Analisis Kesenjangan Gap Analysis

4. Tujuan suatu bisnis dan metriknya; seberapa baik bisnis memenuhi tujuan dan ukuranmetrik sekarang dibandingkan dengan tujuan dan metrik yang ditargetkan di beberapa titik di masa depan. Model yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry dalam Wakhinudin 2009 ini memiliki lima gap kesenjangan, yaitu: 1 kesenjangan antara persepsi manajemen atas ekspektasi konsumen dan ekspektas konsumen akan pelayanan yang seharusnya diberikan oleh perusahaan, 2 kesenjangan antara persepsi manajemen atas ekspektasi konsumen dan penjabaran persepsi tersebut menjadi spesifikasi kualitas pelayanan atau standar pelayanan, 3 kesenjangan antara standar pelayanan tersebut dan pelayanan yang diberikan, 4 kesenjangan antara pelayanan yang diberikan dengan informasi eksternal yang diberikan kepada konsumen atau pelayanan yang dijanjikan kepada konsumen, dan 5 kesenjangan antara tingkat pelayanan yang diharapkan oleh konsumen dengan kinerjapelayanan aktual. Kesenjangan 1 sampai kesenjangan 4 merupakan potensi kegagalan di pihak penyedia jasa, sementara kesenjangan 5 potensial terjadi di pihak konsumen.

3.4.7.1 Analisis Kesenjangan Gap Analysis dan Pengukuran Kinerja

Menurut Wakhinudin 2009 Analisis Kesenjangan Gap analysis adalah “suatu metodealat membantu suatu lembaga membandingkan performansi actual dengan performansi potensi. Operasionalnya dapat diungkapkan dengan dua pertanyaan berikut: “Dimana kita sekarang?” dan “Dimana kita inginkan?”. Tujuan analisis gap untuk mengidentifikasi gap antara alokasi optimis dan integrasi input, serta ketercapaian sekarang. Analisis Kesenjangan membantu organisasilembaga dalam mengungkapkan yang mana harus diperbaiki. Proses analisis gap mencakup penetapan, dokumentasi, dan sisi positif keragaman keinginan dan kapabilitas sekarang. Analisis Kesenjangan Gap analysis merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah daerah, khususnya dalam upaya penyediaan pelayanan publik. Hasil analisis tersebut dapat menjadi input yang berguna bagi perencanaan dan penentuan prioritas anggaran di masa yang akan datang. Selain itu, analisis kesenjangan juga merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam tahapan perencanaan maupun tahapan evaluasi kinerja. Metode ini merupakan salah satu metode yang umum digunakan dalam pengelolaan manajemen internal suatu lembaga. Secara harafiah kata “gap” mengindikasikan adanya suatu perbedaan disparity antara satu hal dengan hal lainnya. Dari berbagai definisi mengenai gap analysis, dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum, gap analysis dapat didefinisikan sebagai suatu metode atau alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja suatu lembaga atau institusi. Dengan kata lain, gap analysis merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui kinerja dari suatu sistem yang sedang berjalan dengan sistem standar. Dalam kondisi umum, kinerja suatu institusi dapat tercermin dalam sistem operational maupun strategi yang digunakan oleh institusi tersebut. Secara singkat, gap analysis bermanfaat untuk: 1. Menilai seberapa besar kesenjangan antara kinerja aktual dengan suatu standar kinerja yang diharapkan. 2. Mengetahui peningkatan kinerja yang diperlukan untuk menutup kesenjangan tersebut, 3. Menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan terkait prioritas waktu dan biaya yangdibutuhkan untuk memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan. Wakhinudin 2009 menyebutkan bahwa dalam Analisis Kesenjangan yang digunakan dalam menganalisis pelayanan publik, apabila nilai kesenjangan G 0, maka kualitas yang diharapkan masyarakat lebih tinggi daripada kualitas pelayanan yang dirasakan masyarakat. Dengan demikian, pemerintah perlu meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan publik. Sedangkan apabila G 0, maka kualitas yang diharapkan masyarakat lebih rendah daripada kualitas pelayanan yang dirasakan masyarakat, pemerintah dianggap telah memberikan pelayanan yang baik. Apabila G = 0, maka kualitas yang diharapkan masyarakat sama dengan kualitas pelayanan yang dirasakan masyarakat. Dengan demikian, pemerintah dianggap telah memberikan pelayanan yang baik namun tetap perlu ditingkatkan. Adapun pengukuran kinerja pada hasil Analisis Kesenjangan dapat dilihat pada Gambar 15. Sumber : Wakhinudin, 2009. Gambar 15 Pengukuran Kinerja pada Analisis Kesenjangan

