Perubahan Kadar Protein dan Lemak Umpan

6 PEMBAHASAN

6.1 Bubu Lipat Modifikasi dan Bubu Lipat Standar

Bubu lipat modifikasi pintu atas dan pintu samping merupakan modifikasi dari bubu lipat standar dengan penambahan pintu jebakan bentuk kisi-kisi. Berdasarkan konstruksinya bubu lipat modifikasi pintu samping dan pintu atas berbeda pada posisi pintu masuknya. Ukuran pintu masuk bubu lipat modifikasi pintu atas dan pintu samping memiliki ukuran yang cukup luas yaitu 30 cm x 40cm x 14cm panjang x tinggi x lebar dibandingkan dengan bubu lipat standar penelitian . Melalui pengujian di lapangan diharapkan dapat diukur efektivitasnya bila dibandingkan dengan bubu lipat standar. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor bubu lipat bubu lipat modifikasi pintu atas dan pintu samping berpengaruh nyata terhadap jumlah ekor dan berat gram hasil tangkapan total dan hasil tangkapan lobster p-value = 0001 0.05 dan p-value=0,004 0,05. Hasil pengujian efektivitas bubu lipat modifikasi pintu atas dan pintu samping menunjukkan bahwa bubu lipat standar lebih baik dibandingkan dengan bubu lipat modifikasi. Hal ini bisa saja disebabkan oleh pemasangan pintu masuk pemicu bentuk kisi-kisi memberikan dampak sulitnya lobster masuk kedalam bubu. Seperti yang diungkapkan oleh Zulkarnain 2012 bahwa pintu pemicu masuk kisi-kisi pada bubu lipat memberikan peluang bagi lobster untuk masuk kedalam bubu, terutama lobster yang berukuran kecil, namun penggunaan pintu plastik bentuk kisi-kisi dapat saja mengganggu lobster masuk ke dalam bubu. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa bubu lipat standar lebih efektif dibandingkan dengan bubu lipat modifikasi terhadap hasil tangkapan total dan lobster sedangkan bubu lipat modifikasi lebih efektif dalam mengurangi hasil tangkapan sampingan By-catch. Hasil tangkapan bubu lipat modifikasi memberikan hasil tangkapan yang lebih sedikit dibandingkan dengan bubu lipat standar. Namun demikian, bubu lipat modifikasi tetap memperoleh hasil tangkapan lobster

