4
tidak dikabulkan. Gugatan mengenai dwangsom hanya dapat dijatuhkan hakim apabila bersama-sama dengan dijatuhkannya hukuman pokok.
Kedua, dwangsom merupakan hukuman tambahan. Dalam hal ini dwangsom yang dijatuhkan hakim bersama-sama dengan hukuman pokok hanya
akan diberlakukan terhadap tergugat terhukum manakala ia tidak memenuhi hukuman pokok dalam putusan tersebut. Apabila hukuman pokok dalam putusan
tersebut telah dilaksanakan dan dipenuhi oleh tergugat terhukum sebagaimana mestinya maka dengan
sendirinya dwangsom tidak mempunyai kekuatan hukum lagi sehingga tidak perlu dilaksanakan lagi oleh tergugat. Sebaliknya, manakala
tergugat lalai melaksanakan hukuman pokok, lalu ia hanya memenuhi dwangsom sebagaimana yang dijatuhkan hakim dalam putusan, pelaksanaan dwangsom
tersebut sama sekali tidak menghapuskan hukuman pokok. Keharusan tergugat melaksanakan hukum pokok tetap tidak gugur dengan dilaksanakannya
dwangsom. Ketiga, dwangsom merupakan media untuk memberikan tekanan psychis
dwaang middelen kepada terhukum. Hal ini berarti bahwa dwangsom dimaksudkan untuk memberikan tekanan secara psikis kepada pihak tergugat agar
yang bersangkutan mau melaksanakan putusan hakim secara sukarela. Di sini kedudukan dwangsom jelas fungsi utamanya adalah sebagai alat untuk menekan
pihak tergugat agar ia mau memenuhi hukuman pokok secara sukarela.
6
6
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta: Kencana Prenada Madia Group, 2008, h. 439.
5
Inilah tiga hal yang merupakan sifat sekaligus prinsif lembaga dwangsom yang penting untuk diketahui dan dipahami guna memudahkan dalam memahami
eksistensi dan urgensinya dalam praktik Peradilan di Indonesia. Disisi lain, persoalan mengenai boleh atau tidaknya menerapkan dwangsom
dalam putusan hadhanah masih diperselisihkan oleh para praktisi hukum. Sebagian praktisi hukum berpendapat bahwa dwangsom ini tidak boleh diterapkan
dalam putusan hadhanah karena konteksnya berbeda, sebagian praktisi hukum yang lain berpendapat bahwa lembaga dwangsom dapat juga diterapkan dalam
putusan hadhanah karena dengan mencamtumkan dwangsom itu pihak tergugat akan memenuhi isi putusan hakim jika ia mengetahui ada kewajiban yang harus
dipenuhi apabila ia tidak melaksanakan hukuman pokok yang dibebankan kepadanya. Hipotesa atas persoalan ini tampaknya pendapat yang terakhir
menginginkan diterapkan lembaga dwangsom dalam putusan hadhanah apabila dilihat dari doolmattigheit-nya, lebih-lebih lagi apabila penerapan itu dengan
tujuan kemaslahatan.
7
Berdasarkan uraian di atas yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh bagaimana penerapan atau implementasi uang paksa
dalam perkara hadhanah. Berangkat dari keingintahuan penulis inilah, penulis ingin mencoba meneliti dan menguraikan bentuk penulisan skripsi dengan judul:
“Penerapan Uang Paksa Dwangsom Dalam Perkara Hadhanah Analisis Putusan Nomor 2Pdt.G2013PTA Mks
”
7
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Pengadilan Agama, h. 438.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembahasan mengenai penerapan atau implementasi uang paksa dalam perkara hadhanah banyak perbedaan antara para ahli hukum, karena masih
banyak ahli hukum yang berbeda pendapat akan hal ini, maka dari permasalahan ini penulis ingin mengkaji lebih dalam dan memberikan batasan
pada Penerapan Uang Paksa Dwangsom Pada Pelaksanaan Putusan hanya pada Perkara Hadhanah saja Putusan Nomor 2Pdt.G2013PTA Mks di
Pengadilan Tinggi Agama Makassar.
