Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia

c. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan Musyarakah adalah suatu kesepakatan antara Bank dengan Nasabah untuk membiayai suatu proyek dimana Bank dan Nasabah secara bersama-sama menyediakan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan dana dari pihak Bank berikut bagi hasil yang telah disepakati baik secara bertahap maupun sekaligus. Tujuan penggunaan pembiayaan berdasarkan : 1 jenis usaha pesanan, 2 jenis usaha waralaba, 3 jenis usaha dengan pola kemitraan, 4 penyediaan dana untuk proyek, 5 jenis usaha joint venture, 6 aktivitas ekspor dan impor. d. Pembiayaan Ijarah Pembiayaan Ijarah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut : 1 Bank bertindak sebagai pemilik danatau pihak yang mempunyai hak penguasaan atas obyek sewa baik berupa barang atau jasa, yang menyewakan obyek sewa dimaksud kepada nasabah sesuai kesepakatan; 2 Barang dalam transaksi Ijarah adalah barang bergerak atau tidak bergerak yang dapat diambil manfaat sewa; 3 Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk Pembiayaan atas dasar Ijarah, serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi informasi produk Bank dan penggunaan data pribadi nasabah.

5. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Beberapa kebijakan pengembangan perbankan syariah di Indonesia didasarkan pada UU No. 7 tahun 1992 yang disempurnakan dengan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan dan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Berdasarkan kebijakan-kebijakan tersebut kinerja bank-bank syariah di Indonesia terus menunjukan perbaikan dan membuat bank-bank besar seperti Bank Mandiri dan Bank BNI membentuk unit usaha syariahnya sendiri. Dari sudut pandang pencarian nasabah, pendirian bank syariah oleh bank komersiil di atas pada umumnya untuk merebut nasabah mengambang floating dan loyalis Islam yang jumlahnya cukup besar di Indonesia Bank BNI Syariah, 2007 sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 3. Gambar 3 Karakteristik perilaku nasabah perbankan Karim, 2004 Tabel 3. Survei potensi dan preferensi konsumen terhadap bank syariah Indonesia BI 2000, 2001, 2002, 2003, 2004 Propinsi Tahun Persentase Muslim Persepsi Bunga Haram Memahami Bank Syariah Sumatera Utara 2003 92 59 Na Sumatera Barat 2001 98 20 Na Jambi 2001 96 50 10 Sumatera Selatan 2004 98 50 Na DKI Jakarta 2003 85 46 Na Jawa Barat 2000 98 62 6 Jawa Tengah DIY 2000 96 48 16 Jawa Timur 2000 97 31 10 Kalimantan Selatan 2004 94 60 Na Sulawesi Selatan 2003 98 32 12 Keterangan : Na Not available Latar belakang diperlukannya kebijakan Policy Background pengembangan Bank Syariah di Indonesia adalah : Floating Market - Menggunakan lebih dari satu bank. - Mengkombinasikan bank syariah dengan bank konvensional. Conventional Loyalist Floating Market Sharia Loyalist Sharia Loyalist - Sangat loyal bahwa bunga bank haram. - Sangat tidak loyal terhadap satu bank syariah. - Cenderung cepat berpindah dari satu bank ke bank lain. - Menggunakan lebih dari satu bank syariah. a. Memenuhi kebutuhan segmen masyarakat yang membutuhkan khususnya yang menganggap bunga bank sebagai riba, serta mobilisasi dana dan optimalisasi proses saving-investment. b. Pengembangan perbankan syariah dapat memberikan kemanfaatan baik secara makro maupun mikro bagi perekonomian nasional : 1 meningkatkan diversifikasi layanan jasa bank dengan berbagai keunggulan Profit and Loss Sharing PLS Financing, 2 mendukung financial stability, antara lain karena bersifat non-speculatif, kewajiban ada underlying transactions dan dilandasi nilai moral dan 3 sarana yang mendukung masuknya dana asing yang mempersyaratkan prinsip syariah. c. Peran yang nyata perbankan syariah dalam perekonomian Indonesia tidak hanya akan memberikan kontribusi pada kinerja perekonomian dalam bentuk daya tahan, namun juga kemudian memberikan implikasi yang positif pada prilaku baik individu maupun unit usaha masyarakat yang aktif dalam perekonomian. d. Peran ekonomi syariah melalui operasional perbankan syariah dapat memfasilitasi nilai-nilai atau norma Islam menjadi nilai rujukan dalam berprilaku ekonomi. e. Berdasarkan data yang dungkapkan Setiarso 2005 pada akhir tahun 1997 telah ada 176 institusi keuangan Islam yang tersebar di lebih 45 negara. Sebagai negara muslim terbesar di dunia Indonesia sudah sewajarnya turut menjadi pelopor bahkan panutan dalam pengembangan Industri perbankan syariah. f. Dari data demografi terdapat lebih dari 1 miliar muslim di dunia yang merepresentasikan 20 dari populasi dunia dan memiliki total kontribusi mendekati 10 pada Gross National Product GNP Dunia. Pengembangan bank syariah merupakan salah satu alat bagi dunia Islam untuk mewujudkan kemandirian dalam perekonomiannya. g. Potensi sumber daya alam SDA Negara muslim saat ini mencapai hampir 80 dari potensi SDA dunia. Dengan kondisi seperti ini dapat dikatakan pasar keuangan Islam memiliki prospek yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat muslim dunia. Beberapa faktor pertimbangan lainnya yang dapat mendukung prospek pengembangan perbankan syariah nasional adalah : a. Kejelasan visi, misi dan sasaran pengembangan perbankan syariah nasional oleh otoritas perbankan Bank Indonesia, 2003, termasuk : 1 Komitmen untuk menyempurnakan dan melengkapi regulasi prudential regulations, good corporate governance, risk management, ketentuan kelembagaan dan lain-lain, 2 Mendukung dan mendorong pengembangan infrastruktur yang dapat mendorong beroperasinya bank syariah secara efisien, antara lain DSN, BAMUI, Asosiasi Lawyer , Lembaga Rating, Syariah External Audit, Lembaga Penjamin Pembiayaan, Special Purporse Company, pasar keuangan dan instrumen pendukung manajemen likuiditas dan 3 Dukungan Bank Indonesia untuk terus memberikan bantuan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pengelolaan usaha perbankan syariah melalui pelaksanaan training, seminar dan lain-lain. b. Perkembangan internasional menunjukan kecenderungan : 1 Semakin banyaknya “international bank,” termasuk yang berbasis di negara Barat yang menjadi pemain industri perbankan syariah. Hal ini akan dapat mendorong profesionalisme dan peningkatan mutu pelayanan, sehingga dapat meningkatkan citra perbankan syariah dan 2 Lembaga-lembaga internasional mendukung perbankan syariah internasional seperti International Islamic Financial Market IIFM, Islamic Financial Service Board IFSBsemacam BIS untuk Bank Syariah, dan keterlibatan International Monetary Funds IMF dalam pengembangan infastruktur Bank Syariah internasional.

5. Sejarah Singkat Pembentukan Sepuluh Cabang Bank Syariah a.