BAB IV PROFIL DAN PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI

4.1 Administrasi Kota Sukabumi secara geografis terletak di bagian selatanProvinsi Jawa Barat pada koordinat 106 45’50’’ Bujur Timur dan 106 45’10’’ Bujur Timur, 6 49’29’’ Lintang Selatan, dan 6 • Sebelah utara Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi 50’44’’ Lintang Selatan,di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 meter diatas permukaan laut, dan berjarak 120 Km dari Ibukota Negara Jakartaatau 96 Km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat Bandung. Batas-batas wilayah Kota Sukabumi meliputi: • Sebelah selatan Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi • Sebelah barat Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi • Sebelah timur Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi Suhu udara Kota Sukabumi berkisar antara 15º-30º celsius, sedangkan rata-rata curah hujan tertinggi Tahun 2009 terjadi pada Bulan Desember dengan curah hujan 386 mm 14 hari hujan, rata-rata curah hujan 28 mm, sedangkan terendah pada Bulan Agustus dengan curah hujan 0 mm 0 hari hujan, rata-rata curah hujan 0 mm, atau dengan kata lain tidak terjadi hujan pada bulan tersebut. Wilayah Kota Sukabumi berdasarkan PP No. 3 Tahun 1995 adalah 48,0023 Km² terbagi dalam 5 kecamatan dan 33 desakelurahan. Selanjutnya berdasarkan Perda Nomor 15 Tahun 2000 tanggal 27 September 2000, wilayah administrasi Kota Sukabumi mengalami pemekaran menjadi 7 kecamatan dengan 33 kelurahan. Kecamatan Baros dimekarkan menjadi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Lembursitu, Kecamatan Baros, dan Kecamatan Cibeureum. Pada Tahun 2009 Kota Sukabumi terdiri dari 7 Kecamatan, meliputi 33 kelurahan, 1.481 RT, dan 349 RW. Adapun jumlah desa dan kelurahan di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 JumlahDesa dan Kelurahan di Kota Sukabumi Tahun 2009 Kecamatan Desa Kelurahan Baros 4 Lembursitu 5 Cibeureum 4 Citamiang 5 Warudoyong 5 Gunung Puyuh 4 Cikole 6 Sumber:Kota SukabumiDalam Angka Tahun 2010 Berdasarkan luasan wilayah, maka Kecamatan Lembursitu merupakan kecamatan terluas di Kota Sukabumi yaitu 8,77 Km 2 sedangkan luas kecamatan terkecil yaitu Kecamatan Citamiang yaitu 4,04 Km 2 . Luas wilayah Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 16. Sumber:Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010 Gambar 16Luas Wilayah Kota Sukabumi menurut Kecamatan Km 2 Tahun 2009

4.2 Fisik Dasar Wilayah

4.2.1 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kota Sukabumi dibedakan menjadi lahan sawah dan lahan bukan sawah lahan kering. Lahan bukan sawah lahan kering sendiri Baros; 6,11 Lembursitu; 8,9 Cibeureum; 8,77 Citamiang; 4,04 Warudoyong ; 7,6 Gunung Puyuh; 5,5 Cikole; 7,08 dibedakan atas lahan pekaranganrumah, tegalkebun, kolamtebatempang dan lahan lain-lain. Luas wilayah Kota Sukabumi adalah 4.800 Ha. Menurut penggunaannya, dari seluruh wilayah sebesar sebesar 1.859 Ha 38,73digunakan untuk tanah sawah dan sisanya seluas 2.417 Ha 50,35 merupakan tanah kering dan lain- lain.Adapun luas tanah menurut penggunaannya dapat dilhat pada Tabel 13. Fenomena yang terjadi didaerah perkotaan menunjukkan luas lahan sawah akan semakin berkurang sejalan dengan banyaknya pembangunan di bidang perumahan, perdagangan ataupun industri sehingga fungsi lahan pertanian berubah fungsi menjadi lahan bukan pertanian. Tabel 13 Luas Tanah Menurut Kecamatan dan Penggunaannya di Kota Sukabumi Tahun 2009 Ha Kecamatan Tanah Sawah Tanah Kering Lain- lain Jumlah B a r o s 301 250 61 612 Citamiang 80 241 83 404 Warudoyong 370 334 56 760 Gunung Puyuh 147 345 58 550 C i k o l e 112 529 67 708 Lembursitu 344 414 131 889 Cibeureum 505 304 68 877 Jumlah Tahun 2009 1.859 2.417 524 4.800 Sumber:Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010.

4.2.2 Sumber Daya Air

Kota Sukabumi memiliki ± 29 sungai dengan sungai utamanya yaitu Sungai Cimandiri, Sungai Cipelang dan Sungai Cisuda. Kondisi air tanah di wilayah Kota Sukabumi dan sekitarnya untuk kebutuhan sehari-hari secara umum cukup tersedia. Sumbernya berasal dari air tanah dan mata air. Sebaran akuifer dengan produktivitas tinggi terdapat di sekitar Kota Sukabumi dengan sebaran paling dominan mulai dari barat hingga ke timur. Di bagian utara merupakan zona air tanah dengan akuifer berproduktifitas sedang dan penyebaran luas. Bagian selatan merupakan zona akuifer yang produtivitasnya rendah hingga langka.