berkenaan dengan tirkah harta peninggalan orang yang meninggal.
7
Hukum waris adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan seseorang pada waktu
meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang masih hidup.
8
Fiqih mawaris kadang-kadang disebut juga dengan istilah al-faraidh bentuk jamak dari kata fard, artinya kewajiban dan atau bagian tertentu. Apabila
dihubungkan dengan ilmu, menjadi ilmu faraidh, maksudnya ialah
ñ حت سملىعلñكرالñ س لñي يكلهبلēعيلمع
Artinya : “Ilmu untuk mengetahui cara membagi harta peninggalan
seseorang yang telah meninggal dunia kepada yang berhak menerimanya.” Atau dalam pengibaratan lain :
æهمل الللبيğللñكراليل حل لللصخلæملæهلēعيل æسحالله ال ملđعاو
9
Atinya : “Beberapa kaidah yang terpetik dari fiqh dan hisab, untuk dapat
mengetahui apa yang secara khusus mengenai segala yang mempunyai hak terhadap peninggalan si mati, dan bagian masing-masing waris dari harta
peninggalan tersebut.” Faraidh dalam istilah mawaris dikhususkan kepada suatu bagian ahli waris
yang telah ditentukan besar kecilnya oleh syara’. Sedangkan ilmu faraidh oleh
sebagian faraidhiyun ahli ilmu faraid didefenisikan dengan : “Ilmu yang berpautan dengan pembagian harta peninggalan, pengetahuan
tentang cara perhitungan yang dapat menyampaikan kepada pembagian harta pusaka dan pengetahuan tentang bagian-bagian yang wajib dari harta peninggalan
untuk setiap pemilik hak pusaka.”
10
7
Djedjen Zainuddin dan Mundzier Suparta, Pendidikan Agama Islam Fikih, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2008, cet. I, h. 102.
8
Suwardi, Rahman Hendra, dkk, Hukum Adat Melayu Riau, Pekanbaru: Alaf Riau, 2011, h. 56.
9
Ibnu Rusyd, Bidayatu al-Mujtahid, Jakarta: Pustaka Imami, 2002, Juz. III, h. 379.
10
Moh. Muhibbin, dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum Positif di Indonesia, Jakarta: SinarGrafika, 2009, h. 8.
‘Ilmul Miraats adalah kaidah-kaidah fiqih dan perhitungan yang dengannya diketahui bagian setiap ahli waris akan peninggalan mayit. Sebagian ulama
mendefinisikan bahwa ilmu mirats
ارم
adalah ilmu tentang pokok-pokok fiqih dan hisab yang dengan itu diketahui apa yang menjadi hak khusus setiap orang
yang berhak dari peninggalan mayit. Ini lebih umum dari pada ahli waris, sebab mencakup wasiat, utang, dan sebagainya.
11
Penggunaan kata “hukum” di awalnya mengandung arti seperangkat aturan yang mengikat, dan penggunaan kata “Islam” di belakang mengandung arti dasar
yang menjadi rujukan. Degan demikian, dengan segala titik lemahnya, hukum kewarisan Islam itu dapat diartikan dengan
: “Seperangkat aturan yang tertulis berdasarkan wahyu Allah dan sunah Nabi tentang hal ihwal peralihan harta atau
berwujud harta dari yang telah mati kepada yang masih hidup, yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua yang beragama Islam.”
12
B. DASAR HUKUM KEWARISAN ISLAM
1. Al-Quran
a. QS. An-Nisa’4: 7
ل¼ۡ ٱ.ل 0ا. 0ِٰ.و¼ ٱل ..ē.تلæ 01مل ٞبي0ğ.ل0ء3æ .س01نل0.ل.وب.ē¼ ¼ۡ ٱ.ل0ا.0ِٰ.و¼ ٱل..ē.تلæ 01مل ٞبي0ğ.ل0æ.ج01ēل01
ل . ُ.كل ¼ٱله¼ۡ0مل . لæ 0مل .وب.ē¼ لæ 7ض ē¼ ملæ7بي 0ğ.
ل:لءæسنا ٧
ل
Artinya : “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-
bapak dan karib-kerabatnya; dan bagi orang wanita ada hak bagian pula dari
11
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2011, h. 340.
12
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, h. 6.
harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.”
