Tinjauan Umum Tentang Berbakti Kepada Orang Tua
Dalam penyelidikan adat istiadat tidak dapat digunakan sebagai ukuran dan pertimbangan, karena sebagian perintah-perintahnya tidak
masuk akal dan setengah merugikannya. Banyak perbuatan-perbuatan yang salah, tetapi lain bangsa yang menyatakan kebaikannya; seperti
mengubur anak perempuannya hidup-hidup dilakukan oleh sebagian bangsa Arab pada zaman jahiliah. Mereka menganggap perbuatan itu
tidak tercela dan tidak salah. Berpegang adat istiadat itu meskipun tidak benar, ada juga
faedahnya. Ada juga orang-orang yang tidak mau melanggar adat istiadat yang baik, banyak pula orang-orang yang tidak mau mencuri,
minum minuman keras karena mengikuti adat-istiadat, takut dari lingkungan mengecam dan mencemoohkannya.
b. Kebahagiaan Hedonism
Kebanyakan filsuf berpendapat bahwa tujuan akhir dari hidup dan kehidupan manusia ialah untuk mencapai kebahagiaan. Perbuatan
manusia dapat dikatakan baik bila ia mendatangkan kebahagaiaan, kenikmatan, dan kelezatan. Para pengikut aliran hedonism membagi
kebahagiaan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. 1
Kebahagiaan diri Egoistic Hedonism Pendapat ini mengatakan bahwa manusia hendaknya mencari
sebanyak mungkin kebahagiaan untuk dirinya dan mengorientasikan segala usahanya ke arah kebahagiaan.
2 Kebahagiaan bersama Universalistic Hedonism
Paham ini menghendaki agar manusia mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sesama manusia, bahkan untuk semua
makhluk yang berperasaan. Untuk memberikan nilai terhadap suatu perbuatan bahwa ia baik atau buruk, yang perlu diperhatikan
adalah kesenangan dan kepedihan yang diakibatkan oleh perbuatan itu. Dalam hal ini bukan untuk diri sendiri tetapi untuk seluruh
makhluk yang ikut merasakan kenikmatan dari akibat perbuatan itu.
c. Intuisi Intuition
Intuisi merupakan kekuatan batin yang dapat mengenal sesuatu yang baik atau buruk dengan sekilas pandang tanpa melihat buah dan
akibatnya. Paham ini berpendapat bahwa tiap manusia itu mempunyai kekuatan batin sebagai suatu instrument yang dapat membedakan baik
dan buruk. d.
Evolusi Mereka yang mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala
sesuatu yang ada di ala mini mengalami evolusi, yaitu berkembang dari apa adanya menuju kesempurnaannya. Menurut pandangan ini,
nilai akhlak harus ikut berkembang sesuai dengan perkembangan sosial dan budaya ini menyesatkan orang. Adanya pendapat nilai
baru yang menjadi panutan masa itu, merupakan pendapat nilai yang dipaksakan oleh orang yang berkuasa pada saat itu, karenanya tidak
merupakan nilai yang universal dan hanya dipandang baik oleh seseorang atau sekelompok orang.
Sebagai umat Islam, pedoman utama sumber-sumber pengetahuan tentang akhlak baik dan buruk adalah dengan mengacu kepada Al-Qur’an
dan sunnah Nabi. Sudah sepatutnya kita mengimani keduanya. Karena segala hal telah banyak dijelaskan di dalam kedua sumber utama tersebut.
Berdasarkan penjelasan tentang akhlak di atas, maka Birrul Walidain merupakan akhlak yang terpuji. Birrul Walidain merupakan
akhlak terpuji karena merupakan suatu perilaku yang baik, tidak menentang adat istiadat, budaya, nilai sosial, dan terpuji menurut
pandangan syari’at agama Islam. 2.
Pengertian Birrul Walidain Birrul Walidain terdiri dari dua kata, yakni: Al-Birru dan Al-
Walidain. Al-Birru
ﱡﺮِﺒﻟا
memiliki makna baik, kebaikan, ketaatan, berakhlak baik; dikatakan juga dengan kumpulan kebaikan atau nama bagi
segala yang baik.
42
Namun dalam konteks Birrul Walidain, maka makna
kata yang lebih tepat adalah berbakti. Sebagaimana dengan hadits Nabi yang menjelaskan tentang Al-Birru berikut ini:
ﻢﻠﺳ و ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر ﺖﻟﺂﺳ :لﺎﻗ ﮫﻨﻋ ﷲ ﻰﺿر نﺎﻌﻤﺳ ﻦﺑ ساﻮﻨﻟا ﻦﻋ نﺄﺋ ﺖھﺮﻛو .كرﺪﺻ ﻰﻓ كﺎﺣ ﺎﻣ ﻢﺛﻹاو .ﻖﻠﺨﻟا ﻦﺴﺣ ﺮﺒﻟا : لﺎﻘﻓ ﻢﺛﻹاو ﺮﺒﻟا ﻦﻋ
ﻢﻠﺴﻣ هاور .سﺎﻨﻟا ﮫﯿﻠﻋ ﻊﻠﻄﯾ
Artinya : “Dari Nawwas ibn Sam’an RA berkata: Aku bertanya
kepada Rasul Allah SAW tentang al-birr dan al-itsm. Nabi SAW menjawab: al-birr itu adalah berakhlak baik, sedangkan al-itsm adalah
42
Ayat Dimyati, Hadits Arba’in: Masalah Aqidah, Syariah, Akhlaq, Bandung: Marja, 2001, h. 159
sesuatu yang tergores di dalam hatimu dan kamu tidak senang bila orang lain mengetahuinya. HR. Muslim.”
