Artinya : “Dari Ibnu Abbas berkata : Rasulullah SAW bersabda : Bagilah
harta warisan di antara ahli waris sesuai ketentuan Kitabullah. ” H.R. Muslim.
b. Hadis Nabi dari Usamah bin Zaid menurut riwayat Tirmidzi :
æ لمسللهيلعلهلىصلينال4ٱلاهعلهلي لđي ل بلñمæس4ٱل ع ل
لَللēفاالمسمال ē يلَل: مسمالēفاا
ل Ēمرالها
19
Artinya : “Dari Usamah bin Zaid bahwa Nabi SAW. Bersabda : Seorang
muslim tidak mewarisi harta orang nonmuslim dan orang nonmuslim pun tidak dapat mewarisi harta orang muslim.”
H.R. Tirmidzi.
3. Ijtihad Para Ulama
Meskipun Alqur’an dan hadis sudah memberikan ketentuan terperinci
mengenai pembagian harta warisan, dalam beberapa hal masih diperlukan adanya ijtihad, yaitu terhadap hal-
hal yang tidak ditentukan dalam Alqur’an maupun hadis.
20
Contoh : Status saudara-saudara yang mewarisi bersama-sama dengan kakek.
Di dalam Alqur’an hal ini tidak dijelaskan. Yang jelas hanyalah status saudara- saudara bersama-sama dengan ayah atau bersama-sama dengan anak laki-laki
yang dalam kedua keadaan ini mereka tidak mendapat apa-apa lantaran terhijab, kecuali dalam masalah kalalah
21
maka mereka mendapat bagian. Menurut pendapat kebanyakan sahabat dan imam-imam mazhab yang
mengutip pendapat Zaid bin Tsabit, saudara-saudara tersebut mendapatkan pusaka secara muwasamah
tawar menawar, negosiasi dengan kakek.
22
19
Abu Isa al-Tirmidziy, al- Jami’u al-Shahih IV, Kairo: Mustafa al-Babiy, 1938, h. 432.
20
Ahmad Azar Basyir, Hukum Waris Islam, Yogyakarta: UII Press, 2004, h. 9.
21
Seseorang mati namun tidak mempunyai ayah dan keturunan. Lihat Pasal 182 KHI.
22
Moh. Muhibbin, dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum Positif di Indonesia, h. 10.
C. RUKUN DAN SAYARAT KEWARISAN
1. Rukun Kewarisan
Kewarisan dapat terjadi jika rukun- rukun waris terpenuhi. Bila ada salah satu dari rukun- rukun tersebut tidak terpenuhi, maka tidak terjadi kewarisan.
Kewarisan Islam memiliki 3 macam rukun, yakni :
a Muwarrits pewaris
Muwarits pewaris yaitu orang yang meninggal dunia baik meninggal dunia secara haqiqi atau karena putusan hakim dinyatakan mati berdasarkan
beberapa sebab. Harta peninggalan yang ditinggalkan berhak dipusakai oleh orang lain.
23
Kewarisan juga dijelaskan dalam Pasal 171 huruf b Kompilasi Hukum Islam
: ”Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya beragama Islam
atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan keputusan pengadilan, meninggalkan ahli waris da
n harta peninggalan ”.
b Warits ahli waris
Warits ahli waris ialah orang-orang yang bisa memperoleh warisan dari seseorang yang meninggal dunia. Ahli waris dapat dilihat dari dua segi;
Pertama, dari segi kelamin, yaitu terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kedua, dari segi haknya atas warisan, yaitu terdiri dari dzawil furudh ahli waris yang
mempunyai bagian tertentu dan ashabah alwi waris yang tidak ditentukan bagiannya dengan kadar tertentu.
23
Teungku M. Habsyi As-Shidiqy, Fiqh Mawaris, h. 33.
Sedangkan menurut Pasal 171 huruf c Kompilasi Hukum Islam disebutkan :
“Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam
dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris”.
Menurut hukum Islam, ahli waris adalah orang-orang yang berhak mendapatkan harta peninggalan si mati, baik disebabkan adanya hubungan
kekerabatan dengan jalan nasab atau pernikahan, maupun sebab hubungan hak perwalian dengan muwarrits.
24
c Mauruts harta waris
Mauruts harta warisan menurut Islam adalah segala sesuatu yang ditinggalkan oleh pewaris yang secara hukum dapat beralih kepada ahli
warisnya. Dalam pengertian ini dapat dibedakan antara harta warisan dan harta peninggalan. Harta peninggalan adalah semua yang ditinggalkan oleh si
mayit atau dalam arti apa-apa yang ada pada seseorang saat kematiannya; sedangkan harta warisan ialah harta peninggalan yang secara hukum
syara’ berhak diterima oleh ahli warisnya.
25
Pasal 171 huruf e Kompilasi Hukum Islam menyebutkan : “Harta waris adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama
setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai
meninggalnya, biaya pengurusan jenazah tajhiz, pembayaran hutang dan
pemberian untuk kerab at”.
Dapat disimpulkan bahwa harta warisan ialah apa yang ditinggalkan oleh pewaris, dan terlepas dari segala macam hak orang lain di dalamnya.
24
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, Bandung : PT Al- Ma’arif, 1975, h. 36.
25
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, h. 208.