Variabel Lag Impor Variabel GDP Riil

AB Test z Arrelano-Bond m 1 Arrelano-Bond m 2 Sargan Test Dari tabel 4.2 terlihat bahwa terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan terhadap impor dalam kasus seluruh kawasan, yaitu lag impor lag M, GDP riil Y, dan volatilitas nilai tukar riil V yang masing-masing signifikan pada taraf nyata 5 persen. Sedangkan nilai tukar riil RER tidak berpengaruh signifikan terhadap impor pada taraf nyata 5 persen.

4.3.1 Variabel Lag Impor

Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa lag impor berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor. Lag impor memiliki nilai koefisien 0,6539702 yang signifikan pada taraf nyata 5 persen. Nilai koefisien tersebut menjelaskan bahwa jika terjadi peningkatan impor pada periode sebelumnya sebesar 1 persen, cateris paribus, maka akan menyebabkan peningkatan impor sebesar 0,6539702 persen. Hal ini berarti bahwa impor untuk periode selanjutnya berkorelasi dengan impor pada periode sebelumnya. Korelasi antara impor periode sebelumnya dengan periode selanjutnya dapat digunakan oleh pemerintah dalam meramalkan impor periode selanjutnya sehingga pemerintah dapat mengambil kebijakan yang tepat agar neraca pembayaran tetap seimbang.

4.3.2 Variabel GDP Riil

Pada Tabel 4.2, variabel GDP riil berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor. Nilai koefisien dari GDP riil adalah 0,1886631 yang signifikan pada taraf nyata 5 persen. Hal ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan GDP riil sebesar 1 persen, cateris paribus, maka akan meningkatkan impor sebesar 0,1886631 persen. Hal ini sesuai dengan teori yang yang dikemukakan oleh Delong 2002. Secara teori antara impor dengan pendapatan riil berhubungan positif. Jika semakin tinggi pendapatan riil maka ini sama saja dengan semakin tinggi daya beli masyarakat, sehingga semakin banyak uang yang dimiliki atau digunakan oleh konsumen dan investor yang dapat dihabiskan atau digunakan untuk impor, sehingga impor akan meningkat. Hubungan positif dan signifikan antara impor dan GDP riil dalam penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya, diantaranya penelitian dari Akpokodje dan Omojimite 2009, yang menjelaskan bahwa terdapat dua alasan kenapa impor dapat meningkat karena GDP riil meningkat. Pertama, jika peningkatan dalam GDP riil akan meningkatkan konsumsi riil, peningkatan konsumsi riil ini akan menyebabkan peningkatan dalam permintaan agregat. Jika penawaran domestik tidak dapat memenuhi peningkatan dalam permintaan agregat maka impor akan meningkat untuk memenuhi peningkatan permintaan agregat tersebut. Kedua, jika peningkatan GDP riil menyebabkan peningkatan dalam investasi riil sehingga investasi untuk barang-barang yang tidak diproduksi secara domestik harus dibeli dari luar negeri, hal ini berarti impor akan meningkat 4.3.3 Variabel Volatilitas Nilai Tukar Riil Pada Tabel 4.2 untuk kasus seluruh kawasan, volatilitas nilai tukar riil berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor. Nilai koefisien dari volatilitas nilai tukar riil adalah 0,3061796 yang signifikan pada taraf nyata 5 persen. Artinya, jika volatilitas nilai tukar riil meningkat sebesar 1 persen, cateris paribus, maka akan menyebabkan impor meningkat sebesar 0,3061796 persen. Hubungan volatilitas nilai tukar riil terhadap impor di kasus seluruh kawasan memiliki hubungan yang signifikan dan positif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Inggris oleh Choudhry 2008 dengan menggunakan Error Correction Model. Pada penelitiannya, ditemukan hubungan yang positif dan signifikan antara volatilitas nilai tukar riil dan volume impor di Inggris dari Kanada, Jepang, dan New Zealand. Hubungan positif antara volatilitas nilai tukar riil dan volume impor dapat disebabkan karena pedagang bersikap risk-neutral, maka volatilitas nilai tukar dapat dijadikan kesempatan bagi mereka untuk meningkatkan keuntungan sehingga akan menyebabkan peningkatan terhadap impor Cheong, 2004. Menurut De Grauwe 1988, bahwa jika efek pendapatan lebih mendominasi efek substitusi maka akan menyebabkan hubungan positif antara perdagangan dan volatilitas. 4.4 Hasil Estimasi Penelitian: Model Kawasan ASEAN+6