44
BAB III SUKU DOMO DI KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN KAMPAR-
RIAU DAN SISTEM KEWARISANNYA A.
PROFIL SUKU DOMO
Kita menyadari benar bahwa adat tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena adat tersebut terdapat di dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat tersebut. Itulah sebabnya ungkapan adat mengatakan: hidup beradat, mati beriman, atau dikatakan hidup dikandung adat, mati dikandung tanah.
1
Hal ini juga berlaku pada masyarakat di Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar-
Riau yang memiliki berbagai macam suku yang terdapat di berbagai daerah tersebut. Salah satu suku yang ada di Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar-
Riau adalah suku Domo. Suku Domo merupakan suatu suku yang ada di Kecamatan Siak Hulu,
Kabupaten Kampar-Riau. Suku ini berasal dari satu pasang nenek moyang yang mereka sebut dengan datuok nan codiok, niniok nan pandai datuk yang cerdik,
nenek yang pandai. Dikatakan datuk yang cerdik karena datuk tersebut membuat suatu cara untuk menjaga garis keturunannya. Selanjutnya datuk tersebut dapat
menyelesaikan perselisihan dalam keluarga dan masyarakat. Dikatakan nenek
1
Tenas Effendy, Eksistensi Adat Istiadat Kabupaten Kampar Dalam Dinamika Global, Pekanbaru, 1999, h. 7.
yang pandai karena beliau mampu menjalankan gagasan sang datuk serta pandai menyimpan dan menjaga petuah-petuah yang dipakai dalam kehidupan.
2
Dikatakan oleh ninik mamak pemuka adat Desa Buluhcina bahwa suku ini pada dasarnya suku asli masyarakat Kabupaten Kampar-Riau. Berkembangnya
suku ini berawal dari bagiah hulu Kabupaten Kampar. Seiring dengan perkembangan masyarakat saat itu, masyarakat suku Domo mulai meninggalkan
sisi hulu Kabupaten Kampar menuju hilir Kabupaten Kampar dengan menghiliri sungai Kampar hingga sampailah di kawasan Kecamatan Siak Hulu saat ini. Suku
ini dapat ditemukan di daerah-daerah di sekitar batang sungai kampar. Saat ini suku Domo tidak hanya berkembang di daerah yang dilewati oleh sungai Kampar
saja, namun juga berkembang di daerah daratan lainnya yang tidak dilalui oleh sungai kampar seiring dengan perkembangan masyarakat suku Domo saat ini.
3
Suku Domo memakai sistem kekerabatan matriliineal atau bersifat keibuan. Hal ini dapat dilihat dari pengambilan suku anak yang menurut ketentuan adat
harus mengikuti suku ibunya. Jika ibu sang anak bersuku Domo, maka anak tersebut harus mengikuti suku ibunya, yakni suku Domo. Namun ibu si anak
bersuku Melayu, maka si anak juga mengikuti suku ibunya yakni Melayu.
4
Secara singkat dikatakan bahwa anak mengikuti suku ibunya. Ketentuan ini juga disebut
sebagai adat perpatih.
5
2
Wawancara Pribadi dengan Datuk Sawir. Siak Hulu, 29 April 2016.
3
Wawancara Pribadi dengan Datuk Sawir. Siak Hulu, 29 April 2016.
4
Wawancara Pribadi dengan Datuk Sawir. Siak Hulu, 29 April 2016.
5
Suwardi, Rahman Hendra, dkk, Hukum Adat Melayu Riau, Pekanbaru: Alaf Riau, 2011, h. 5.
Datuk yang cerdik dan nenek yang pandai menetapkan anak mengikuti suku ibunya karena mereka berpendapat bahwa anak perempuan merupakan pewaris
keturunan. Di dalam rahim perempuanlah janin seorang anak berkembang dan dilahirkan pula dari rahim mereka. Setelah melahirkan, perempuan menyusui dan
merawat anak tersebut hingga mereka beranjak dewasa. Dengan demikian, maka hubungan seorang ibu dan anaknya tidak dapat dipisahkan hingga akhir hayat.
6
Agama masyarakat suku Domo berawal dari animisme dan Budha. Namun setelah Islam datang ke wilayah permukiman masyarakat suku Domo, pimpinan
tertinggi pemuka adat
7
menetapkan bahwa agama Islam adalah agama yang harus dianut oleh seluruh masyarakat suku Domo. Penetapan ini bukanlah penetapan
tanpa pertimbangan sebelumnya. Pimpinan tertinggi pemuka adat suku Domo bermusyawarah dan berunding bersama dengan membandingkan bebagai macam
agama yang ada dalam lingkungan masyarakat mereka. Pada akhirnya, setelah bermusyawarah, berembuk, membandingkan dan mentelaah agama-agama yang
ada ketika itu, tercapailah mufakat bahwa agama Islam merupakan agama yang sesuai dengan prinsip kehidupan manusia, sehingga ditetapkan bahwa agama
Islam merupakan agama yang harus dianut oleh seluruh lapisan masyarakat suku Domo tanpa terkecuali. Penetapan agama ini bertujuan untuk mempersatukan
anak kemenakan dan membimbing mereka menuju jalan yang benar. Selain itu,
6
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Tamrin. Siak Hulu, 21 April 2016.
7
Dalam ketentuan suku Domo, pimpinan pemuka adat tertinggi digelari dengan Tumongguong.
hal ini juga bertujuan untuk menghindari perkelahian sedarah yang diakibatkan perbedaan agama kepercayaan.
8
Pada awalnya tidaklah mudah untuk mengajak masyarakat suku Domo untuk memeluk agama Islam karena hal ini merupakan hak pribadi untuk memilih dan
memeluk agama yang mereka anggap benar dan sesuai dengan prinsip kemanusiaan. Namun sudah menjadi tugas dari ninik mamak pemuka adat untuk
merangkul seluruh anak kemenakan masyarakat suku Domo dan membimbing mereka. Sebagaimana tujuan awal nenek moyang menegakkan suku ini.
9
Jika masyarakat suku Domo murtad, maka yang bersangkutan akan diberikan sanksi oleh ninik mamak, sanksi tersebut dalam istilah adat disebut: diantegh nyo
ka imbo nan longang, ka lawuik nan lope, ka bukit indak di agie makanan, kalugha indak diagie minum, inyo tidak dipakai di dalam adat istiadat di
kampuong dalam nagoghi dia diantar ke hutan yang sepi, ke laut lepas, ke bukit tidak diberi makan ke lembah tidak diberi minum. Dia tidak diikutsertakan
didalam hukum adat dalam kampung, maksudnya adalah yang bersangkutan dikucilkan dari kehidupan beradat masyarakat suku Domo. Selain itu, yang
bersangkutan tidak dapat menjadi pemangku adat dan tidak diikutsertakan dalam musyawarah adat dan sebagainya.
10
Pendidikan masyarakat suku Domo dalam ilmu agama didapat dari jenjang akademik dan juga pengajian yang diberikan oleh alim-ulama di surau-surau
8
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Tamrin. Siak Hulu, 21 April 2016.
9
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Tamrin. Siak Hulu, 21 April 2016.
10
Wawancara Pribadi dengan Datuk Sawir. Siak Hulu, 29 April 2016.