dilakukan  penetapan  kawasan  laut  menjadi  daerah  yang  tertutup  bagi  kegiatan eksploitatif,  yaitu  sebagai  daerah  perlindungan  laut  atau  marine  sanctuary
Crawford dan Tulungen 1998; Kasmidi et al. 1999.
2.2.1   Sosial-Ekonomi Daerah Perlindungan Laut
Masyarakat  pesisir  adalah  sekumpulan  masyarakat  yang  hidup  bersama- sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas
yang  terkait  dengan  ketergantungannya  pada  pemanfaatan  sumberdaya  pesisir. Masyarakat  pesisir  tidak  saja  nelayan,  melainkan  juga  pembudidaya  ikan,
pengolah  ikan,  bahkan  pedagang  ikan.  Namun,  di  kalangan  masyarakat  pesisir sendiri, pelaku ekonomi  di subsistem  produksi primer-nelayan dan pembudidaya
ikan  seringkali  menemui  sejumlah  masalah,  diantaranya  ketidakadilan  harga, lemahnya  tekhnologi  dan  modal,  terbatasnya  SDM,  terbatasnya  akses
sumberdaya,  serta  lemahnya  organisasi,  sehingga  posisi  mereka  pun  lemah diantara pelaku-pelaku usaha lainnya Satria 2009.
Standar hidup di masyarakat nelayan pesisir sebagian besar langsung atau tidak  langsung  berkaitan  dengan  perikanan  skala  kecil.  Karakteristik  masyarakat
perikanan skala kecil umumnya memiliki hubungan tradisi yang kuat, pendidikan yang  rendah,  usia  dewasa  dengan  pemikiran  pendek,  masih  memiliki  pengaruh
adat  istiadat  dan  budaya  yang  besar,  marginalisasi  dalam  perekonomian  dan pendapatan  yang rendah. Dengan karakteristik  yang dimiliki tersebut, sering kali
hak  ekslusif  masyarakat  dalam  pemanfaatan  dan  pengelolaan  perikanan  dibatasi Berkes et al. 2001; Jimenez-Badillo 2008.
Masyarakat  nelayan  sendiri  terjadi  interaksi  antara  individu  dan  interaksi ini
mengakibatkan terjadinya
kompetisi. Saling
berkompetisi dalam
memanfaatkan  sumberdaya  terumbu  karang  akan  mengakibatkan  terjadinya kegagalan  pengelolaan  terumbu  karang  yang  ditunjukkan  dengan  rusaknya
sumberdaya  dan  kemiskinan.  Keinginan  masyarakat  yang  saling  berkompetisi merupakan  sifat  alamiah.  Namun  sifat  ini  merupakan  alasan  perlunya
dikembangkan mekanisme pengelolaan sumberdaya terumbu karang  yang efektif dan  dapat  mengatasi  konflik.  Mekanisme  tersebut  adalah  dengan  membiarkan
masyarakat  itu  sendiri  menentukan  cara-cara  pengelolaan  sumberdaya  terumbu karang  yang  ditujukan  untuk  mencapai  tujuan  yang  juga  ditetapkan  sendiri.
Memberikan  tanggung  jawab  kepada  masyarakat  dalam  mengelola  sumberdaya terumbu karang adalah upaya mendekatkan masyarakat dengan sumberdaya yang
dimanfaatkan bagi kelangsungan hidup mereka sendiri-sendiri Hulu 2009.
2.2.2   Kelembagaan Daerah Perlindungan Laut