Ahli Waris dengan Bagian Tertentu

c Cucu laki-laki dari anak laki-laki, d Cucu perempuan dari anak laki-laki. 2 Istri, apabila tidak ada ahli waris : a Anak laki-laki, b Anak perempuan, c Cucu laki-laki dari anak laki-laki, d Cucu perempuan dari anak laki-laki. d. 16, diberikan kepada : 1 Bapak, apabila ada ahli waris : a Anak laki-laki, b Anak perempuan. c Cucu alki-laki dari anak laki-laki, d Cucu perempuan dari anak laki-laki. 2 Ibu, apabila ada ahli waris : a Anak laki-laki, b Anak perempuan, c Cucu laki-laki dari anak laki-laki, d Cucu perempuan dari anak laki-laki, e Dua orang saudara atau lebih, baik laki-laki maupun perempuan, baik sekandung, sebapak maupun seibu. 3 Nenek, dari pihak ibu atau bapak, apabila tidak ada ahli waris : a Ibu, b Bapak khusus nenek dari pihak bapak. 4 Cucu perempuan dari anak laki-laki, apabilal tidak ada ahli waris : a. Anak laki-laki, b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki, c. Anak perempuan lebih dari seorang. 5 Saudara perempuan sebapak, baik seorang atau lebih, dengan syarat bersamanya ada seorang saudara perempuan sekandung. Itu pun apabila tidak ada ahli waris : a Anak laki-laki, b Anak perempuan, c Cucu laki-laki dari anak laki-laki, d Cucu perempuan dari anak laki-laki, e Saudara laki-laki kandung, f Saudara laki-laki sebapak. 6 Saudara seibu tunggal, baik laki-laki maupun perempuan apabila tidak ada ahli waris : a Anak laki-laki, b Anak perempuan, c Cucu laki-laki dari anak laki-laki, d Cucu perempuan dari anak laki-laki, e Bapak, f Kakek dari pihak bapak. e. 18, diberikan kepada istri, apabila ada salahs seorang ahli waris : 1 Anak laki-laki, 2 Anak perempuan, 3 Cucu laki-laki dari anak laki-laki, 4 Cucu perempuan dari anak laki-laki. f. 23, diberikan kepada : 1 Dua orang anak perempuan atau lebih, apabila tidak ada anak laki- laki, 2 Dua orang cucu perempuan dari anak laki-laki, apabila tidak ada ahli waris : a Anak laki-laki, b Anak perempuan, c Cucu laki-laki dan anak laki-laki, d Saudara laki-laki kandung, e Bapak, f Kakek dari pihak bapak. 53

4. Ahli Waris dengan Bagian yang Tidak Ditentukan.

Dalam kewarisan Islam, di samping terdapat ahli waris dengan bagian yang ditentukan atau dzawil furudh yang merupakan kelompok terbanyak, terdapat pula ahli waris yang bagiannya tidak ditentukan secara furudh, baik dalam Alquran maupun dalam hadis Nabi. Mereka mendapatkan seluruh harta dalam kondisi tidak adanya ahli waris furudh atau sisa harta setelah dibagikan terlebih dahulu kepada dzawil furudh yang ada. Mereka mendapat bagian yang tidak ditentukan; terbuka, dalam arti dapat banyak atau sedikit, atau tidak ada sama sekali. 53 Djedjen Zainuddin dan Mundzier Suparta, Pendidikan Agama Islam Fikih, h. 109. Dasar hukum dari ahli waris dengan bagian terbuka ini adalah firman Allah dalam surat an- Nisa’4 ayat 11 dan 176. Dalam ayat 11 disebutkan adanya hak kewarisan anak laki-laki, namun berapa haknya secara pasti tidak dijelaskan. Bila ia bersama dengan anak perempuan, yang disebutkan hanyalah perbandingan perolehannya yaitu seorang laki-laki sebanyak hak dua orang anak perempuan. Dapat dipahami dari ketentuan tersebut bahwa bila anak laki-laki bersama dengan anak perempuan, maka mereka mendapatkan seluruh harta bila tidak ada ahli waris lain atau mereka akan mendapatkan seluruh harta yang tersisa bila ada ahli waris lain yang berhak; kemudian hasil mereka peroleh dibagi dengan perbandingan 2:1. Hal demikian berlaku pula bila anak dari pewaris hanyalah anak laki-laki saja. Dalam ayat ini juga disebutkan hak ibu sebesar 13 bila ahli warisnya hanya ibu dan ayah saja. Ayah disebutkan sebagai ahli waris, namun bagiannya tidak dijelaskan. Dengan disebutkannya bagian ibu yaitu 13; sedangkan yang menjadi ahli waris hanyalah ayah dan ibu saja, dapatlah dipahami bahwa hak ayah adalah sisa dari bagian yang diambil oleh ibu, yaitu 23. Dalam ayat 176 disebutkan hak kewarisan saudara laki-laki dan saudara perempuan. Adapun saudara perempuan disebutkan furudh-nya yaitu 12 bila sendiri dan 23 bila dua orang atau lebih; sedangkan saudara laki-laki sama sekali tidak dijelaskan bagiannya, kecuali hanya bandingannya dengan saudara perempuan yaitu dua banding satu. 54 54 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, h. 232.

