Sumber: Zulkarnain, 2012.
Gambar 10 Konstruksi bubu lipat rajungan sebagai bubu lipat standar.
Gambar 11 Bubu lipat rajungan bubu standar
Bubu lipat rajungan bubu standar merupakan bubu lipat yang berbentuk kotak dan biasanya digunakan untuk menangkap rajungan dan kepiting. Bubu
lipat standar yang digunakan dalam penelitian ini berukuran lebih besar dibandingkan dengan bubu lipat standar yang biasa digunakan nelayan.
Spesifikasinya dapat dilihat pada Tabel 3. Dalam operasi penangkapan pada proses perolehan data, bubu lipat ini digunakan sebagai bubu standar atau kontrol
untuk dibandingkan dengan bubu lipat modifikasi atau bubu yang menjadi perlakuan dalam proses perolehan data hasil tangkapan.
Gambar 12 Bubu lipat pintu samping
Bubu lipat pintu samping merupakan bubu lipat modifikasi atau bubu lipat pintu samping berbentuk kotak dengan pemicu pintu masuk berbentuk kisi-kisi.
Bubu lipat ini merupakan modifikasi dari bubu lipat standar yang ditambahkan funnel kisi-kisi atau Pemicu pintu masuk yang ditempatkan pada ujung mulut
bubu adalah kisi-kisi ke arah bagian dalam bubu dan terbuat dari plastik dengan ketebalan 1,5 mm. Dalam operasi penangkapan pada proses perolehan data, bubu
lipat ini digunakan sebagai bubu yang menjadi perlakuan untuk dibandingkan dengan bubu rajungan bubu standar dalam proses perolehan data hasil
tangkapan.
Gambar 13 Bubu lipat pintu atas
Bubu lipat pintu atas merupakan bubu lipat modifikasi atau bubu lipat pintu atas berbentuk trapesium dengan pemicu pintu masuk berbentuk kisi-kisi.
Pemicu pintu masuk ditempatkan pada ujung mulut bubu adalah kisi-kisi ke arah bagian dalam bubu dan terbuat dari plastik dengan ketebalan 1,5 mm. Dalam
operasi penangkapan pada proses perolehan data, bubu lipat ini digunakan sebagai bubu yang menjadi perlakuan untuk dibandingkan dengan bubu rajungan bubu
standar dalam proses perolehan data hasil tangkapan. Tabel 4 Kegunaan bagian alat tangkap bubu penelitian
No Bagian alat tangkap
Spesifikasi 1
Pelampung tanda floating buoy Plastik, diameter 30 cm
2 Tali pelampung floating line
PE dimeter 10 mm; panjang 25 m 3
Pemberat sinker 2 buah dan 4 buah Batu ± 30 kg dan Batu ±0,125 kg
4 Tali pemberat sinker line 2 buah
PE dia 10 mm; panjang 5 mm 5
Tali utama main line 1 set PE dia 10 mm; panjang 130 mm
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umpan berupa ikan tembang Sardinella fimbriatta dan kanikil Chiton sp. Ikan tembang dapat
diperoleh di lokasi penelitian dengan mudah dan merupakan jenis umpan yang
biasa digunakan untuk menangkap lobster. Kanikil banyak terdapat di pantai lokasi penelitian dan hidup di celah-celah batuan karang namun belum ada
penggunaan kanikil untuk umpan oleh nelayan di lokasi penelitian Gambar 14.
Gambar 14 Kanikil atau Chiton sp di lokasi penelitian
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji coba penangkapan experimental fishing. Dalam penelitian ini menggunakan tiga macam konstruksi
bubu lipat dengan jenis pintu masuk yang berbeda dan pemberian dua jenis umpan yang berbeda pada masing-masing jenis konstruksi bubu lipat tersebut sebanyak
24 kali trip ulangan. Rancangan percobaan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6. Jumlah hasil tangkapan dari ketiga konstruksi bubu lipat
tersebut dibandingkan untuk mengetahui efektivitas kemampuan konstruksi bubu lipat dan jenis umpan dalam memberikan hasil tangkapan lobster.
