II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di
kawasan ASEAN+6 dan non ASEAN+6 Uni Eropa dan Amerika Utara adalah sebagai berikut:
2.1.1 Nilai Tukar Exchange Rate
Nilai tukar adalah harga relatif dari satu mata uang dalam perdagangan Hossain dan Chowdhury, 1998. Nilai tukar antara dua negara merupakan tingkat
harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan Mankiw, 2003. Para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua,
yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal nominal exchange rate adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Hossain dan
Chowdhury 1998 merumuskan nilai tukar nominal sebagai berikut: 2.1
dimana adalah tingkat harga domestik dan
adalah tingkat harga luar negeri. Nilai tukar riil real exchange rate adalah harga relatif dari barang-barang di
antara dua negara Mankiw, 2003. Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari
negara lain. Nilai tukar riil kadang-kadang disebut term of trade. Hossain dan Chowdhury 1998 merumuskan nilai tukar riil
sebagai berikut: 2.2
dimana adalah nilai tukar nominal domestic currency foreign currency, adalah tingkat harga domestik, dan
adalah tingkat harga luar negeri. Jika nilai tukar riil di suatu negara terapresiasi maka harga barang-barang domestik relatif
lebih mahal daripada harga barang-barang luar negeri, sehingga negara tersebut akan cenderung untuk melakukan impor. Sebaliknya, jika nilai tukar riil di suatu
negara terdepresiasi maka harga barang-barang domestik relatif lebih murah daripada harga barang-barang luar negeri, sehingga negara tersebut akan
cenderung untuk melakukan ekspor.
2.1.2 Sistem Nilai Tukar
Sistem nilai tukar di suatu negara memiliki pengaruh dan peranan terhadap resiko dari fluktuasi nilai tukar yang akan memengaruhi perekonmian negara
tersebut. Sistem nilai tukar dalam keuangan internasional diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu sistem nilai tukar tetap fixed exchange rate dan sistem nilai tukar
mengambang floating exchange rate. Dalam sistem nilai tukar tetap, nilai mata uang dipagu relatif terhadap nilai
mata uang lain, sehingga nilai tukar dibuat tetap Mishkin, 2009. Menurut Mankiw 2003, nilai tukar tetap merupakan nilai tukar yang ditetapkan oleh
kehendak bank sentral untuk membeli dan menjual mata uang domestik terhadap mata uang asing pada harga yang sudah ditetapkan sebelumnya. Nilai tukar tetap
mengarahkan kebijakan moneter pada satu tujuan tunggal, yaitu mempertahankan nilai tukar pada tingkat yang telah diumumkan. Dengan kata lain, esensi dari
sitem nilai tukar tetap adalah komitmen bank sentral untuk membiarkan jumlah uang beredar menyesuaikan berapapun nilai tukar yang menjamin nilai tukar
ekuilibrium sama dengan nilai tukar yang diumumkan. Selain itu, selama bank sentral siap membeli atau menjual mata uang asing pada nilai tukar tetap, jumlah
uang beredar menyesuaikan secara otomatis pada tingkat yang diperlukan. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, sebagian besar perekonomian dunia
beroperasi dengan sistem Bretton-Woods, yaitu sistem moneter internasional yang disepakati sebagian besar negara untuk menetapkan nilai tukar. Dengan sistem
nilai tukar Bretton-Woods maka nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang negara lain menjadi pasti, sehingga eksportir dan importir dapat
memperhitungkan keuntungan dari transaksi perdagangan internasional. Dunia membatalkan sistem ini pada tahun 1973, dan nilai tukar dibiarkan mengambang.
Nilai tukar mengambang merupakan nilai tukar yang dibiarkan oleh bank sentral untuk berubah dalam menanggapi perubahan kondisi ekonomi dan
kebijakan ekonomi Mankiw, 2003. Dengan sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar dibiarkan berfluktuasi dengan bebas untuk menanggapi kondisi
perekonomian yang sedang berubah. Tetapi nilai tukar mengambang memiliki dampak negatif karena nilai tukar menjadi tidak stabil sehingga sewaktu-waktu
bisa berubah. Perubahan yang tidak stabil dalam nilai tukar ini dapat berpengaruh
terhadap perdagangan internasional karena hal ini dapat membuat eksporir dan imporir tidak dapat dengan mudah memperhitungkan keuntungan yang dapat
dihasilkan dari kegiatan perdagangan internasional.
2.1.3 Teori Permintaan