2. Perumusan Masalah
Perkara Hadhanah yang sering kita temui dalam praktek yang terkadang kasusnya sangat komplek dan cukup luas jangkauannya dikarenakan
banyaknya pihak tergugat atau yang kalah jarang sekali yang melaksanakan putusan dari pengadilan, sehingga proses eksekusi terhadap anak sering terjadi
tarik-ulur. Sehingga banyak ahli hukum berpendapat untuk memasukkan unsur uang paksa dwangsom pada perkara hadhanah ini agar memberikan
efek jera pada tergugat, akan tetapi hal psikis anak harus juga diliat berkaitan eksekusinya, dalam skripsi ini penulis mencoba untuk menganalisis juga
terkait putusan Pengadilan Tinggi Agama Makassar Putusan Nomor 2Pdt.G2013PTA Mks yang menyertakan dwangsom dalam perkara
hadhanah. Hal ini lah yang masih menjadi perdebatan para ahli. Berdasarkan uraian pokok permasalahan di atas, maka penulis mencoba memformulasikan
7
dalam rumusan penelitian ini dengan mengajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana Dasar Hukum implementasi uang paksa dwangsom?
b. Apa saja Kategori Perkara yang dapat dijatuhi uang paksa dwangsom?
c. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan uang paksa
dwangsom terhadap tergugat dalam perkara hadhanah Analisis Putusan Nomor 2Pdt.G2013PTA Mks.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis bertujuan: 1.
Untuk mengetahui Dasar Hukum implementasi uang paksa dwangsom. 2.
Untuk mengetahui Apa saja Perkara yang dapat dijatuhi uang paksa dwangsom.
3. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menjatuhkan uang paksa
dwangsom terhadap tergugat dalam perkara hadhanah Analisis Putusan Nomor 2Pdt.G2013PTA Mks.
D. Review Study
1. Pelaksanaan Eksekusi Sengketa Hadhanah di Pengadilan agama Cikarang,
oleh: RA Didin Dlliyauddin, 109044200003 Tahun 2014. 2.
Hak Asuh Anak Akibat Istri Nusuz Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Putusan Nomor: 377Pdt.G2006PAJT oleh: Hadi
Zulkarnain, 106044201462 Tahun 2011.
8
3. Hadhanah Perspektif Madzhab Hanafi dan Madzhab Syafi’i dan Prakteknya di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan Studi Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan No. 1185Pdt.G2006PAJS oleh: Sabaruddin 204044103057 Tahun
2009.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1.
Manfaat Teoritis a.
Diharapkan memberikan manfaat bagi pihak terkait, yang dalam hal ini para pihak khususnya yang konsen mengkaji Hukum Acara Perdata.
b. Untuk menambah serta memperdalam ilmu pengetahuan penulis akan hal
Hukum Acara Perdata. c.
Sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan acuan terhadap pembuatan penelitian yang serupa di masa mendatang.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat luas
mengenai hak asuh anak hadhanah dan uang paksa dwangsom. b.
Untuk meningkatkan penalaran dan membentuk pola pikir dinamis serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh penulis selama studi di Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9
F. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang akan dibutuhkan untuk menyusun skripsi ini, maka Penulis menggunakan metode:
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah a.
Penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum
positif.
8
b. Penelitian kepustakaan library research yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara mengkaji, menganalisa serta merumuskan buku-buku, literatur dan yang lainnya yang ada relevansinya dengan judul skripsi ini.
Sedangkan pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini menggunakan pendekatan konseptual Conseptual Approach.
9
Pendekatan ini beranjak dari pandangan-pandang dan doktrin-doktrin yang berkembang
didalam ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan-pandangan dan dokrtin-doktrin didalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide-ide yang
melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas- asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi.
8
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia Publishing, 2008, h. 294.
9
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana, 2011, cet. 7, h. 137.