Teknik Penulisan Sistematika Penulisan

14 hakim yang harus dibayar oleh si Terhukum untuk kepentingan pihak lawan apabila ia tidak memenuhi hukuman pokok. 2 Dasar hukum dwangsom dijelaskan dalam Pasal 606a Rv. menentukan: Sepanjang suatu keputusan hakim mengandung hukuman untuk sesuatu yang lain dari pada pembayar sejumlah uang, maka dapat ditentukan,bahwa sepanjang atau setiap kali terhukum tidak memenuhi hukuman tersebut, olehnya harus diserahkan sejumlah uang yang besarnya ditetapkan dalam keputusan hakim, dan uang tersebut dinamakan uang paksa. 3 Tuntutan uang paksa dalam praktik peradilan perkara perdata di Indonesia lazim disebut dengan terminology Dwangsom. Terminology dwangsom ini berasal dari bahasa Belanda, yang merupakan kata absorptie dari bahasa Perancis yaitu kata astreinte. Dalam aspek teori dan praktik tuntutan uang paksa dwangsom lazim dijumpai dalam setiap gugatan. Konkritnya, tuntutan uang paksa merupakan hal wajar dan semestinya diminta oleh pihak Penggugat atau para Penggugat kepada pihak Tergugat atau para Tergugat sebagai upaya tekanan agar nantinya pihak Tergugat atau para Tergugat mematuhi, memenuhi dan melaksanakan tuntutan atau hukuman pokok. 4 Penerapan dwangsom uang paksa dalam hukum acara perdata berkaitan dengan amar putusan yang mesti dilaksanakan oleh pihak yang kalah dalam 2 Lilik Mulyadi, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Perdata Indonesia: Teori, Praktik, Teknik Membuat dan Permasalahannya Bandung: PT. Citra Aditya Abadi, 2009, h. 70. 3 Harifin A.Tumpa, Memahami Eksistensi Uang Paksa dwangsom dan Implementasinya di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2010, h. 17. 4 Lilik Mulyadi, Kompilasi Hukum Perdata Perspektif Teoritis dan Praktik Peradilan; HukumAcara Perdata, Hukum Perdata Materiil, Peradilan Hubungan Industrial, Peradilan Perkara Perdata Bandung: P.T Alumni,2009, h. 71. . 15 sengketa perdata terhadap putusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. Berdasarkan pengertian ini dapat diketahui bahwa sifat dwangsom adalah sebagai berikut: 5 1. merupakan accecoir, tidak ada dwangsom apabila tidak ada hukuman pokok, apabila hukuman pokok telah dilaksanakan maka dwangsom yang ditetapkan bersama hukuman pokok tersebut menjadi tidak mempunyai kekuatan lagi; 2. merupakan hukuman tambahan, apabila hukuman pokok yang ditetapkan oleh hakim tidak dipenuhi oleh Tergugat, maka dwangsom tersebut dapat dijalankan eksekusi; 3. merupakan tekanan pcychis, dengan adanya hukuman dwangsom yang ditetapkan oleh putusan hakim dalam putusannya, maka orang yang dihukum tersebut ditekan secara pcychis agar ia dengan sukarela menjalankan hukuman pokok yang telah ditentukan oleh hakim.

B. Kegunaan Uang Paksa dwangsom

Sebagaimana diketahui bahwa yang menjadi dasar pemeriksaan perkara perdata adalah gugatan. Oleh karena itu, apabila di dalam gugatan diminta adanya suatu dwangsom, hakim dapat saja mengabulkannya. Kewenangan ada pada hakim tingkat pertama, banding maupun kasasi. 6 Tentang seberapa jauh hakim 5 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Cet ke- 5, Jakarta: Kencana Prenada Madia Group, 2008, h.230. 6 Harifin Tumpa, Memahami Eksistensi Uang Paksa Dwangsom dan Implementasinya di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2010, h. 51. 16 agar dapat mengabulkan suatu dwangsom, itu sangat tergantung pada kebijaksanaan diskresioner dari hakim. Tidak harus setiap permintaan dwangsom yang memenuhi rumusan ketentuan pasal 611a Rv harus dikabulkan oleh hakim. Hakim pulalah yang mempunyai kewenangan untuk mempertimbangkan fakta-fakta dan menentukan suatu jumlah uang paksa dwangsom. Adalah suatu sifat yang sangat bijaksana bila hakim mempertimbangkan kemampuan dr si terhukum tergugat didalam menjatuhkan dwangsom. Di samping itu, dalam menetapkan besarnya uang paksa dwangsom hakim hendaknya juga mempertimbangkan apkah jumlah uang paksa dwangsom yang dijatuhkan itu dapat bekerja secara efektif sesuai dengan tujuannya, artinya apakah hukuman dwangsom itu akan sungguh-sungguh merupakan tekanan psychis bagi terhukum, sehingga si terhukum ini akan dengan sukarela memenuhi hukuman pokoknya. 7 Pembayaran suatu jumlah uang secara paksa setidak-tidaknya ancaman untuk melakukan itu digunakan sebagai alat pemaksa, maka alat pemaksa ini tidak diperlakukan di dalam hal keputusan itu berupa pembayaran sejumlah uang. Dengan melihat maksud dan tujuan dari dwangsom tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dalam eksekusi riil hanya mempunyai 2 unsur, yaitu: 8 7 Harifin Tumpa, Memahami Eksistensi Uang Paksa Dwangsom dan Implementasinya di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2010, h. 51. 8 Harifin Tumpa, Memahami Eksistensi Uang Paksa Dwangsom dan Implementasinya di Indonesia, h. 21.