Selain itu, Inggris memiliki impor yang kecil karena mereka lebih percaya terhadap produk yang ada di pasar lokal Inggris daripada harus mengimpor barang
dari luar negeri. Hal ini mengakibatkan mereka tidak perlu menukarkan banyak Poundsterling untuk mendapatkan mata uang negara lain karena mereka jarang
mengimpor dalam jumlah besar, sehingga jarang mata uang Poundsterling yang ditukar ke mata uang negara lain, akibatnya Poundsterling lebih bertahan nilai
tukarnya. Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa Indonesia memiliki nilai tukar riil yang
paling lemah dengan indeks volume impor yang hampir sama dengan negara lainnya. Lemahnya nilai tukar riil Indonesia dapat disebabkan karena Indonesia
merupakan negara berkembang yang cenderung mengekspor bahan baku atau bahan mentah ke negara maju. Bahan baku tersebut kemudian diolah oleh negara
maju tersebut dan dijual kembali ke negara Indonesia dengan biaya yang lebih mahal, hal ini membuat cadangan devisa Indonesia menjadi rendah. Cadangan
devisa yang rendah ini memengaruhi posisi tawar permintaan dan penawaran dan mata uang Rupiah. Sehingga cadangan devisa yang rendah yang dimiliki
Indonesia ini membuat nilai mata uang nilai tukar riil Indonesia menjadi lemah.
4.1.3 Hubungan Impor dengan Volatilitas Nilai Tukar Riil
Pada Gambar 4.3 menunjukan hubungan antara indeks volume impor dan volatilitas nilai tukar riil di kawasan ASEAN+6 dan kawasan non ASEAN+6.
Semakin besar rata-rata volatilitas nilai tukar riil menandakan semakin besar resiko mata uang negara tersebut.
Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa volatilitas nilai tukar riil di Kanada memiliki nilai yang paling tinggi, ini berarti bahwa resiko mata uang negara
Kanada adalah yang paling tinggi daripada mata uang negara lain. Hal ini dapat disebabkan karena dampak dari krisis keuangan global yang terjadi pada tahun
2008 yang menyebabkan nilai tukar di Kanada berfluktuasi dan memiliki volatilitas yang cukup tinggi. Peningkatan volatilitas nilai tukar riil di Kanada
sebagai dampak dari krisis keuangan global mulai terjadi pada tahun 2008. Volatilitas nilai tukar riil di Kanada mangalami peningkatan yang besar pada
tahun 2008 dan 2009.
Sumber: World Development Indicators, CEIC, Bank of Canada, Australia Bureau Statistic, diolah
Gambar 4.3 Hubungan Indeks Volume Impor dan Volatilitas Nilai Tukar Riil Kawasan ASEAN+6 dan Non ASEAN+6 Periode 2002-2010
Pada Gambar 4.4, adalah gambar hubungan antara indeks volume impor dan volatilitas nilai tukar riil di kawasan ASEAN+6 maupun non ASEAN+6 tanpa
menyertakan Kanada, karena apabila Kanada disertakan dalam gambar, maka akan menyebabkan negara yang lainnya sulit untuk dilihat atau dibandingkan,
maka Kanada akan disingkirkan dalam analisis pada Gambar 4.4. Pada Gambar 4.4 terlihat bahwa volatilitas nilai tukar riil di Amerika
Serikat memiliki nilai yang paling rendah, hal ini berarti bahwa resiko mata uang negara Amerika Serikat adalah rendah. Rendahnya volatilitas nilai tukar Amerika
Serikat dapat disebabkan karena, mata uang negara di seluruh dunia mengacu kepada mata uang Amerika Serikat, sehingga menyebabkan nilai tukar mereka
menjadi lebih stabil dan memiliki resiko yang kecil. Dalam Gambar 4.4, terlihat bahwa untuk negara-negara di kawasan non
ASEAN+6 memiliki hubungan antara indeks volume impor dan volatilitas nilai tukar riil yang relatif sama. Hal ini dapat terlihat bahwa untuk negara-negara di
4.6 4.7
4.8 4.9
5 5.1
5.2 5.3
5.4 5.5
5.6 5.7
0.05 0.1
0.15 0.2
0.25
R ata
-r ata
In d
e ks
Vo lu
m e
Im p
o r
Rata-rata Volatilitas Nilai Tukar
Indeks Volume Impor dan Volatilitas Nilai Tukar
CHN IND
THA KOR
NZL FRA
AUS SGP
MYS DEU
PHL GBR
MEX JPN
USA CAN
kawasan non ASEAN+6 memiliki titik yang cenderung mengumpul di satu tempat. Oleh karena itu, dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
impor, maka dalam penelitian ini akan dibandingkan faktor-faktor yang memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non ASEAN+6.
Sumber: World Development Indicators, CEIC, Australia Bureau Statistic, diolah
Gambar 4.4 Hubungan Indeks Volume Impor dan Volatilitas Nilai Tukar Riil Kawasan ASEAN+6 dan Non ASEAN+6 Tanpa Kanada Periode 2002-
2010
4.2 Granger Causality Test pada data panel