13
b. QS. An-Nisa’4: 11
ه.ل.فل 0 ¼ي.ت.ن¼ث ٱل .¼و.فل7ء3æ .س0ل كل ِ
æ.فل 0 ¼ي.ي.ث ¼ۡ ٱل01ظ.حل ¼ث0مل 0ē.كذ0لۖ¼ ك0đٰ . ¼ٱل3 0يل َ ٱل ُي 0صوي ل ¼ò. .َل
ِ ا.ل ۖ..ē.تلæ.ملæ.ثلثل
ل..ē.تلæ 0مل đس ٱلæ. ¼ه01مل 6đ0حٰ.ل 01 ك0ل0ه¼ي.و.ب 0ۡ.ل ف ¼ğ01ن ٱلæ.ه.ل.فل7 .đ0ح
ٰ. ل
ل3ۥه.ث0 ..ل ٞ.ِ.لۥَل .يل¼ملِæ.فل ٞ.ِ.لۥ.َل..َل
ِ ا
ل ¼ٱل3æ. 0هل 0ِويل 6ñي 0ص.ل 0đ¼ع.بل ½ 0مل đس ٱل0ه01م 0ِ.فل ٞ .و¼خِال3ۥ.َل ..َلِæ.فل ثلث ٱل0ه01م 0ِ.فلها.و.بٱ
ل .َل¼ كؤ3æ.ن¼بٱ.ل¼ كؤ3 .َا.ءلۗ- ¼ي. لّٱل . ¼đ.ó
لæ7م0 .حلæ+م0ل.عل . .َل .َ ٱل ِ
الۗ0َ ٱل . 01مل7ñ .ضي0ē.فل æ7ع¼ . ل¼ ُ.ل .ē¼ ٱل¼م ل:لءæسنا
١١
Artinya: “Allah mensyari’atkan mewajibkan kepadamu tentang pembagian
warisan untuk anak-anakmu, yaitu bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang
jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia anak perempuan itu seorang saja, maka dia memperoleh
setengah harta yang ditinggalkan. Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing- masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia yang meninggal
mempunyai anak. Jika dia yang meninggal tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya saja, maka ibunya mendapat sepertiga. Jika
dia yang meninggal mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. Pembagian-pembagian tersebut di atas setelah dipenuhi wasiat
yang dibuatnya atau dan setelah dibayar utangnya. Tentang orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang lebih banyak
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahabijaksana.”
14
c. QS. An-Nisa’4: 12
ل 0مل عبē ٱل ُ.ل.فل ٞ.ِ.ل ه.ل . .َل ِ
æ.فل ٞ.ِ .ل هل .يل ¼ملِال¼ ُجٰ.¼ٱل ..ē.تلæ.مل ف ¼ğ0ل¼ ُ. . ل6ñي 0ص.ل 0đ¼ع.بل ½ 0مل . ¼ك.ē.تلæ
ل ٞ.ِ .ل¼ ُل .يل¼ملِال¼ُ¼ك.ē.تلæ 0ملعبē ٱل ه. .ل 6 ¼ي. ل¼ٱل3æ. 0هل.ي 0صوي
ل ل0đ¼ع.بل ½ 01مل ُ¼ك.ē.تلæ 0مل ث ٱل ه.ل.فل ٞ.ِ.ل¼ ُ.ل . .َل
ِ æ.ف
ل01 ك0ل.فل ٞò¼خٱل ¼ٱل, ٱل3ۥ.َ.لٞٱ.ē¼م ٱل0ٱل+ .َٰ . .كل .ويل ٞ ج. ل . .َل ِ
ا.لۗ6 ¼ي. ل ¼ٱل3æ. 0هل.و صوóل6ñي 0ص. ل đس ٱلæ. ¼ه01مل 6đ0حٰ.ل
ل¼كٱل2ا3و .َل ِ
æ.ف ل7ñي 0ص.ل 613æ .ضمل . ¼ر.غل - ¼ي. ل ¼ٱل3æ. 0هل ٰ .َويل6ñي 0ص.ل0đ¼ع.بل ½ 0مل 0ثلث ٱل 0يلء3 .َ. ُل ¼مه.فل . 0ِٰ. ل 0مل . .ُ
لۗ0َ ٱل . 01مل لٞم0ل.حل,م0ل.عل َ ٱ.
ل:لءæسنا ١١
Artinya : “Dan bagimu suami-suami adalah seperdua dari harta yang
ditinggalkan istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka istri-
13
Moh. Muhibbin, dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum Positif di Indonesia, h. 12.