Bubu dioperasikan dengan metode longline yaitu dengan panjang tali utama 154 m, rangkaian bubu dipasang dengan jarak masing-masing 8 m, dengan
panjang tali cabang 3 m. Jarak antara bubu pertama dengan ujung-ujung tali utama adalah 5 m, pada kedua ujung tali utama diikatkan jangkar atau pemberat
dari batu dan tali pelampung tanda yang disesuaikan dengan kedalaman daerah operasi, dalam hal ini dipersiapkan tali pelampung dengan panjang 20 m dan 50 m
Gambar 15.
Tabel 5. Rancangan percobaan yang diterapkan dalam penelitian bubu di desa Kertajaya, Palabuanratu 16 Agustus
– 31 September 2011. Jenis bubu
Bubu standar Bubu pintu
samping Bubu
pintu atas
Jenis umpan
Ikan tembang x x x x x x
x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x
x x x x x x
Kanikil x x x x x x
x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x
x x x x x x
Tabel 6. Rancangan percobaan per trip ulangan untuk setiap jenis bubu dan umpan dalam mengetahui hasil tangkapan.
Dari rancangan di atas diketahui bahwa dalam setiap masing-masing bubu Bubu standar, bubu pintu samping dan bubu pintu atas diberikan 2 Jenis umpan
Ikan tembang dan Kanikil yaitu S Ikan, S Kanikil, PS Ikan, PS Kanikil, PA Ikan, dan PA Kanikil yang dilakukan percobaan atau operasi sebanyak 24
kali trip ulangan. Penempatan umpan pada jenis bubu ditentukan dengan urutan ganjil dan
genap nomor jenis bubu, pada jenis bubu dengan kode bubu ganjil maka digunakan jenis umpan ikan, sedangkan jenis bubu dengan kode angka genap
digunakan jenis umpan kanikil. Pemasangan umpan pada bubu dilakukan dengan cara, yaitu pada jenis
umpan ikan, badan ikan ditusukkan pada besi yang khusus untuk pemasangan umpan yang berada di tengah-tengah bagian dalam bubu, digunakan sebanyak tiga
Ekor Gram Ekor
Gram Ekor
Gram 1
2 …
24 1
2 ….
24 Kanikil
Jenis umpan Trip
Ikan Tembang Jenis bubu
S PS
PA
sampai lima ekor tergantung dengan ukuran ikan dan untuk umpan kanikil relatif sama digunakan sebanyak tiga sampai lima ekor. Urutan penempatan bubu yang
dirangkaikan pada tali utama, ditempatkan pada posisinya dengan cara random, pengundian hal ini dilakukan untuk memberikan peluang yang sama pada alat
tangkap dalam memberikan hasil tangkapan karena secara umum yang berkaitan dengan posisi penempatan sebuah alat tangkap mempunyai unsur ketidakpastian
dalam memperoleh sebuah data . Menurut Mattjik dan Sumertajaya, 2006
informasi parsial yang diperoleh dari sebuah data mengandung unsur ketidakpastian,
untuk mengimbangi
ketidakpastian tersebut
diperlukan pemahaman pengacakan atau random dalam menjelaskan respon dari perlakuan
yang dibangkitkan oleh percobaanya. Kemudian hasil dari pengundian diambil satu persatu dan ditempatkan sesuai urutan angka nomor urut mulai dari nomor 1
hingga 18. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Urutan dan penempatan bubu pada tali utama
No. Urut Kode Bubu
Jenis Umpan 1
PS6 Kanikil
2 PS5
Ikan 3
PS1 Ikan
4 PA2
Kanikil 5
S2 Kanikil
6 S4
Kanikil 7
PS3 Ikan
8 S6
Kanikil 9
PA6 Kanikil
10 S3
Ikan 11
PS2 Kanikil
12 PS4
Kanikil 13
PA5 Ikan
14 PA4
Kanikil 15
S1 Ikan
16 PA3
Ikan 17
S5 Ikan
18 PA1
Ikan Keterangan:
S = Jenis bubu standar; PS = Jenis bubu modifikasi pintu samping;
PA = jenis bubu modifikasi pintu atas.
Gambar 15 Rangkaian bubu saat operasi
3.3.1 Metode pengumpulan data dan pengoperasian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data utama dan data tambahan. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dengan observasi langsung dalam pengoperasian bubu lipat standar dan modifikasi. Data sekunder diperoleh dari nelayan, pengumpul lobster,
serta pustaka lainnya. Pengoperasian alat tangkap bubu lipat dalam penelitian ini terdiri atas
beberapa tahap, yaitu : 1 Persiapan yang meliputi pemeriksaan perahu penangkapan, kondisi mesin,
bahan bakar, alat tangkap, dokumentasi dan alat-alat yang digunakan untuk mengukur dan menyimpan hasil tangkapan. Persiapan mulai
dilakukan pada pukul 15.30. 2 Perjalanan ke daerah penangkapan yang dilakukan di perairan pesisir pada
kedalaman perairan antara 5-12 meter. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 10 menit.
