Nama Daerah Sumatra: Furu kuwe, purokuwo Enggano, ranub Aceh, blo, sereh

Bali: Base, sedah. Nusatenggara: Nahi Bima, kuta Sumba, mota Flores, orengi Ende, taa Sika, malu Solor, mokeh Alor. Sulawesi: Ganjang, gapura Bugis, baulu Bare, buya, dondili Buol, bolu Parigi, komba Selayar, lalama, sangi Talaud. Maluku: Ani Ani Hok, papek, raunge, rambika Alfuru, nein Bonfia, kakina Waru, kamu Piru, Sapalewa, amu Rumakai, Elpaputi, Ambon, Ulias, garmo Buru, bido Bacan. Irian: Reman Wendebi, manaw Makimi, namuera Saberi, eouwon Armahi, nai wadok Sarmi, mera Sewan, mirtan Berik, afo Sentani, wangi Sawe, freedor Awija, dedami Marind. Indonesia: Sirih Depkes RI, 1980. 2.1.3 Pertelaan Tanaman sirih merupakan tumbuhan memanjat, tinggi 5 m sampai 15 m. Helaian daun berbentuk bundar telur atau bundar telur lonjong, pada bagian pangkal berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun bagian bawah gundul atau berambut sangat pendek, tebal, berwarna putih, panjang 5 cm sampai 18 cm, lebar 2,5 cm sampai 10,5 cm. Bunga berbentuk bulir, berdiri sendiri di ujung cabang dan berhadapan dengan daun. Daun pelindung berbentuk lingkaran, bundar telur terbalik atau lonjong, panjang kira-kira 1 mm. Bulir jantan, panjang gagang 1,5 cm sampai 3 cm, benang sari sangat pendek. Bulir betina, panjang gagang 2,5 cm sampai 6 cm. Kepala putik 3 sampai 5. Buah buni, bulat, dengan ujung gundul. Bulir masak berambut kelabu, rapat, tebal 1 cm sampai 1,5 cm. Biji membentuk lingkaran Depkes RI, 1980.

2.1.4 Ekologi dan Penyebaran

Sirih ditemukan di bagian timur pantai Afrika, di sekitar pulau Zanzibar, daerah sekitar sungai Indus ke timur menelusuri sungai Yang Tse Kiang, kepulauan Bonin, kepulauan Fiji dan kepulauan Indonesia. Sirih tersebar di Nusantara dalam skala yang tidak terlalu luas. Di Jawa tumbuh liar di hutan jati atau hutan hujan sampai ketinggian 300 m diatas permukaan laut. Untuk memperoleh pertumbuhan yang baik diperlukan tanah yang kaya akan humus, subur dan pengairan yang baik Depkes RI, 1980.

2.1.5 Budidaya

Tanaman ini dapat diperbanyak dengan stek. Stek diambil dari sulur yang tumbuh dari bagian ujung atas sepanjang 40 cm sampai 50 cm. Untuk pertumbuhannya, sirih memerlukan sandaran pohon hidup seperti dadap, kapok randu, kelor, waru atau gamal. Stek atau stump dari pohon- pohon ini disiapkan penanamannya dalam musim hujan sebelum menanam sirih. Sandaran ditanam dengan jarak 1,5 m dengan panjang stek atau stump 3 m atau 4 m. Tiap selang dua baris dibuat selokan atau parit untuk mengalirkan air karena sirih tidak tahan terhadap tanah yang terlalu basah. Selokan ini digunakan juga untuk mengairi sirih di musim kemarau, karena dalam keadaan kering pembentukan daunnya akan berkurang atau berhenti sama sekali. Sirih dapat juga dipanjatkan langsung pada pohon hidup yang sudah ada seperti pohon aren, pohon pinang, atau pohon kelapa. Bila sandaran sudah berakar baik, pada permulaan musim hujan dibuat lubang sekitar sandaran. Stek sirih ditanam sepanjang dua buku dan sisanya diikatkan pada tiang sandaran. Cara lain ialah dengan memotong sulur panjang yang sudah dewasa pada pangkalnya, daunnya dihilangkan, kemudian sulur ini dibagi menjadi 3 atau 4 bagian dan ditanam secara mendatar. Setelah stek itu berakar, biasanya cukup tiga sulur saja yang dibiarkan tumbuh dan memanjat keatas. Dengan pemeliharaan yang cukup baik, sirih akan bertahan selama bertahun-tahun dengan tetap memberikan hasil yang cukup baik. Dari ketiak daun akan tumbuh cabang dan ranting yang menggantung dan bagian inilah yang akan dipanen. Bila tanaman telah berumur satu tahun, panen dapat dimulai. Produksi tertinggi akan diperoleh apabila sirih telah mencapai ujung sandarannya. Yang dipanen adalah daun yang berasal dari sulur yang menggantung sebanyak 3 atau 4 ruas. Panen dilakukan pada waktu pagi sekali ketika daunnya masih segar. Bila tanaman telah terkena cahaya matahari, warnanya akan berubah menjadi kuning kehijauan dan bila dikunyah terasa lebih pedas. Bila sirih tumbuh di tempat yang teduh, daunnya berbentuk panjang, lemas, berwarna hijau segar dan tidak begitu pedas. Di samping pengaruh cahaya matahari, macam pupuk juga mempengaruhi rasa daun. Dianjurkan untuk menggunakan pupuk kotoran ayam, karena sifatnya dingin dan daun yang dihasilkan berwarna kuning muda. Jika digunakan pupuk kotoran kuda, sapi atau kerbau, daunnya

Dokumen yang terkait

Formulasi Tablet Hisap Nanopartikel Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) Secara Granulasi Basah

3 53 89

Formulasi Tablet Hisap Nanopartikel Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) Secara Granulasi Basah

9 71 88

PENGARUH KADAR PVP K-30 TERHADAP MUTU FISIK TABLET HISAP EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) dengan BASIS MANITOL

1 7 23

Formulasi tablet hisap ekstrak etanol gambir (uncaria gambir roxb) dengan variasi konsentrasi polyvinyil pyrrolidone (PVP) sebagai peningkat dan pengaruhya terhadap kadar CD4 dalam darah

7 34 113

Uji Efek ekstra etanol daun sirih (piper betle L) terhadap penurunan kadar asam urat darah pada tikus putih jantan yang diinduksi kafeina

8 113 84

Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) Menggunakan Metode Kempa Langsung Dengan Variasi HidroxypropilI Cellulose (HPC-SSL-SFP) Sebagai Pengikat

7 37 109

PENGARUH VARIASI KADAR GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET HISAP EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.).

0 1 19

PENGARUH VARIASI KADAR AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET HISAP EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.).

0 0 19

PENGARUH VARIASI KADAR POLIVINIL PIROLIDON (PVP) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK PENGARUH VARIASI KADAR POLIVINIL PIROLIDON (PVP) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET HISAP EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.).

0 0 15

PENDAHULUAN PENGARUH VARIASI KADAR POLIVINIL PIROLIDON (PVP) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET HISAP EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.).

0 0 18