lapangan kerja dengan pertumbuhan yang optimal dan produktivitas tinggi;
3. Investasi yang diharapkan adalah investasi yang selalu tumbuh berkembang secara positif dan seimbang pada sektor-sektor non resources
based dan resources based. Disamping itu juga efisiensi yang ditunjukkan dengan sejauhmana investasi tersebut bisa bermanfaat bagi pemanfaatan
ekonomi, pemertaaan, dan kesetaraan antara sektor resources based dengan non resources based, dan
4. Pajak dan retribusi sebagai sumber dana pmasukan pemerintah daerah yang berasal dari kutipan setiap sektor aktivitas ekonomi, diharapkan
dapat meningkat dan dialokasikan kembali sebagai input bagi pembentukan produk atau proses produksi kegiatan ekonomi.
Selain ketiga prinsip tersebut, sekarang telah berkembang prinsip keempat
yaitu Kelembagaan Berkelanjutan Institutional Sustainability yang dijelaskan
sebagai berikut:
2.7.4 Kelembagaan Berkelanjutan Institutional Sustainability
Kelembagaan merupakan faktor yang penting dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan dan mandiri
tergantung kepada kekuatan dan kualitas lembagainstitusi negara. Kelembagaan berkelanjutan adalah kelembagaan yang memberikan kenyaman dan jaminan pada
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan minimumnya dalam volume yang stabil. Kerangka untuk memahami kelembagaan dalam pembangunan
berkelanjutan adalah : 1 looking inward melihat kedalam, yaitu melihat kompleksitas dalam kelembagaan itu, 2 looking outward melihat keluar yaitu
melihat hubungan kelembagaan tersebut dengan lingkungannya, 3 institutionals strategy strategi kelembagaan, dengan dua cara yaitu pertama, bertindak dan
belajar, sedangkan kedua fokus pada masalah internal dan eksternal.Implikasi dari pembangunan kelembagaan : a adanya partisipasi stakeholders, b adanya
keberhasilan program success sellsperformance, c sering kali kompleksitas
tidak bisa dihindari, dan d kemerosotan hokum Brinkerhoff dan Goldsmith, 1992.
Menurut Spencer 1989, kelembagaan yang berhasil ditentukan oleh: 1 adanya komunikasi yang formal dan informal, 2 kerjasama tim,
3 kemampuan anggota, 4 rasa memiliki terhadap organisasinya, dan 5 adanya kepemimpinan yang baik yang bisa berfungsi sebagai fasilitator.
Ada beberapa indikator untuk menilai pembangunan berkelanjutan di suatu negarakota. Hal ini seperti yang terdapat dalam Buku Indicators of Sustainable
Development:Guidelines and Methodoligies - third edition United Nation Publicity, 2007 yang menyebutkan bahwa indikator penilaian keberlanjutan
tersebut yang dikeluarkan oleh Commission on Sustainable Development, United Nations terdiri dari 14 tema utama dengan 44 sub tema, 50 indikator utama dan
46 indikator lain. Indikator menjadi sesuatu yang penting karena indikator merupakan
petunjuk yang memberikan indikasi tentang suatu keadaan dan merupakan refleksi dari keadaan tersebut, artinya dengan menggunakan indikator maka dapat
berfungsi dalam mengklasifikasi sehingga mempermudah untuk membuat suatu keputusan atau kebijakan.
2.8 Kota yang Berkelanjutan Sustainable City
Istilah pembangunan berkelanjutan telah melampaui batas-batas ilmu pengetahuan dan pembangunan bisnis maupun perdagangan termasuk
pembangunan manusia, nilai-nilai dan budaya yang berbeda. Buktinya, beberapa organisasi mengacu terhadap pembangunan manusia yang berkelanjutan
sustainable human development sebagai lawan dari pembangunan berkelanjutan dalam rangka menekan isu-isu seperti pentingnya kesetaraan gender, partisipasi
dalam proses pembuatan keputusan serta akses terhadap pendidikan dan kesehatan Regional Environmental Center, 2011.
Kota-kota telah menjadi titik utama dari komponen tersebut sebagai konsumen dan distributor utama dari barang dan jasa. Bagaimanapun juga banyak
kota cenderung menjadi konsumen barang dan jasa dan tergantung yang paling besar ketika terjadi pengurasan sumberdaya dari daerah lain. Sebagai hasil dari