Deskripsi Kanikil Chiton sp

seperti genting. Diantara kaki dan tepi mantel pada kedua sisi tubuh kanikil terdapat rongga mantel. Di dalam rongga mantel terdapat insang 6 sampai 88 pasang Suwarni 2008. Menurut Kaas and van Belle 1990 kanikil memiliki habitat yang berbeda di setiap genusnya. Genus Parachiton dengan contoh spesies Lepidoplearus acuminatus hidup di daerah karang atau pantai di perairan yang kedalamannya 30- 50 m. Jenis ini tersebar di perairan tropis dan subtropis serta perairan dingin atau banyak ditemukan di perairan Sicilia, Portopalo, dan Yugoslovia. Genus Ishnochiton dengan contoh Callochiton herberti hidup di daerah karang atau pantai di perairan yang kedalamannya 9-20 m. Jenis ini tersebar di perairan tropis dan subtropis atau ditemukan di perairan selatan Australia. Genus Callistochiton dengan contoh spesies Calistochiton carpentrianus hidup di daerah karang atau pantai di perairan yang kedalamnya 9-45 m. Jenis ini tersebar di perairan tropis dan subtropis atau ditemukan di perairan Indonesia dan Banda. Genus Cryptolax dengan contoh Chiton oculatus hidup di daerah karang atau pantai di perairan yang kedalamnya 2-3 m. Jenis ini tersebar tropis dan subtropis dikawasan Indo-Pasifik atau ditemukan di perairan Indonesia, Irian Jaya. Terakhir, genus Achanthicitona dengan contoh Chiton fascicularis hidup di daerah karang atau pantai di perairan yang kedalamnya 2-150 m. Jenis ini berdistribusi tropis dan subtropics di kawasan seluruh dunia kecuali di perairan Antartika. Pada umumnya kanikil bersifat dioecius, pembuahan di luar atau di dalam tubuh. Sperma meninggalkan individu jantan bersama aliran air keluar. Pembuahan terjadi di dalam telur dan disimpan dalam rongga mantel, dimana terjadi pembuahan dengan sperma yang masuk bersama aliran masuk. Telur menetas menjadi larva trocophore yang berenang bebas Suwarni 2008. Kanikil disebut hewan moluska laut karang atau pantai batu-batuan karena hewan ini hidup di permukaan keras, seperti di bawah batu, atau tersembunyi di celah- celah batu. Kanikil memiliki struktur yang sesuai dengan kebiasaan merayap perlahan dan melekat pada batu karang dan menunujukkan perilaku homing, kembali ke tempat yang sama pada siang hari dan berkeliaran di malam hari untuk mencari makan Suwarni 2008.

2.4 RAL Rancangan Acak Lengkap

2.4.1 Uji non parameterik Uji non parametrik yang digunakan adalah Kruskal-Wallis test. Menurut Mattjik dan Sumertajaya, 2006 rancangan percobaan dengan uji ini biasanya digunakan untuk percobaan yang menggunakan RAL. Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis Ho : Nilai tengah perlakuan sama H1 : minimal ada satu nilai tengah perlakuan yang tidak sama dengan yang lainnya. Statistik Uji : H = 1 � 2 [∑ ᴿ 2 � – � �+1 2 4 ] dengan : r = banyaknya ulangan pada perlakuan ke-i N= jumlah pengamatan R i = jumlah peringkat ranx dari perlakuan ke-i dan � 2 = 1 �−1 [ ᴿ 2 − � �+1 2 4 ] Rij adalah peringkat dari pengamatan pada perlakuan ke-I ulangan ke-J. Kaidah keputusan uji ini : Jika H X 2 , � − 1 maka tolak Ho, selainnya terima Ho. Contoh perhitungan dengan Minitab 14 dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8. Gambar 7 Langkah perhitungan dengan minitab 14 Gambar 8 Langkah perhitungan dengan minitab 14 Keterangan 1. Masukkan data dari kedua faktor yang akan di hitung 2. Klik Start, Non Parametrik, Kemudian Kruskal Wallis 3. Masukkan data dari faktor yang akan dihitung, kemudian klik ok

2.4.2 Uji parameterik

Menurut Mattjik dan Sumertajaya, 2006 Percobaan faktorial dicirikan oleh perlakuan yang merupakan komposisi dari semua kemungkinan kombinasi dari dua faktor atau lebih. Model linier aditif dari rancangan ini secara umum misal komposisi perlakuan disusun oleh taraf-taraf faktor A dan faktor B adalah sebagai berikut : Y = µ =αi + βj + αβij+ εijk dimana: Y nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i faktor B taraf ke-j dan ulangan ke k, µ,αi, βj merupakan komponen aditif dari rataan, pengaruh utama faktor A dan pengaruh utama faktor B, αβij merupakan komponen interaksi dari faktor A dan faktor B sedangkan εijk merupakan pengaruh acak yang menyebar normal 0, � 2 . Selain asumsi kenormalan dari komponen acak dan model aditif masih terdapat asumsi-asumsi lain yang juga harus diperhatikan yaitu : i Untuk model tetap : =1 i = 0; =1 j = 0; =1 ij = =1 ij = 0 ii Untuk model Acak : αi ~ N0,� 2 ;βj ~N0,� 2 β; αβij ~ N0, � 2 αβ 3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan dengan pengumpulan data di lapangan sejak tanggal 16 Agustus 2011 hingga 31 September 2011 di Desa Kertajaya, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Gambar 9. Sumber: Google maps 2011 Gambar 9. Lokasi penelitian

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 1 unit perahu nelayan bercadik, 1 unit bubu lipat sebanyak 18 buah, timbangan mengukur berat gram per ekor hasil tangkapan, penggaris, alat tulis, tabel lapang, thermometer, refraktometer, 2 buah ember dan dokumentasi berupa camera digital. Bahan yang digunakan adalah umpan yang terbuat dari ikan tembang dan kanikil. Peralatan dan bahan serta spesifikasinya dapat dilihat pada Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4.