43
Kata yang kedua adalah Walidain
ﻦﯾﺪﻟاو
yang memiliki makna kedua orang tua. Sehingga arti dari Birrul Walidain adalah berbakti
kepada orang tua. 3.
Kedudukan Birrul Walidain Dalam Islam Allah SWT berfirman didalam Surat Al-An’am ayat 151,
اﻮُﻠُﺘْﻘَﺗ ﻻَو ﺎًﻧﺎَﺴْﺣِإ ِﻦْﯾَﺪِﻟاَﻮْﻟﺎِﺑَو ﺎًﺌْﯿَﺷ ِﮫِﺑ اﻮُﻛِﺮْﺸُﺗ ﻻَأ ْﻢُﻜْﯿَﻠَﻋ ْﻢُﻜﱡﺑَر َمﱠﺮَﺣ ﺎَﻣ ُﻞْﺗَأ اْﻮَﻟﺎَﻌَﺗ ْﻞُﻗ َﻦَﻄَﺑ ﺎَﻣَو ﺎَﮭْﻨِﻣ َﺮَﮭَظ ﺎَﻣ َﺶِﺣاَﻮَﻔْﻟا اﻮُﺑَﺮْﻘَﺗ ﻻَو ْﻢُھﺎﱠﯾِإَو ْﻢُﻜُﻗُزْﺮَﻧ ُﻦْﺤَﻧ ٍقﻼْﻣِإ ْﻦِﻣ ْﻢُﻛَدﻻْوَأ
َنﻮُﻠِﻘْﻌَﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ ِﮫِﺑ ْﻢُﻛﺎﱠﺻَو ْﻢُﻜِﻟَذ ﱢﻖَﺤْﻟﺎِﺑ ﻻِإ ُ ﱠﷲ َمﱠﺮَﺣ ﻲِﺘﱠﻟا َﺲْﻔﱠﻨﻟا اﻮُﻠُﺘْﻘَﺗ ﻻَو
Artinya: Katakanlah Muhammad, Marilah aku bacakan apa yang
diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apapun, berbuat baiklah kepada ibu bapak, janganlah kamu membunuh
anak-anakmu karena miskin, Kamilah yang memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik
yang terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar.
Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti.”
44
Menarik juga untuk dikemukakan bahwa Allah menggandengkan antara larangan mempersekutukan-Nya dengan perintah berbakti kepada
kedua orangtua. Sekali lagi, perintah berbakti, bukan larangan mendurhakai. Karena tidak mendurhakai keduanya belum dinilai cukup.
Allah SWT menggandengkan larangan mmpersekutukan-Nya dengan perintah berbakti kepada ibu bapak untuk mengisyaratkan bahwa dosa
kedurhakaan terhadap ibu bapak berada secara langsung di bawah dosa kemusyrikan atau mempersekutukan Allah, karena itu “Ridha Allah
43
Ayat Dimyati, Hadits Arba’in: Masalah Aqidah, Syariah, Akhlaq, Bandung: Marja, 2001, h. 158
44
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005, h.148
diperoleh utamanya melalui ridha kedua orangtua dan murka-Nya akibat murka kedua orangtua”.
45
Kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada ibu dan bapak kita. Sungguh menarik kalimat yang digunakan Allah SWT, bukan memerintah
dengan kalimat “Jangan kamu abaikan kedua orangtuamu.” tetapi pendekatan Al-Qur’an amat mengagumkan. Allah SWT tidak hanya
menyuruh kita patuh, tetapi juga harus berbuat baik kepada mereka sehingga mereka sepenuhnya ridha dengan perlakuan kita. Di dalam Surat
Al Isra Ayat 24, Allah berfirman:
ﱢلﱡﺬﻟا َحﺎَﻨَﺟ ﺎَﻤُﮭَﻟ ْﺾِﻔْﺧاَو
Artinya: “Dan merendahkan dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang…”
46
Allah juga berfirman didalam Surat Al-Isra ayat 23:
ۚﺎًﻨ َٰﺴ ۡﺣِإ ِﻦۡﯾَﺪِﻟ َٰﻮۡﻟﭑِﺑَو ُهﺎﱠﯾِإ ٓ ﱠﻻِإ ْآوُﺪُﺒ ۡﻌَﺗ ﱠﻻَأ َﻚﱡﺑَر ٰﻰَﻀَﻗَو
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.”
47
Dengan kata lain, Allah SWT menyatakan bahwa jika kamu tidak bersyukur kepada-Nya dan tidak berterima kasih kepada ibu dan bapakmu,
maka ketika kembali kepada Allah SWT kamu akan menerima hukuman- Nya. Dalam semua ayat yang telah disebut diatas dengan jelas kita
mengetahui bahwa hak orang tua disebutkan langsung setelah hak Allah
45
M Quraish Shihab, Birrul Walidain: Wawasan Al-Qur’an Tentang Bakti Kepada Ibu Bapak, Tangerang: Lentera Hati, 2014, h. 97
46
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005, h.284
47
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005, h.284
SWT. Tanda bahwa hak-hak orang tua memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam pandangan Allah SWT.
48
Jadi dalam Islam berbakti kepada orang tua adalah sesuatu kewajiban sebagaimana firman-firman Allah di dalam Al-Qur’an.
Pentingnya berbuat baik kepada orang tua memiliki kedudukan yang tinggi di mata Allah SWT, bahkan ditempatkan setelah perintah kepada
manusia untuk menyembah hanya kepada Allah. Karena Islam adalah agama yang menjunjung tinggi penghormatan dan pemuliaan terhadap
orangtua. Bahkan durhaka kepada orangtua termasuk diantara dosa-dosa besar yang dilarang oleh agama.
48
Imtiaz Ahmad, Nasehat Untuk Akal Yang Dahaga, Madina Munawwara: Al-Rasheed Printers, 2005, h.123