14
Departemen Agama RI, Mushaf Al-qurán dan Terjemahannya, Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2009, h. 78.
istrimu mempunyai anak
و
maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau dan setelah
dibayar utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu ada mempunyai anak
maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan setelah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau dan setelah dibayar utang-
utangmu. Jika seseorang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang
saudara laki-laki seibu atau saudara perempuan seibu, maka bagi masing- masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-
saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu, setelah dipenuhi wasiat yang dibuatnya atau dan setelah
dibayar hutangnya
15
dengan tidak memberi mudharat kepada ahli waris Allah menetapkan yang demikian itu sebagai syariat yang benar-benar dari Allah; dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun”.
16
d. QS. An-Nisa’4: 33
ل 0مل . 0ِ ٰ.و.ملæ.ن¼ل.ع.جل 61 ك0 . ل.فل¼ ُنٰ . ¼يٱل ¼ .đ. .عل . ي0َ ٱ.ل .وب.ē¼ ¼ۡ ٱ.ل 0ا. 0ِٰ.و¼
ٱل ..ē.تلæ ل
ل 01 لل ٰ .ى.عل . .َل .َ ٱل
ِ ال ¼م .ُي 0ğ.ل¼ ۡوóæ
لا+đي0ه .شل 6ء ¼ .َ ل:لءæسنا
٣٣
Artinya : “Dan untuk masing-masing laki-laki dan perempuan Kami telah
menetapkan para ahli waris atas apa yang ditinggalkan oleh kedua orangtuanya dan karib kerabatnya. Dan orang-orang yang kamu telah bersumpah setia
dengan mereka, maka berikanlah kepada mereka bagiannya. Sungguh, Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.”
17
2. Al-Hadits
Hadis Nabi Muhammad yang secara langsung mengatur tentang kewarisan diantaranya
:
a. Hadis Ibnu Abbas :
æبعل بال ع ل:
ل مسللهيلعلهلىصلهلوس لæ
ل ل:
ل æتكلىعلĠئاē ال هاليبلæمالاو س ا له
مسملها
18
15
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, h. 342.
16
Departemen Agama RI, Mushaf Al-qurán dan Terjemahannya, h. 78.
17
Departemen Agama RI, Mushaf Al-qurán dan Terjemahannya, h. 83.
18
Abu Husain Muslim Ibnu Al-Hajjaj Al-Husyairy Al-Naisabury, Shahih Muslim, Indonesia: Maktabah Daklan, t.th, juz III, h. 1234.
Artinya : “Dari Ibnu Abbas berkata : Rasulullah SAW bersabda : Bagilah
harta warisan di antara ahli waris sesuai ketentuan Kitabullah. ” H.R. Muslim.
b. Hadis Nabi dari Usamah bin Zaid menurut riwayat Tirmidzi :
æ لمسللهيلعلهلىصلينال4ٱلاهعلهلي لđي ل بلñمæس4ٱل ع ل
لَللēفاالمسمال ē يلَل: مسمالēفاا
ل Ēمرالها
19
Artinya : “Dari Usamah bin Zaid bahwa Nabi SAW. Bersabda : Seorang
muslim tidak mewarisi harta orang nonmuslim dan orang nonmuslim pun tidak dapat mewarisi harta orang muslim.”
H.R. Tirmidzi.
3. Ijtihad Para Ulama
Meskipun Alqur’an dan hadis sudah memberikan ketentuan terperinci
mengenai pembagian harta warisan, dalam beberapa hal masih diperlukan adanya ijtihad, yaitu terhadap hal-
hal yang tidak ditentukan dalam Alqur’an maupun hadis.
20
Contoh : Status saudara-saudara yang mewarisi bersama-sama dengan kakek.
Di dalam Alqur’an hal ini tidak dijelaskan. Yang jelas hanyalah status saudara- saudara bersama-sama dengan ayah atau bersama-sama dengan anak laki-laki
yang dalam kedua keadaan ini mereka tidak mendapat apa-apa lantaran terhijab, kecuali dalam masalah kalalah
21
maka mereka mendapat bagian. Menurut pendapat kebanyakan sahabat dan imam-imam mazhab yang
mengutip pendapat Zaid bin Tsabit, saudara-saudara tersebut mendapatkan pusaka secara muwasamah
tawar menawar, negosiasi dengan kakek.
22
19
Abu Isa al-Tirmidziy, al- Jami’u al-Shahih IV, Kairo: Mustafa al-Babiy, 1938, h. 432.
20
Ahmad Azar Basyir, Hukum Waris Islam, Yogyakarta: UII Press, 2004, h. 9.
21
Seseorang mati namun tidak mempunyai ayah dan keturunan. Lihat Pasal 182 KHI.
22
Moh. Muhibbin, dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum Positif di Indonesia, h. 10.