dideteksi dengan jelas dimana keberadaannya. Multi Stage Random Sampling merupakan pengambilan sampel gugus bertahap yang diambil berdasarkan asumsi populasi berada pada satuan geografis yang luas dan tidak ada kerangka sampling dalam satuan geografis tersebut. Dalam metode ini prosedur pengambilan sampel dilakukan dalam unit analisis yang dikelompokkan ke dalam gugus yang merupakan satuan sampel yang akan diambil bertahap secara acak. Adapun jumlah responden, teknik sampling yang digunaan, metode pengambilan datanya dan hasil yang diinginkan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah RespondenInforman, Teknik Sampling, Metode Pengambilan Data, dan Hasil yang diinginkan No. Identifikasi Responden Informan Jumlah Responden Informan Teknik Sampling Metode Pengambilan Data Hasil yang Diinginkan 1. Stakeholder terkait yang berperan sebagai expert judgement 12 orang 7 orang Sampling purposif Sampling purposif Wawancara Penyebaran kuisioner Kerangka Sampling pertanyaanpernyataan yang akan diajukan dalam kuisioner. Acuan dalam mendapatkan persepsi dan pemahaman stakeholder tentang pembangunan berkelanjutan serta priotitas dan preferensi pada tujuan pembangunan berkelanjutan 2. Masyarakat di Kota Sukabumi 60 orang Multi stage random sampling Penyebaran kuisioner Acuan untuk mendapatkan persepsi dan pemahaman masyarakat Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan.

3.3 Bagan Alir Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan yaitu : 1 melakukan wawancara dengan stakeholder terkait sebagai informan dalam menghasilkan kerangka acuan daftar pertanyaanpernyataan yang akan diujikan kepada stakeholderinforman dan masyarakat. Kemudian mengadakan penyebaran kuisioner untuk menguji daftar pertanyaanpernyataan terhadap stakeholderinforman yang berperan sebagai expert judgement dan masyarakat di Kota Sukabumi mengenai prinsip pembangunan berkelanjutan. Analisis yang dilakukan yaitu analisis persepsi dan AHP. 2 melakukan identifikasi terhadap ada tidaknya prinsip pembangunan berkelanjutan dalam dokumen perencanaan wilayah Kota Sukabumi khususnya dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 dan draft RTRW Kota Sukabumi Tahun 2009-2029 dengan Analisis Isi Content Analysis. 3 mengidentifikasi indikator-indikator pembangunan berkelanjutan yang ada di Kota Sukabumi dan mengkaji sejauhmana ketercapaian indikator-indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi. Adapun ketercapaian tersebut terutama dianalisis dengan analisis ketercapaian indikator komposit, sehingga dapat diketahui indikator pembangunan berkelanjutan yang menjadi penciri utamamenonjol di Kota Sukabumi dan perbandingannya dengan wilayah yang lebih luas Provinsi Jawa Barat, dan 4 menganalisis ada tidaknya kesenjangangap yang terjadinya antara persepsi dan pemahaman stakeholder dengan masyarakat di Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan, dokumen perencanaan wilayah di Kota Sukabumi khususnya dalam draft RTRW Kota Sukabumi Tahun 2009-2029 dan RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025, dan realita ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutannya. Adapun mengenai hubungan antara tujuan penelitian, metode analisis, variabel, sumber data dan output yang diharapkan, dapat dilihat pada Tabel 5. Sedangkan tahapan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada bagan alir tahapan penelitian pada Gambar 12.

3.4 Metode Analisis Data

Analisis adalah penyelidikan sesuatu peristiwa untuk mengetahui penyebabnya, dan bagaimana duduk perkaranya. Menganalisis ialah menyelidiki dengan menguraikan masing-masing bagiannya.Pengertian analisis ini memberikan petunjuk kepada kita apa yang menjadi tujuan pokok analisis. Dari data yang telah terkumpul kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian sehingga akan dapat menjawab permasalahan yang diangkat. Beberapa metode analisis yang dipakai antara lain:

3.4.1 Analisis Deskriftif

Analisis ini yaitu berupa penjelasan explanatory mengenai sesuatu hal dalam bentuk narasi.