2.1.3.2 Kaitan Impor dengan Harga Relatif
Harga relatif merupakan salah satu faktor yang memengaruhi impor. Menurut Mankiw 2003, harga relatif sama saja dengan nilai tukar riil. Nilai
tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal mata uang domestikmata uang luar negeri dan tingkat harga diantara kedua negara. Hossain
dan Chowdhury 1998 merumuskan nilai tukar riil sebagai berikut:
2.4 dimana adalah nilai tukar nominal domestic currency foreign currency,
adalah tingkat harga domestik, dan adalah tingkat harga luar negeri.
Hubungan antara nilai tukar riil dengan permintaan impor adalah negatif Akpokodje dan Omojimite, 2009. Ini mengimplikasikan bahwa depresiasi dari
nilai tukar riil akan meningkatkan biaya impor sehingga menyebabkan permintaan impor riil akan turun, dengan asumsi faktor lainnya dianggap konstan. Sebaliknya,
apresiasi nilai tukar riil akan menyebabkan biaya untuk impor menjadi lebih rendah sehingga permintaan untuk impor menjadi meningkat.
2.1.3.3 Kaitan Impor dengan Volatilitas Nilai Tukar
Salah satu perhatian utama sejak diperkenalkannya sistem nilai tukar mengambang adalah apakah peningkatan volatilitas nilai tukar resiko
memengaruhi aliran perdagangan internasional. Volatilitas nilai tukar tidak hanya
mengukur perubahan, tetapi lebih menunjukan faktor resiko dari mata uang. Semakin volatile mata uang berarti semakin besar resiko mata uang tersebut.
Volatilitas nilai tukar riil dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 2.5
dimana RER adalah nilai tukar riil. Volatilitas nilai tukar berkaitan dengan arus perdagangan internasonal
karena semakin besar volatilitas mata uang maka akan berdampak negatif terhadap arus perdagangan internasional Arize, 1998. Peningkatan volatilitas
nilai tukar merupakan resiko dalam melakukan perdagangan internasional, termasuk impor. Semakin tinggi volatilitas nilai tukar, akan menyebabkan biaya
untuk impor menjadi lebih tinggi karena adanya biaya yang digunakan untuk menghindari resiko perdagangan yang pada akhirnya akan berdampak pada
pengurangan perdagangan luar negeri. Hal ini karena adanya nilai tukar yang
disepakati pada kontrak perdagangan, sedangkan pembayaran terhadap perdagangan tersebut dilakukan sampai pengiriman barang dilakukan dimasa
depan pembayaran dilakukan setelah pengiriman terjadi. Jika perubahan nilai tukar menjadi tidak terduga atau tidak dapat diprediksi, hal ini akan menciptakan
ketidakpastian mengenai keuntungan yang akan dibuat dari pengadaan kegiatan impor tersebut, dan karenanya akan mengurangi manfaat dari perdagangan
internasional. Tetapi, hubungan antara volatilitas nilai tukar dan impor juga dapat positif. Menurut De Grauwe 1988, bahwa jika efek pendapatan lebih
mendominasi efek substitusi maka akan menyebabkan hubungan positif antara perdagangan dan volatilitas.
Dampak volatilitas nilai tukar terhadap perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh perilaku dari pelaku perdagangan internasional Cheong, 2004.
Jika pedagang bersikap risk-neutral, maka volatilitas nilai tukar dapat dijadikan kesempatan bagi mereka untuk meningkatkan keuntungan sehingga akan
menyebabkan peningkatan terhadap impor. Sebaliknya, jika pedagang bersikap menghindari resiko, maka volatilitas nilai tukar dianggap sebagai resiko dalam
kegiatan impor yang dapat mengurangi keuntungan mereka dalam melakukan kegiatan impor tersebut sehingga akan cenderung mengurangi impor.
Pengetahuan tentang sejauh mana volatilitas nilai tukar memengaruhi impor penting untuk
desain kebijakan antara nilai tukar dan kegiatan impor . Misalnya, jika volatilitas
nilai tukar menyebabkan peningkatan impor, maka program penyesuaian perdagangan untuk menghambat ekspansi impor tidak bisa berhasil jika nilai tukar
tidak stabil.
2.2 Penelitian Terdahulu