3 Pengoperasian alat tangkap yang terdiri atas pemasangan umpan pada masing bubu dan penurunan bubu lipat yang dipasang secara longline
dilakukan pada sore hari kurang lebih pukul 17.00-18.00 dimulai dari pelampung tanda pertama, tali pemberat, pemberat dan satu-persatu bubu
lipat diturunkan dan bagian terakhir pelampung tanda kedua setting, perendaman bubu lipat selama ± 12 jam, yaitu mulai sore hari hingga
keesokan pagi soaking, pengangkatan alat tangkap bubu lipat penelitian dilakukan pada pagi hari kurang lebih antara pukul 06.00-07.30 dimulai
dengan pengangkatan pelampung tanda pertama, alat tangkap satu-persatu hingga pelampung tanda kedua.
4 Penanganan hasi tangkapan dimulai dengan mengeluarkan hasil tangkapan dari alat tangkap bubu lipat, pengukuran hasil tangkapan, yaitu jumlah
ekor lobster per bubu, berat gram lobster per ekor, panjang karapas lobster, dan dilakukan pengukuran yang sama terhadap hasil tangkapan
lain Gambar 14.
Gambar 16 Pengukuran a panjang karapas, b panjang total, c panjang mantel, dan d lebar karapas hasil tangkapan
3.4 Analisis data
Sesuai dengan rancangan percobaan yang diterapkan, metode analisis data dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor. Sebagai
faktor adalah desain bubu dan jenis umpan. Data yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel dan grafik. Data yang diolah adalah jumlah ekor. Data berat
a b
c d
gram dan panjang karapas mm dikelompokkan dalam selang kelas panjang karapas mm dan selang berat gram.
Menurut Mattjik dan Sumertajaya, 2006 percobaan faktorial dicirikan
oleh perlakuan yang merupakan komposisi dari semua kemungkinan kombinasi dari dua faktor atau lebih. Model linier aditif dari rancangan ini secara umum
misal komposisi perlakuan disusun oleh taraf-taraf faktor A dan faktor B adalah sebagai berikut :
Y = µ +αi + βj + αβij+ εijk
dimana: Y nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i faktor B taraf ke-j dan
ulangan ke k, µ,αi, βj merupakan komponen aditif dari rataan, pengaruh utama faktor A dan pengaruh utama faktor
B, αβij merupakan komponen interaksi dari faktor A dan faktor B sedangkan εijk merupakan pengaruh acak yang menyebar
normal 0, �
2
. Tabel 8 Struktur data dibuat sebagai berikut
Keterangan Y1 = pengamatan pada perlakuan ke- 1 ulangan ke-j
Yi = pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-1 Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke- j; dan
Y.. = total pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke- j
Ulangan U1
U2 Total Yi
B1 1 Y
111
Y
121
Y1 2 Y
112
Y
122
… ….
… 24 Y
1124
Y
1224
total Yij Y
11.
Y
12.
B2 1 Y
211
Y
221
Y2 2 Y
212
Y
222
… …
… 24 Y
2124
Y
2224
total Yij Y
21.
Y
22.
B3 1 Y
311
Y
321
Y3 2 Y
312
Y
322
… ..
… 24 Y
3124
Y
3224
total Yij Y
31.
Y
32.
Total Y j Y1
Y2 Y…
Data hasil tangkapan diuji dengan menggunakan dua metode, yaitu statistik parametrik dan nonparametrik. Metode Parametrik yaitu Uji F pada
analisis ragam. Uji F atau ANOVA akan berlaku jika data tersebut menyebar normal atau homogenitasnya Steel dan Torrie, 1989. Metode nonparametrik
yaitu metode selain uji F pada analisis ragam yang dilakukan apabila data tidak menyebar normal Mattjik dan Sumertajaya, 2006. Uji normalitasnya diuji
dengan uji Kolmogorov-Smirnov menggunakan aplikasi statistik MINITAB dan untuk melihat perbedaan hasil dari perlakuan digunakan aplikasi statistik SAS 9.1
dan MINITAB14. Asumsi pokok dalam analisis ragam tidak terpenuhi maka dapat diatasi melalui transformasi data Mattjik dan Sumertajaya, 2006.