6.2 Umpan Kanikil Chiton sp dan Umpan Standar Ikan Tembang

Kanikil merupakan hewan mollusca laut yang berhabitat atau hidup di permukaan keras seperti di karang atau pantai batu-batuan atau tersembunyi di celah-celah batu Suwarni 2008. Kanikil dapat dijadikan sebagai umpan untuk menangkap lobster. Hasil penelitian wahyudi et al. 2010 menyimpulkan bahwa penggunaan kanikil dapat meningkatkan efektivitas jaring krendet untuk menangkap lobster. Desa Kertajaya di pesisir pantai sebelah timur teluk Palabuhanratu memiliki karakteristik pantai berupa batu karang besar rock dan substrat dasar perairan lumpur dan berkarang. Di daerah ini banyak terdapat kanikil namun nelayan di daerah tersebut belum pernah menggunakannya. Kegiatan experimental fishing menggunakan bubu lipat modifikasi dengan kanikil merupakan uji-coba yang pertama kali dilakukan. Hal yang berhubungan dengan umpan untuk menangkap lobster adalah ikan mati yang dipotong-potong atau belum, yang sudah diproses atau organisme lain yang memiliki bau menyengat yang menarik daya cium lobster. Lobster juga menyukai umpan yang memiliki komposisi protein, lemak dan kitin yang tinggi serta memiliki bau yang menyegat sangat disukai oleh lobster Moosa dan Aswandy,1984. Salah satu jenis ikan yang dapat digunakan sebagai umpan dalam menangkap lobster dengan bubu adalah ikan tembang Sardinella fimbriata sedangkan jenis hewan lunak atau moluska adalah kanikil Chiton sp.. Kegiatan experimental fishing menggunakan bubu lipat modifikasi dengan kanikil merupakan uji-coba yang pertama kali dilakukan. Melalui pengujian diharapakan dapat diukur efektivitasnya bila dibandingkan dengan umpan standar. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor umpan kanikil dan ikan tembang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah ekor dan berat gram hasil tangkapan total dan hasil tangkapan lobster p-value = 0,0848 0.05 dan p- value=0,948 0,05. Hal ini bisa disebabkan adanya faktor perubahan kadar protein dan lemak umpan. Hasil analisis kadar protein umpan berdasarkan tahap lama perendaman yaitu lama perendaman 1, 2, 3,6,9 dan 12 Jam, dan terjadi penurunan kadar protein yang diperhitungkan dari data awal. Analisis yang diperhitungkan berdasarkan lama perendaman selama 1 jam, 2 Jam, 3 Jam, 6 Jam, 9 Jam dan 12 Jam dan terjadi penurunan berturut-turut adalah 25.48 , 31.32 , 31.52, 38.61, 40.05, 41.30. Begitu juga dengan umpan tembang standar dimana hasil analisis kadar protein gram bahwa data awal umpan tembang mengandung 11,67 dan terjadi penurunan kadar protein yang diperhitungkan dari data awal yang lebih besar dibandingkan dengan kanikil Analisis yang diperhitungkan berdasarkan lama perendaman selama 1 jam, 2 jam, 3 jam, 6 jam, 9 jam dan 12 jam dan terjadi penurunan berturut-turut adalah 5,40,12,77,43,44,45,16,50,90,51,76. Dengan demikian kanikil Chiton sp mengalami penurunan kadar protein yang cukup lambat dengan rata- rata penurunan 34.71 dibandingkan dengan umpan tembang 34,90 . Berdasarkan hasil analisis kadar lemak gram dalam 100 gram, maka diketahui bahwa data awal kanikil mengandung 1,41 dan terjadi penurunan kadar lemak yang diperhitungkan dari data awal. Analisis yangdiperhitungkan berdasarkan lama perendaman selama 1 jam, 2 Jam, 3 Jam, 6 Jam, 9 Jam dan 12 Jam dan terjadi penurunan berturut-turut adalah 23,08, 24,04, 32.69, 37.50, 55.77, 75.96. Dengan demikian, bahwa kanikil mengalami penurunan kadar lemak yang lebih cepat dengan rata-rata penurunan 44.21 dibandingkan dengan ikan tembang 41,51. Penurunan kadar protein umpan kanikil yang lebih lambat menunjukkan bahwa kanikil lebih tahan lama dalam waktu perendaman dibandingkan dengan umpan tembang standar, tetapi perbedaan dari kedua umpan tersebut tidak begitu signifikan dan hal ini menjadi acuan penjelasan bahwa kanikil adalah umpan yang memiliki efektifitas relatif sama dalam penangkapan lobster dengan alat tangkap bubu lipat. Kanikil mengalami penurunan kadar lemak yang lebih cepat dengan rata- rata penurunan 44.21 dibandingkan dengan ikan tembang 41,51, tetapi perbedaan dari kedua umpan tersebut tidak begitu signifikan dan hal ini menegaskan kembali bahwa umpan kanikil memiliki efektivitas relatif sama dengan umpan ikan tembang. 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1 Komposisi hasil tangkapan bubu lipat penelitian menunjukkan adanya perbedaan efektivitas dari bubu lipat dengan jenis yang berbeda. Hasil pengujian Kruskall-Wallis menunjukkan bahwa jenis bubu lipat memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah hasil tangkapan lobster panulirus spp.. Bubu lipat yang paling baik untuk menangkap lobster adalah bubu lipat standar dengan jumlah hasil tangkapan 31 ekor 63 selanjutnya diikuti oleh bubu lipat modifikasi pintu samping 11 ekor 22 dan bubu lipat modifikasi pintu atas 7 ekor 14 . Hasil tangkapan bubu lipat standar memberikan hasil tangkapan lobster panulirus spp. yang lebih baik dibandingkan dengan bubu lipat modifikasi pintu samping dan pintu atas namun bubu lipat modifikasi memberikan hasil tangkapan sampingan yang lebih sedikit dibandingkan bubu lipat standar. 2 Komposisi hasil tangkapan berdasarkan umpan menunjukkan tidak adanya perbedaan efektivitas dari jenis umpan yang berbeda. Hasil pengujian Kruskall-Wallis menunjukkan bahwa jenis umpan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah hasil tangkapan lobster. Hasil tangkapan dengan menggunakan umpan kanikil Chiton sp berhasil memberikan hasil tangkapan lobster yang relatif sama dengan umpan standar ikan tembang Sardinella fimbriatta sehingga efektivitas umpan kanikil Chiton sp sama dengan umpan standar. 6.2 Saran Saran yang dapat dikemukakan untuk perbaikan penelitian ini yaitu: 1. Diperlukan adanya penelitian lanjutan mengenai bentuk kisi-kisi berbahan plastik pada bubu lipat modifikasi pintu samping dan pintu atas. 2. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut di laboratorium cara lobster masuk kedalam bubu lipat modifikasi pintu samping dan pintu atas 3. Diperlukan adanya penelitian lanjutan dengan melihat langsung bagaimana lobster masuk ke dalam bubu lipat 4. Penelitian mengenai umpan kanikil untuk pengembangan umpan alternatif