dalam adat atau gelar pemangku adat. Istilah adat menyebutkan sabolun osong di angket golegh ditinggekan sebelum keranda diangkat, gelar
ditinggalkan.
39
3. Ketentun Kewarisan Adat Suku Domo
Ketentuan-ketentuan kewarisan adat suku Domo yang dapat penulis jelaskan, selain penjelasan sebelumnya, adalah sebagai berikut:
1 BagianHak Ahli Waris,
2 Waktu dan Tempat Pembagian,
3 Cara Pembagian,
1 Bagian Hak Ahli Waris
Kewarisan adat suku Domo menetapkan bahwa Uma sociek tanakobun sabidang rumah yang satu dan tanahkebun yang sebidang diberikan kepada
anak perempuan. Ketentuan ini merupakan ketentuan pokok dari kewarisan adat suku Domo. Anak perempuan mendapat bagian yang telah ditentukan oleh adat
berupa bentuk benda yakni rumah yang satu dan tanahkebun yang sebidang. Harta yang lainnya dibagiakan kepada seluruh anak dari pewaris, termasuk anak
perempuan tadi, sesuai dengan keputusan dalam musyawarah para ahli waris. Jika pewaris memiliki anak perempuan lebih dari satu, maka ketentuan uma nan sociok
tana nan sabidang tersebut diberikan kepada anak perempuan yang paling bungsu atau yang paling kecil.
40
39
Wawancara Pribadi dengan Datuk Sawir. Siak Hulu, 29 April 2016.
40
Wawancara Pribadi dengan Datuk Sawir. Siak Hulu, 29 April 2016.
Ada ketentuan lebih lanjut mengenai uma nan sociok tana nan sabidang tersebut, yaitu yang dimaksud uma nan sociok adalah uma tuo uma pusako
termasuk harta benda yang ada di dalamnya serta halaman rumah pusaka tersebut. Uma tuo uma pusako adalah rumah peninggalan dari orang tua. Dijelaskan bahwa
rumah itu adalah rumah yang dijadikan oleh orang tua si anak sebagai tempat tinggal yang ditempati dan sebagai rumah utama tempat tinggal orang tua.
Biasanya, rumah pusaka tersebut paling besar memiliki luas + 2 sampai 3 borong tanah.
41
Sementara tana nan sabidang adalah tanah yang dapat dijadikan ladang atau kebun atau tempat usaha si anak baik berupa tanah kosong maupun berupa
ladang atau kebun.
42
Ketentuan khusus ini disebabkan suku Domo merupakan suku matrilineal, dimana penurunan suku melalui anak perempuan, sehingga anak perempuan
tersebut dianggap sebagai pengembang dan pembesar suku. Selain pertimbangan tersebut, suku Domo juga menimbang kemungkinan-kemungkinan yang akan
muncul dikemudian hari yang akan memberatkan perempuan tersebut. Jika anak perempuan tersebut telah menikah dan dikaruniai anak sementara suami mereka
meninggal dunia atau meninggalkan mereka, maka anak perempuan tersebut akan kesulitan untuk mencari nafkah untuk merawat dan membesarkan anaknya.
Dengan demikian maka nenek moyang mengantisipasi kemungkinan tersebut dengan memberikan pengkhususan kepada anak perempuan dengan harapan jika
hal tersebut terjadi, anak perempuan tersebut dapat melanjutkan kehidupannya dan dapat mengasuh dan membesarkan anak mereka sebagai tanggung jawab
41
Satu borong tanah berukuran 15 x 15 m
2
.
42
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Tamrin. Siak Hulu, 21 April 2016.
mereka sebagai orang tua. Dengan demikian, suku Domo sangat menjaga anak perempuan, sehingga diberilah harta lebih melalui kewarisan ini untuk
menyejahterakan mereka.
43
Selanjutnya, dalam ketentuan kewarisan menurut suku Domo, lebih harta dari rumah yang satu dan tanah yang sebidang tersebut diberikan dan dibagi kepada
seluruh anak pewaris termasuk anak perempuan dan atau anak perempuan bungsu yang mendapatkan bagian rumah yang satu dan tanah yang sebidang tadi sesuai
dengan hasil musyawarah mufakat para ahli waris. Pembagian tersebut dapat berupa pembagian bagi rata atau tidak, melihat kebutuhan dari tiap-tiap ahli waris
dan melihat kesepakatan dalam musyawarah tersebut. Jika pewaris tidak memiliki anak perempuan, maka rumah tua pusaka dan tanah yang sebidang tersebt
digabungkan kedalam harta warisan yang lainnya. Sehingga seluruh harta tersebut dibagi rata kepada seluruh ahli waris yang mendapat bagian dalam ketentuan
kewarisan adat suku Domo.
44
Selain ketentuan rumah yang satu dan tanah yang sebidang tersebut, ada ketentuan lain, yakni harta salah satu orang tua yang meninggal tidak dapat
langsung diberikan kepada anak atau kepada ahli waris yang berhak menerimanya menurut ketentuan kewarisana adat suku Domo, namun harta tersebut dipegang
dan dikuasai serta dapat dimanfaatkan oleh orang tua yang masih hidup. Orang tua memiliki kewajiban untuk menghidupi dan membiayai kebutuhan anak
43
Wawancara Pribadi dengan Datuk Sawir. Siak Hulu, 29 April 2016.
44
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Tamrin. Siak Hulu, 21 April 2016.
mereka. Hal inilah salah satu alasan harta tersebut dipegang, dikuasai dan dimanfaatkan oleh orang tua yang masih hidup.
45
2 Waktu dan Tempat Pembagian
Pembagian harta warisan dalam kewarisan Islam dapat dilakukan setelah memakamkan jenazah dan melepaskan seluruh kewajiban yang harus dibayar
seperti hutang dan sbeagainya. Namun dalam ketentuan adat suku Domo, harta warisan tidak dapat diberikan kepada ahli waris. Hal ini berlaku untuk seluruh
lapisan masyarakat suku Domo yang memiliki harta warisan, baik sudah berkeluarga ataupun belum berkeluarga.
Harta warisan hanya dapat dibagikan kepada ahli waris jika pasangan pewaris suami atau istri juga telah meninggal dunia. Jika salah satu dari pasangan suami
istri ini masih hidup, maka harta warisan tersebut tidak dapat dibagikan kepada ahli warisnya. Ketentuan ini berlaku untuk masyarakat suku Domo yang telah
berkeluarga.
46
Jika pasangan si pewaris juga telah meninggal dunia, harta tersebut juga belum bisa diberikan kepada ahli waris, namun ada sela waktu yang ditentukan
oleh adat yakni selepas hari kamis yang kelima terhitung dari hari kematian pewaris.
47
Suku Domo mengenal hal ini dengan nama abi bilang aghi sehabis bilangan hari yang dalam istilah adat dikenal tungku sajoghang
48
. Ketentuan ini
45
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Tamrin. Siak Hulu, 21 April 2016.
46
Wawancara Pribadi dengan Datuk Sawir. Siak Hulu, 29 April 2016.
47
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Tamrin. Siak Hulu, 21 April 2016.
48
Tungku adalah tempat untuk menanak nasi dan memasak. Sajoghang dapat diartikan nasi yang telah selesai ditanak dimasak atau lauk-pauk yang sudah matang. Istilah tungku