Dalam penelitian ini data hasil tangkapan lobster dalam jumlah ekor dari uji normalitas tidak menyebar normal disebabkan banyak data bernilai nol dan
telah dilakukan transformasi data namun tetap tidak menyebar normal sehingga tidak dapat dilakukan penarikan asumsi. Oleh karena itu harus menggunakan
metode non parametrik, yaitu Uji Kruskal-Wallis. Uji Kruskal-Wallis digunakan karena dalam penelitian ini menggunakan RAL.
Dalam uji Kruskal –Wallis, menurut Daniel 1990 penghitungannya diperoleh
melalui rumus :
H =
1 �
2
[∑
ᴿ
2
�
–
� �+1
2
4
] dengan :
ri = banyaknya ulangan pada perlakuan ke-i N= jumlah pengamatan
ᴿ = jumlah peringkat rank dari perlakuan ke-i dan
�
2
=
1 �−1
[
2
−
� �+1
2
4
] Rij adalah peringkat dari pengamatan pada perlakuan ke-I ulangan ke-J.
Jika ada ties, statistik uji perlu dikoreksi sehingga Kruskal-Wallis terkoreksi menjadi Hc =
�1 − �
2
− �
Dari perhitungan melalui rumus-rumus di atas, kemudian dilakukan kajian hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut:
Pengaruh utama faktor a desain Bubu ; H
0 ;
1 = ……=αa = 0 perlakuan desain bubu tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap jumlah hasil tangkapan spiny lobster Pengaruh utama faktor b umpan ;
H
0 ;
1 = ……=βa = 0 perlakuan jenis umpan tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap jumlah hasil tangkapan spiny lobster Pengaruh sederhana interaksi faktor a desain bubu dengan faktor b umpan
H
0 :
11 = 12 = ⋯ =
ab =
Interaksi perlakuan desain bubu dengan umpan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah hasil
tangkapan spiny lobster. Kaidah keputusan: Jika H χ2 , � − 1 maka tolak Ho,
selainnya terima Ho, nilai χ
2
pada table Chi-Square dengan taraf nyata atau nilai α,
disini digunakan nilai α = 0,05. Untuk jumlah hasil tangkapan spiny lobster faktor A desain bubu, Jika
H X
2
, � − 1 maka tolak Ho, sehingga disimpulkan bahwa perlakuan desain
bubu memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah hasil tangkapan spiny lobster. Akan tetapi Jika H
X
2
, � − 1 maka terima Ho, sehingga disimpulkan
bahwa bahwa perlakuan desain bubu tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah hasil tangkapan spiny lobster.
Untuk jumlah hasil tangkapan spiny lobster faktor b umpan, Jika H X
2
, � − 1 maka tolak Ho, sehingga disimpulkan bahwa perlakuan jenis umpan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah hasil tangkapan spiny lobster. Akan tetapi Jika H
X
2
, � − 1 maka terima Ho, sehingga disimpulkan bahwa
bahwa perlakuan jenis umpan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah hasil tangkapan spiny lobster.
Untuk jumlah hasil tangkapan spiny lobster dari interaksi faktor a bubu lipat dan faktor b umpan, Jika H
X
2
, � − 1 maka tolak Ho, sehingga
disimpulkan bahwa Interaksi perlakuan desain bubu dengan umpan memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah hasil tangkapan spiny lobster.
Akan tetapi Jika H X
2
, � − 1 maka terima Ho, sehingga disimpulkan bahwa
bahwa Interaksi perlakuan desain bubu dengan umpan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah hasil tangkapan spiny lobster.
