b. Sumberdaya alam tak terbarui; laju pengurangannya tidak boleh melebihi laju sustained income atau substitusi terbarukan yang
dikembangkan melalui intervensi manusia dan manusia. 2. Rendahnya tingkat pencemaran
a. Emisi pencemar tidak boleh melebihi kapasitas asimilasi lingkungan untuk menyerap.
2.7.2 Aspek Sosial yang Bertanggungjawab dan Berkembang Socially
ResponsibleSocial Progress
Aspek sosial merupakan bagian integral dari lingkungan hidup, dan secara kolektif mencakup manusia, baik orang-perorangan maupun kelompok,
kepranataan serta interaksi yang terjadi antar komponen tersebut. Berbagai pemasalahan sosial yang kemudian timbul menuntut berbagai kuantifikasi dan
kualifikasi yang spesifik dan rumit. Masalah-masalah sosial social problems acapkali disebut ‘intangible’, susah diukur secara konkritkuantitatif.
Masalah-masalah sosial tidak tunduk pada ukuran-ukuran measurements yang menyandang derajat akurasipresisi yang tinggi. Berbeda dengan komponen-
komponen lingkungan hidup hayati dan geo-fisik yang untuk pengukurannya memiliki baku mutu quality standars yang jelas, baku mutu sosial tidak mudah
dimantapkan karena sulit menangkap tingkat ambang batasnya, disamping sangat rentan terhadap fluktuasi waktu dan dinamika masyarakat perubahan sosial.
Oleh karena itu, yang diukur adalah gejalanya, yang kemudian secara teknis diartikan sebagai indikator. Berbagai indikator sosial yang diuraikan berikut ini
yang terkait dengan penentuan peringkat kinerja pembangunan berkelanjutan daerah ditentukan berdasarkan keterkaitannya dengan konsep pembangunan
berkelanjutan, sifat data kuantitatif, sumber atau ketersediaan data, dan metodologi pengumpulan data.
Ciri-ciri socially responsible : a. Adanya keikutsertaan dari berbagai pihak yang masing-masing
mempunyai peran dan tanggung jawab tertentu dan jelas. Hal ini didasarkan pada prinsip partisipatif, setara dan bertanggungjawab,
b. Hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas guna meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Hal ini ditandai dengan tingkat ekonomi
dan pendapatan masyarakat yang layak, tempat tinggal dan permukiman yang sehat dan aman, serta adanya kesempatan
berusaha, dan c. Adanya pengakuan hukum terhadap hak-hak masyarakat serta
kearifan lingkungan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Hal ini ditandai dengan adanya perlindungan
hukum atas hak intelektual warga maupun kelompok masyarakat, misalnya melalui paten, serta perlindungan terhadap hak-hak
ulayatadat masyarakat lokal misalnya melalui peraturan daerah yang mengakomodasi perlindungan atas hak-hak masyarakat
lokal.
2.7.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Berkelanjutan
Economically ViableEconomic Growth
Pertumbuhan ekonomi merupakan aspek yang sangat penting dalam mengukur keberhasilan pembangunan berkelanjutan. Salah satu dari prinsip dasar
pembangunan berkelanjutan adalah “Economically Viable”, yang terdiri dari empat kriteria, yaitu :
1. Pendapatan; 2. Tenaga Kerja;
3. Investasi; dan 4. Pajak dan Retribusi.
Keempat faktor tersebut sebaiknya masing-masing mempunyai karakteristik sebagai berikut, yaitu :
1. Pendapatan dengan pertumbuhan yang tinggi, kontribusi yang lebih menitikberatkan pada sektor-sektor non-resources based, dan distribusi
secara merata; 2. Tenaga kerja dalam kondisi yang diharapkan economically viable adalah
kondisi tenaga kerja yang secara jumlah dapat memenuhi kebutuhan