III. METODOLOGI KAJIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian dilakukan di Divisi Usaha Syariah pada salah satu Bank Syariah di Jakarta dari bulan November 2007 sd April 2008.
B. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah : a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui interview pada Divisi
Usaha Syariah Bank Syariah yang berupa data kinerja pembiayaan UKM dari 10 kantor cabang, struktur organisasi Divisi Syariah dan kegiatan
bisnis Divisi Usaha Bank Syariah. b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dari
buku-buku literatur, dan lain-lain. Dalam mendapatkan bahan dan data, digunakan metode pengumpulan
data berikut : 1. Library Research Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data tertentu berupa buku-buku, majalah, surat kabar, buletin, brosur dan artikel
yang merupakan sumber ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kebijakan pembiayaan dengan prinsip syariah.
2. Field Research Penelitian Lapangan Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung
pada Divisi Usaha Bank Syariah. Data dan informasi yang diambil dari perusahaan adalah : a Deskripsi Divisi Usaha Syariah Bank Syariah;
b Kegiatan Bisnis Divisi Usaha Syariah Bank Syariah; c Sejarah Singkat Kantor Cabang Bank Syariah; d Struktur Organisasi Divisi
Usaha Bank Syariah dan e Laporan Pembiayaan UKM Divisi Usaha Bank Syariah .
Di dalam pelaksanaan penelitian lapangan, digunakan teknik-teknik berikut : 1. Wawancara interview, yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan
dengan tanya jawab antara penulis dengan Unit Penyelia Bisnis dan Pengembangan Jaringan di Divisi Usaha Syariah yang memiliki data yang
berhubungan dengan masalah yang dikaji. 2. Pengamatan observasi, yaitu suatu pengamatan secara langsung terhadap
masalah yang dikaji dan penyebaran kuesioner dengan maksud untuk memperoleh keterangan-keterangan selama kajian.
C. Metode Analisis Data
Metode analisis yang dilakukan adalah deskriptif analitis, yaitu membuat gambaran mengenai strategi pembiayaan UKM pada bank syariah
dan memaparkan data secara relevan. Dalam kajian ini hanya menggunakan dua indikator yaitu rasio pertumbuhan dan rasio ROA yaitu :
1. Rasio Pertumbuhan, masing-masing :
Pertumbuhan Pembiayaan Syariah = Total Pembiayaan Syariah Th.N –Total Pembiayaan Syariah Th.N-1
Total Pembiayaan Syariah Th. N-1
2. Rasio Profitabilitas, masing-masing :
Return On Average Assets ROA = . Laba Rugi
. Total Aktiva
Hal ini disebabkan karena bank syariah memiliki kekhasan di dalam penyaluran pembiayaan kepada UKM dengan menggunakan prinsip bagi hasil.
Semakin tingginya rasio pertumbuhan dan rasio ROA, maka kinerja pembiayaan UKM pada Bank Syariah semakin baik. Implementasi strategi
pembiayaan dianalisis dengan metode analisa SWOT Rangkuty, 1999. Berdasarkan metode analisa SWOT dengan mempertimbangkan bobot
dan rating secara kuantitatif yang diperoleh dari hasil wawancarapendapat dengan pihak manajemen Divisi Usaha Syariah yaitu Unit Penyelia Bisnis dan
Pengembangan Jaringan, maka diperoleh hasil perhitungan bobot dan rating untuk matriks faktor internal dan faktor eksternal.
D. Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data, dilakukan dengan mengumpulkan data secara langsung dari Divisi Usaha Syariah Bank Syariah. Data yang dikumpulkan meliputi
laporan pembiayaan UKM tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Dengan adanya data yang diperoleh di atas, maka membantu dasar
pembuatan analisis, khususnya pembiayaan syariah terhadap profitabilitas yang diperoleh Bank Syariah. Dalam hal ini analisa hubungan dari berbagai
pos dalam suatu laporan keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat menginterprestasikan kondisi keuangan dan hasil operasional Bank Syariah.
Angka-angka rasio tersebut di atas, selanjutnya dijadikan dasar penilaian pembiayaan syariah terhadap profitabilitas yang diperoleh Bank
Syariah. Metode analisis data ini sudah barang tentu bukan merupakan solusi terbaik bagi Bank Syariah, namun demikian perlu dipertimbangkan, karena
dapat menjadi salah satu alternatif bagi perencanaan peningkatan profitabilitas di masa mendatang, dengan tetap mempertahankan kondisi dan potensi yang
baik serta berkesinambungan. Implementasi strategi Bank Syariah dianalisis dengan analisis SWOT
berguna untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Analisis SWOT adalah sebuah identifikasi yang
sistematik dari faktor-faktor yang telah dikemukakan dan juga strategi yang mewakili kecocokan antara keduanya. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa
suatu strategi yang efektif memaksimalkan kekuatan dan peluang dari perusahaan, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman perusahaan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Perkembangan Bank Syariah di Jakarta
Laju pertumbuhan perbankan syariah di tingkat global tak diragukan lagi. Aset lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250
miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per tahun. Di Indonesia, volume usaha perbankan syariah selama lima tahun terakhir
rata-rata tumbuh 60 persen per tahun. Tahun 2005, perbankan syariah Indonesia membukukan laba Rp 238,6 miliar, meningkat 47 persen dari tahun
sebelumnya. Meski begitu, Indonesia yang memiliki potensi pasar sangat luas untuk perbankan syariah, masih tertinggal jauh di belakang Malaysia.
Tahun 2005, perbankan syariah Malaysia mencetak profit lebih dari satu miliar ringgit 272 juta dollar AS. Akhir Maret 2006, aset perbankan
syariah di negeri jiran ini hampir mencapai 12 persen dari total aset perbankan nasional. Sedangkan di Indonesia, aset perbankan syariah periode Maret 2006
baru tercatat 1,40 persen dari total aset perbankan. Bank Indonesia memprediksi, akselerasi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia baru
akan dimulai tahun ini Bank BNI Syariah, 2007. Bank syariah membentuk Tim Cabang Syariah pada bulan November
1999 berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 1998, SK Direksi BI No.3233KepDir tanggal 12 Mei 1999 yang berisi tentang Bank Umum
berdasarkan prinsip syariah, perubahan kegiatan usaha, dan pembukaan Kantor Cabang Syariah, dan SK Direksi BI No.3234KepDir Tanggal 12 Mei
1999 yang berisi tentang Bank Umum berdasarkan prinsip syariah. Setelah secara matang dirumuskan selama 5 bulan maka pada bulan April tahun 2000
dibentuklah Unit Usaha Syariah UUS dengan kedudukan pemimpin setingkat wakil pemimpin divisi dimana jabatan Pemimpin UUS dirangkap
oleh wakil Divisi Pemasaran Ritel PMR. Pada bulan Juli 2002 UUS diganti menjadi USY Unit Syariah dengan
kedudukan pemimpin setingkat pemimpin divisi. Pada bulan Oktober 2003 Bank syariah mendapat predikat The Most Profitable Islamic Bank. Pada
bulan Juli 2004 USY ditetapkan sebagai SBU Syariah Banking dan Finance Services.
Beberapa alasan pembukaan Bank syariah adalah : 1 tiga puluh persen 30 dari masyarakat Indonesia menolak sistem bunga; 2 landasan
operasional perbankan syariah sudah kuat; 3 masih terbatasnya kompetitor