Data hasil tangkapan total dalam satuan ekor, yaitu data hasil tangkapan lobster dengan hasil tangkapan samping by-catch banyak bernilai nol. Oleh
karena itu dari uji normalitas data tidak menyebar normal sehingga dilakukan transformasi data akar kuadrat Y + ½
12
, dengan Y adalah nilai yang ditransformasi data. Pada hasil transformasi data dilakukan uji normalitas kembali
dan data menyebar normal sehingga dapat dilakukan penarikan asumsi. Dalam analisis data apabila data menyebar normal maka dilakukan analisis
ragam atau anova. Sidik ragam yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 9
Tabel 9 Sidik ragam terhadap data yang menyebar normal
Keterangan A = perlakuan 1 dan B = perlakuan 2
r = ulangan, SK = sumber keragaman db = derajat bebas, JKT = Jumlah kuadrat total
JKS = Jumlah kuadrat sisa JKA = Jumlah kuadrat perlakuan faktor A; JKB = Jumlah kuadrat tengah
perlakuan faktor B; KTA = Jumlah kuadrat tengah perlakuan faktor A; KTB = Jumlah kuadrat tengah perlakuan faktor B.
Langkah- Langkah Perhitungannya FK = Faktor koreksi adalah FK =
�
2
�
JKT = Jumlah kuadrat total adalah JKT = ∑∑∑ Yijk
2
- FK JKA =Jumlah kuadrat faktor A adalah JKA = ∑ Yi..
2
br – FK
JKB = Jumlah kuadrat faktor B adalah JKB = ∑ Yj..
2
ar – FK
Sumber Keragaman Derajat bebas Jumlah Kuadrat JK
KT F hitung
Faktor A Desain bubu a-1
JKA KTA
KTAKTS Faktor B Jenis umpan
b-1 JKB
KTB KTBKTS
Interaksi AxB a-1 b-1
JKAB KTAB
Sisa abr-1
JKS KTS
Total abr-1
JKT
JKAB = Jumlah kuadrat interaksi faktor A dan B adalah JKAB = JKP- JKA- JKB Dimana : JKP = ∑∑ Yij.
2
r – FK
JKG = Jumlah kuadrat galat adalah JKG = JKT – JKP
Dari perhitungan melalui rumus-rumus diatas, kemudian dilakukan kajian hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut :
Pengaruh utama faktor a desain bubu ; H
0 ;
1 = …= αa = 0 perlakuan desain bubu tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap jumlah hasil tangkapan total Pengaruh utama faktor b umpan ;
H
0 ;
1 = ……= βa = 0 perlakuan jenis umpan tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap jumlah hasil tangkapan total Pengaruh sederhana interaksi faktor a desain bubu dengan faktor b umpan H
:
11 = 12 = ⋯ =
ab =
Interaksi perlakuan desain bubu dengan umpan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah hasil tangkapan
total.
4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi
Secara geografis wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di antara 6
o
57’ - 7
o
25’ Lintang Selatan dan 106
o
49’ - 107
o
00’ Bujur Timur dan mempunyai luas daerah 4.161 km
2
atau 11,21 dari luas Jawa Barat atau 3,01 dari luas pulau Jawa, dengan batas-batas wilayah:
Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Bogor; Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudra Indonesia;
Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudra
Indonesia; Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Cianjur.
Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak sekitar 160 km dari arah Jakarta meliputi areal seluas 420.000 ha yang terbentang mulai dari ketinggian 0 -
2.958 mdpl. Pegunungan dan dataran tinggi mendominasi hampir seluruh kabupaten ini. Dataran rendah ada di pesisir selatan, mulai dari Teluk Ciletuh
sampai muara sungai Cikaso dan Cimandiri. Wilayah Kabupaten Sukabumi sampai akhir tahun 2009 meliputi 47 kecamatan, 363 desa, 3.010 RW dan 12.565
RT dengan jumlah penduduk sebanyak 2.341.409 jiwa. Saat ini ibukota Kabupaten Sukabumi berada di Kecamatan Pelabuhanratu BPS Sukabumi, 2010.
Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi tahun 2004 hingga tahun 2008 terus mengalami peningkatan. Rasio jenis kelamin sebesar 101 yang berarti bahwa
dalam 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk di Kabupaten sukabumi mencapai 590,45 orang per m
2
Tabel 10.
Tabel 10 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi tahun 2004
– 2008
Tahun Jumlah penduduk orang
Rasio jenis kelamin
Kepadatan penduduk orang per km
2
Laki-laki Perempuan
Jumlah 2004
1.135.889 1.120.755
2.256.644 101,35
546,67 2005
1.156.871 1.143.773
2.300.644 101,15
557,33 2006
1.178.005 1.167.454
2.345.459 100,90
568,18 2007
1.199.698 1.192.038
2.391.736 100,64
579,39 2008
1.221. 177 1.216.218
2.437.395 100,41
590,45 Sumber: BPS Kab. Sukabumi 2009.
