Sosial Budaya SOSIAL BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT SUKU DOMO
hukum. Sehingga, hanya beberapa ketentuan adat saja yang dapat diterapkan pada si anak tersebut.
Katentuan-ketentuan adat yang menjadi kewajiban seorang anak kemenakan masyarakat suku Domo, seperti menjaga nama baik suku, mulai dijalankan
ketika si anak kemenakan tersebut sudah berakal atau baligh. Dengan demikian, maka seorang anak kemenakan tidak memiliki kewajiban yang mengakibatkan
penjatuhan hukuman atas pelanggaran terhadap kewajiban tersebut sebelum ia berakal atau baligh.
Pelanggaran terhadap ketentuan adat oleh anak kemenakan yang sudah berakal akan diberikan sanksi oleh ninik mamak melalui musyawarah para
pemuka adat, pemuka masyarakat dan si pelanggar ketentuan adat. Musyawarah tersebut membahas seberapa berat pelanggarannya serta membahas penjatuhan
sanksi yang akan diberikan kepada si pelanggar ketentuan adat. Musyawarah ini biasanya dilakukan jika si palanggar ketentuan adat melakukan pelanggaran yang
dinilai sakral oleh adat, seperti berzina, kawin satu suku, kawin sedarah, dan sebagainya. Jika pelanggaran tersebut dilakukan oleh anak kemenakan yang
belum baligh, maka sanksi akan dijatuhkan kepada orang tua si anak karena pada dasarnya mereka adalah orang yang berkewajiban khusus untuk menjaga dan
mendidik anak mereka, namun hukuman yang diberikan biasanya tidak seberat sanksi yang diberikan kepada pelanggar yang sudah baligh. Penjatuhan sanksi ini
berlaku untuk siapa saja termasuk kepada pemuka adat. Namun sanksi tidak dapat
diberikan kepada anak kemenakan yang belum baligh atau kepada anak kemenakan yang tidak sehat akalnya.
21
Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat pada dasarnya mendapat sanksi sosial yakni berupa pengucilan, seperti tidak diikutsertakannya
dalam pembelajaran dan musyawarah adat. Namun untuk pelanggaran yang dinilai sakral oleh adat atau dalam istilah adat disebut pelanggaran pusako adat,
seperti menikah dengan saudara kandung, adat melalui ketetapan nenek moyang menjatuhkan hukuman berupa diantegh nyo ka imbo nan longang, ka lawuik nan
lope, ka bukit indak di agie makanan, ka lugha indak diagie minum, inyo tidak dipakai didalam adat istiadat di kampuong dalam nagoghi diantar dia ke hutan
yang sunyi, ke laut lepas, ke bukit tanpa diberikan makanan, ke lembah tidak diberi minum. Dia tidak dipakai dalam ketentuan-ketentuan adat di kampung.
22
Selain itu sanksi yang diberikan adalah yang bersangutan tidak dapat dijadikan sebagai pemuka adat atau sebagai ninik mamak serta dinilai oleh masyarakat
sebagai orang yang tidak beradat. Penjatuhan sanksi ini diberikan kepada pelanggar hukum adat tersebut yang didahului musyawarah bersama para pemuka
adat ninik mamak dan masyarakat setempat yang dilakukan di balai adat atau di rumah si pelanggar hukum. Dalam musyawarah tersebut akan ditentukan besarnya
nilai pelanggaran tersebut.
23
Suku Domo menempatkan hukum Islam, hukum adat serta hukum yang ditetapkan oleh pemerintah sejajar dan sejalan yang dalam istilah adat disebut tali
21
Wawancara Pribadi dengan Datuk Sawir. Siak Hulu, 29 April 2016.
22
Wawancara Pribadi dengan Datuk Sawir. Siak Hulu, 29 April 2016.
23
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Tamrin. Siak Hulu, 21 April 2016.
bapintegh tigo tali berpilin tiga. Untuk hukum Islam, suku Domo memiliki nilai tersendiri, yakni sebagai dasar pedoman dalam ketentuan-ketentuan adatnya.
Dalam istilah masyarakat disebut adat basondi syarak, syarak basondi Kitabullah adat bersendiberpondasi pada syarak, syarak bersendiberpondasi pada
kitabullah, sehingga dalam setiap prilaku masyarakat suku Domo mencerminkan, secara khusus, dua nilai yang dijalankan bersamaan yakni nilai-nilai adat dan
nilai-nilai Islam sebagai dasar ketentuan-ketentuan adat suku Domo.
24
Dasar pedoman ketentuan adat suku Domo tidak berbentuk tertulis, malinkan aturan atau ketentuan-ketentuan adat yang telah ditetapkan oleh nenek moyang
terdahulu yang diturunkan secara turun-temurun hingga saat ini. Ungkapan petuah adat mengatakan, nan la pase dek baikuik, nan la losuo dipakai yang sudah
berbekas bertapak diikuti, yang sudah lusuh dipakai . Ketentuan-ketentuan adat
tersebut diturunkan secara turun-temurun kepada anak kemenakan, sehingga ketentuan-ketentuan adat tidak hilang dan dilupakan. Dengan demikian, maka
ketentuan-ketentuan adat akan tetap ada dan adat akan tetap hidup. Masyarakat suku Domo belum sanggup untuk menulis ketentuan-ketentuan kewarisan suku
Domo maupun ketentuan-ketentuan adat yang lainnya. Masyarakat suku Domo untuk saat ini belum mampu untuk mengumpulkan, menulis, menyusun dan
membukukan seluruh ketentuan-ketentuan adat tersebut. Hal ini dikarenakan luasnya cakupan ketentuan-ketentuan adat dalam berbagai aspek prilaku hukum.
Pemuka masyarakat suku Domo mengharapkan suatu saat anak kemenakan suku Domo mampu untuk menulis dan membukukan ketentuan-ketentuan adat tersebut
24
Wawancara Pribadi dengan Datuk Sawir. Siak Hulu, 29 April 2016.