5. Ashabah

Adanya keturunan ahli waris yang mendapat bagian seluruh harta atau sisa secara pembagian terbuka, yang pada umumnya adalah laki-laki, dikembangkan kepada ahli waris laki-laki yang lain yang tidak disebutkan dalam Alquran atau hadis Nabi. Anak laki-laki dikembangkan kepada cucu laki-laki; ayah dikembangkan kepada kakek atau kepada paman dan seterusnya anak paman; saudara dikembangkan kepada anak saudara; hingga komplitlah kerabat dalam garis laki-laki. Kelompok kerabat garis laki-laki ini dalam penggunaan bahasa Arab disebut ashabah. Oleh karena yang berhak atas seluruh harta atau sisa harta itu menurut ahlussunnah pada dasarnya adalah laki-laki, maka untuk selanjutnya kata ashabah itu digunakan untuk ahli waris yang berhak atas seluruh harta atau sisa harta setelah diberikan kepada ahli waris dzawil furudh. Karena dalam bentuk kewarisan seperti ini tidak ada bagian yang tertentu selain dari bandingan bahwa laki-laki memperoleh bagian dua kali perempuan dalam pembagian anak atau saudara, maka pembagian di sini adalah secara rata-rata. Ashabah terbagi menjadi 3 macam : a. Ashabah binafsi Ashabah binafsi adalah menerima sisa harta karena dirinya sendiri, bukan karena sebab lain. Ahli waris yang termasuk dalam ashabah binafsi ini adalah semua ahli waris laki-laki kecuali saudara laki-laki seibu. Mereka adalah : 1 Anak laki-laki, 2 Cucu laki-laki dari anak laki-laki, 3 Saudara kandung laki-laki, 4 Saudara laki-laki sebapak, 5 Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung, 6 Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak, 7 Paman sekandung, 8 Paman sebapak, 9 Anak laki-laki paman sekandung, 10 Anak laki-laki paman sebapak, 11 Anak laki-laki paman sebapak. b. Ashabah bil ghairi Ashabah bil ghairi adalah ahli waris yang menerima sisa harta karena bersama dengan ahli waris laki-laki yang setingkatnya. Ahli waris yang termasuk ashabah bil ghairi adalah ahli waris perempuan yang bersamanya ahli waris laki-laki. Mereka adalah : 1 Anak perempuan, jika bersama anak laki-laki, 2 Cucu perempuan, jika bersama cucu laki-laki, 3 Saudara perempuan kandung, jika bersama saudara laki-laki kandung, 4 Saudara perempuan sebapak, jika bersamanya saudara laki-laki sebapak. c. Ashabah ma’al ghairi Ashabah ma’al ghairi adalah ahli waris yang menjadi ashabah karena sama-sama dengan ahli waris perempuan dalam garis lain, yakni mereka yang