4.1.1 Nelayan
Nelayan yang ada di Kabupaten Sukabumi terdiri dari dua tipe nelayan, yaitu tipe nelayan pemilik dan nelayan buruh. Apabila dilihat sejak tahun 2006
hingga 2009, jumlah nelayan yang ada berfluktuatif, namun tidak terlalu jauh berubah. Data perubahan jumlah nelayan tersebut tersaji dalam Tabel 11 berikut.
Tabel 11 Jumlah nelayan perikanan tangkap tahun 2006 - 2009 di Kabupaten Sukabumi
Tahun Nelayan orang
Jumlah orang Nelayan buruh
Nelayan Pemilik 2006
10.951 1.350
12.301 2007
10.745 1.603
12.348 2008
10.761 1.639
12.400 2009
10.568 1.743
12.311 Sumber: Statistik Bidang Perikanan Tangkap Kab. Sukabumi 2009.
4.1.2 Armada penangkapan
Armada penangkapan ikan di wilayah Perairan Kabupaten Sukabumi dapat dikelompokkan menjadi perahu tanpa motor, perahu motor tempel, dan kapal
motor. Sejalan dengan modernisasi armada penangkapan, sejak tahun 2006 perahu tanpa motor mengalami penurunan jumlah armada, sedangkan perahu
motor tempel maupun kapal motor mengalami peningkatan, seperti tersaji pada Tabel 12.
Tabel 12 Jumlah armada penangkapan ikan Kabupaten Sukabumi tahun 2006 - 2009
Tahun Armada unit
Jumlah unit
Perahu Tanpa Motor Motor Tempel
Kapal Motor 2006
332 785
233 1.350
2007 278
960 365
1.603 2008
290 975
374 1.639
2009 224
975 376
1.575 Sumber: Statistik Bidang Perikanan Tangkap Kab. Sukabumi 2010.
4.1.3 Alat tangkap
Secara umum alat tangkap yang ada di Kabupaten Sukabumi meliputi kelompok pukat kantong, pukat tarik, jaring angkat, pancing dan lain-lain.
Berdasarkan data statistik Kabupaten Sukabumi tahun 2009, alat tangkap yang
beroperasi di wilayah perairan Kabupaten Sukabumi sebanyak 1.951 unit. Secara rinci komposisi alat tangkap di Kabupaten Sukabumi bisa dilihat pada Table 13.
Tabel 13 Alat tangkap yang beroperasi di Kabupaten Sukabumi tahun 2009
No Kelompok Alat Tangkap
Jenis Alat Tangkap Jumlah unit
1 Pukat Kantong
Payang 150
Dogol 24
2 Jaring Insang
Jaring Insang Hanyut 905
Jaring Insang Lingkar 9
Jaring Insang Tetap 106
3 Jaring Angkat
Bagan PerahuRakit 154
Bagan Tancap 54
4 Pancing
Rawai Tuna 350
Pancing Tonda 100
Pancing Ulur 84
5 Lainnya
Gau, Tombak, Lain-lain 15
Jumlah 1.951
Sumber: DKP Kab. Sukabumi 2009.
4.1.4 Produksi perikanan
Produksi perikanan tangkap yang di Kabupaten Sukabumi berfluktuatif, mengalami penurunan dan peningkatan tapi nilai produksi penangkapannya terus
meningkat semenjak tahun 2007 – 2009, walaupun pada tahun 2006 ke tahun
2007 sempat mengalami penurunan. Perkembangan volume dan nilai produuksi tersebut bisa dilihat pada tabel 14.
Tabel 14 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi tahun 2006 - 2009
Tahun Volume penangkapan ikan Ton
Nilai Penangkapan .1.000 2006
10.035,90 52.494.782,00
2007 8.655,82
46.442.802,00 2008
7.379,20 47.460.706,00
2009 7.878,20
56.155.022,00 Sumber: Statistik Bidang Perikanan Tangkap Kab. Sukabumi 2009.
4.2 Keadaan Umum PPN Pelabuhanratu
Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu PPN Pelabuhanratu terletak di Kecamatan Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Secara geografis
PPN Pelabuhanratu terletak pada 06º5947,156 Lintang Selatan dan