Sikap Persepsi, Sikap dan Partisipasi Masyarakat tentang DPL .1 Persepsi

bagaimana menjaga terumbu karang, dan 5 Nonton bersama tentang masalah terumbu karang sehingga masyarakat juga tahu akan pentingnya terumbu karang. Sikap responden secara keseluruhan didapatkan sikap “sangat berpartisipasi ” sebesar 26.67 atau terdapat 8 orang dari keseluruhan responden sangat berpartisipasi dalam kegiatan ini. Sikap “berpartisipasi” sebesar 63.33, merupakan sikap yang paling tinggi dan menunjukkan bahwa terdapat 19 orang dari keseluruhan responden berpartisipasi dalam kegiatan ini. Sika p “tidak berpartisipasi” sebesar 10 atau terdapat 3 orang dari keseluruhan responden tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini dan 0 untuk sikap “sangat tidak berpartisipasi”, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 15 dan Tabel 20. Tabel 20 Bentuk partisipasi masyarakat terhadap keberadaan program DPL Kategori Skor Frekuensi Sangat Berpartisipasi 60-75 8 26.67 Berpartisipasi 45-59 19 63.33 Tidak Berpartisipasi 30-44 3 10.00 Sangat Tidak Berpartisipasi 15-29 Jumlah 30 100 Bentuk partisipasi lainnya dapat juga dilihat dari jenis alat tangkap yang digunakan oleh responden, umumnya mereka menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan, yaitu pancing. Alat tangkap lainnya yang digunakan adalah jaring insang yang tergolong ramah lingkungan dan bubu. Upaya yang perlu dilakukan dalam jangka pendek adalah bagaimana mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem pantai dan daratan pulau serta menjaga kebersihan pantai dan melindunginya dari abrasi secara ramah lingkungan dengan tidak menggunakan batu karang sebagai penahan ombak. Untuk itu, upaya pembinaan perlu ditingkatkan melalui peningkatan fungsi pusat informasi COREMAP secara maksimal. 5.2.7 Tingkat Pelatihan bagi StakeholderPengelola Pomeroy et al. 2004, menyatakan tingkat pelatihan yang diberikan oleh stakeholder pengelola merupakan ukuran sejauhmana kemampuan pengetahuan dan keterampilan dan sikap dalam menghadapi tantangan di masa akan datang. Pemberian pelatihan bagi stakeholder akan membangun kapasitas lembaga bukan hanya secara teknis dan manajemen tetapi membentuk sikap dan pola tingkah laku. Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder LPSTK, beberapa pelatihan dan pertemuan telah diikutinya, baik tingkat lokal dan nasional. Pelatihan ini memberikan nilai plus dalam pengetahuan tentang DPL dan program-programnya. Pelatihan ini juga dipraktekkan bersama dengan masyarakat lainnya dan diantara pelatihan yang telah diikuti oleh stakeholder antara lain http:www.coremap.or.idpelatihan: Pelatihan Penilaian Ekosistem Terumbu Karang Metode Point Intercept Transect PIT dilaksanakan di Kabupaten Pangkep pada tahun 2010. Workshop Evaluasi dan Percepatan Pelaksanaan CRITC dilaksanakan di Jakarta pada tahun 2009. Pelatihan Pengenalan Metode PIT Untuk Penilaian Kesehatan Terumbu Karang dilaksanakan di Kabupaten Pangkep pada tahun 2008. Pelatihan Metode Penilaian Ekosistem Terumbu Karang Lanjutan dilaksanakan di Kabupaten Pangkep pada tahun 2007. Pelatihan Keuangan Desa pada tahun 2006. Pengenalan Biota serta Identifikasi Jenis-Jenis Ekosistem Terumbu Karang dilaksanakan di Jakarta Pulau Pari-Kepulauan Seribu pada tahun 2005. Menurut Pomeroy et al. 2004, pelaksanaan pelatihan dan workshop bagi stakeholder dapat dijadikan sebagai ukuran efektivitas dalam program. Hal ini berarti semakin banyak pelatihan dan workshop diadakan bagi stakeholder pengelola akan memberikan pengetahuan dan kemampuan yang mandiri dan kepuasan dalam mengelola sumberdaya laut terutama DPL. Beberapa pelatihan yang didapatkan stakeholder ditampilkan pada Gambar 15 berikut, Gambar 15 Pelatihan penilaian ekosistem terumbu karang dan workshopevaluasi pelaksanaan CRITC.