penggunaan  terbaiknya  Green  1992  in  Fauzi  2010.  Konsep  surplus  konsumen merupakan  selisih  manfaat  ekonomi  yang  diperoleh  masyarakat  dari
mengkonsumsi  sumberdaya  alam  dan  jumlah  yang  dibayarkan  untuk mengekstraksi  sumberdaya  alam.  Surplus  konsumen  terjadi  jika  harga  yang
dibayarkan oleh konsumen terhadap suatu barang lebih tinggi dari harga pasarnya. Surplus  konsumen  akan  terus  naik  jika  konsumen  terus  membeli  produk  sampai
unit  tertentu  dan  menghentikannya,  karena  jika  diteruskan  konsumen  tidak  akan mendapatkan  surplus  lagi.  Nilai  utility  dianggap  bahwa  ukuran  kemampuan
barangjasa untuk memuaskan kebutuhan. Besar kecilnya nilai utility yang dicapai konsumen tergantung dari jenis barang atau jasa dan jumlah barang atau jasa yang
dikonsumsi. Dengan demikian, bila kepuasan semakin tinggi maka semakin tinggi nilai guna atau utility sumberdaya, sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu
barang  maka  utilitynya  semakin  rendah  pula  http:www.ramaalessandro2. multiply. comjournalitem2
.
2.3.4  Indikator Kelembagaan Daerah Perlindungan Laut
Salah  satu  faktor  penentu  keberhasilan  pengelolaan  ekosistem  terumbu karang  adalah  adanya  sistem  kelembagaan.  Kelembagaan  ini  sangat  penting
peranannya, karena terdiri dari banyak pihak baik di tingkat pusat maupun daerah. Dengan adanya sistem kelembagaan, diharapkan rangkaian tugas, tanggungjawab
dan  wewenang  masing-masing  unit  beserta  jajarannya  dapat  disinergikan  secara jelas  dan  tidak  tumpang  tindih  guna  mencapai  tujuan  pengelolaan  secara  efektif
dan  efisien.  Dalam  pengelolaan  terumbu  karang  diperlukan  keterlibatan  pihak- pihak  terkait  stakeholder  demi  tercapainya  misi  dan  tujuan  sesuai  yang
diharapkan  dari  program  yang  diciptakan  oleh  pemeritah  pusat  untuk dilaksanakan  di  daerah.  Kegiatan  dan  pengelolaan  terumbu  karang  akan  berhasil
apabila  berdasarkan  keseimbangan  antara  pemanfaatan  dan  kelestarian  yang dirancang  dan  dilaksanakan  secara  terpadu  dan  sinergi  oleh  semua  pihak  yang
terkait  dilibatkan  dalam  program  tersebut.  Keberhasilan  pelaksanaan  program ditentukan  antara  lain  oleh  adanya  kelembagaan  di  pusat  maupun  daerah
COREMAP II 2006. Pengelolaan  sumber  daya  berbasis  masyarakat  community-base
management dapat didefenisikan sebagai proses pemberian wewenang, tanggung
jawab dan kesempatan kepada masyarakat untuk mengelola sumber daya lautnya. Dua  komponen  penting  keberhasilan  pengelolaan  berbasis  masyarakat  adalah  1
konsensus  yang  jelas  bagi  3  stakeholder  utama,  yaitu  pemerintah,  masyarakat pesisir  dan  peneliti  sosial,  ekonomi  dan  sumber  daya  dan  2  pemahaman  yang
mendalam  dari  masing-masing  stakeholder  utama  akan  peran  dan  tanggung jawabnya dalam mengimplementasikan program pengelolaan berbasis masyarakat
Dahuri  2003;  Nikijuluw  2002.  Menurut  Carter  1996,  Community-based resource  Management
CBRM  didefenisikan  sebagai  salah  satu  strategi  untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada manusia, dimana pusat pengambilan
keputusan  mengenai  pemanfaatan  sumber  daya  secara  berkelanjutan  disuatu daerah  terletak  atau  berada  di  tangan  organisasi-organisasi  kelembagaan  dalam
masyarakat di daerah tersebut. Kegiatan  kelembagaan  dalam  pengelolaan  ekosistem  terumbu  karang
diperlukan  beberapa  rencana  pengelolaan  seperti  sekretariat  pengelola  yang memberi  dukungan  dan  mengkoordinasikan  semua  aspek  usaha  pengelolaan
daerah  perlindungan  laut,  termasuk  penggalangan  partisipasi  dan  stakeholder. Selain  sekretariat  sebagai  penguatan  kelembagaan,  pelatihan-pelatihan  bagi
kelompok  masyarakat  perlu  juga  dilaksanakan  seperti  pelatihan  administrasi, pelatihan budidaya laut, pelatihan selam, pelatihan sistem pengawasan ekosistem
terumbu  karang  dan  pelatihan  rehabilitasi  terumbu  karang  transplantasi. Monitoring dan evaluasi kelembagaan perlu dilakukan untuk melihat sejauhmana
keberhasilan  penguatan  kelembagaan  telah  diterapkan.  Evaluasi  dan  monitoring ini  dilakukan  setiap  bulantahun  sehingga  dapat  diketahui  perkembangannya
untuk  mencari  solusi  yang  terbaik  dalam  mencapai  tujuan  kelembagaan  yang diharapkan Farchan dan I Nyoman 2008.
2.4 Evaluasi Efektivitas
Evaluasi  merupakan  suatu  proses  untuk  menentukan  relevansi,  efisiensi, efektivitas dan dampak program kegiatan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
secara  sistematik  dan  obyektif.  Evaluasi  ini  bertujuan  untuk  menerangkan “apakah”  output,  efek  maupun  dampak  programkegiatan  tercapai  atau  tidak.
Kegiatan  utama  evaluasi  adalah  untuk  melihat  secara  menyeluruh  pelaksanaan dan  dampak  dari  suatu  programkegiatan  sebagai  landasan  bagi  penyusunan