Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan teknis Fungsi Lainnya :

44 Indonesia hanya HIR Het Herziene Indonesisch Reglement dan R.Bg Rechts Reglement Buitengewesten saja. 2 Sementara Mertokusumo menyatakan bahwa Rv itu sudah tidak berlaku lagi di Indonesia sejak adanya Undang-Undang Darurat No.1 Tahun 1951 karena Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang tersebut dengan tegas menyatakan berlakunya HIR dan RBg, dalam hal ini hukum acara perdata yang dinyatakan resmi berlaku hanya HIR untuk daerah Jawa dan Madura dan R.Bg untuk daerah lainnya di Indonesia 3 . Hal ini dipertegas pula dengan ketentuan dalam SEMA Nomor: 191964 dan SEMA Nomor 31965 yang menegaskan tentang berlakukannya HIR dan RBg. Sedangkan Pasal 393 ayat 1 HIR4 jo. Pasal 721 R.Bg dengan tegas melarang segala bentuk hukum acara selain yang diatur dalam HIR dan RBg tersebut. Atas dasar ketentuan pasal dalam HIR dan R.Bg tersebut maka seharusnya semua ketentuan yang terdapat dalam Rv itu dan termasuk aturan mengenai lembaga dwangsom tersebut sama sekali sudah tidak berlaku dan tidak boleh diterapkan lagi. Dengan demikian mengenai lembaga dwangsom ini sebenarnya dapat dikatakan telah terjadi kekosongan kevakuman hukum. Lalu bagaimana dan mengapa lembaga dwangsom yang diatur dalam Rv tersebut ternyata hingga saat ini masih diterapkan dan diberlakukan 2 Supomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri., Jakarta: Fasco 1958, h. 11. 3 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty,1999, h.38. 45 sedemikian rupa dalam praktik peradilan di Indonesia selama ini Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu kiranya terlebih dahulu dikemukakan beberapa pendapat pakar hukum dan juga yurisprudensi Mahkamah Agung berkaitan dengan hal ini. Menurut beberapa pakar hukum antara lain Mertokusumo bahwa meskipun HIR dan R.Bg tidak mengatur mengenai lembaga dwangsom, tetapi karena dwangsom ini penting bagi penggugat untuk memaksa tergugat melaksanakan putusan maka tuntutan itu patut dikabulkan sepanjang diminta oleh penggugat. 4 Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Sutanto dan Oeripkartawinata bahwa walaupun Pasal 393 ayat 1 HIR jo. Pasal 721 R.Bg melarang segala bentuk hukum acara selain HIR dan R.Bg, tetapi apabila benar-benar dirasakan perlu dalam perkara perdata dapat digunakan peraturan lain seperti Rv. 5 Demikian juga menurut Harifin Tumpa Mantan Ketua Mahkamah Agung bahwa meskipun Rv sudah tidak berlaku lagi sebagai pedoman hukum acara perdata di Indonesia, namun karena kebutuhan pada keadaan tertentu, di mana peraturan-peraturan yang ada tidak memadai maka praktik peradilan kita masih kadang-kadang harus memakai ketentuan-ketentuan hukum acara dalam Rv sebagai pedoman termasuk dalam hal lembaga 4 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia. h.50 5 Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek. Mandar Maju, Bandung, 2002, h 8 46 dwangsom ini. 6 Pendapat para pakar tersebut dipertegas pula dengan yurisprudensi Mahkamah Agung tanggal 7 Mei 1967 Nomor: 38 KSIP1967 dalam perkara Frederika Melane Hilverdink von Ginkel berlawanan dengan Leon Johannes, di mana majelis hakim dalam putusan tersebut antara lain mempertimbangkan sebagai berikut: “Lembaga uang paksa, sekalipun tidak secara khusus diatur di dalam HIR haruslah dianggap tidak bertentangan dengan sistem HIR dan berdasarkan penafsiran yang lazim dari pada Pasal 393 HIR dapat diterapkan di pengadilan- pengadilan”. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa diterapkannya lembaga dwangsom yang diatur dalam Rv tersebut dalam praktik peradilan di Indonesia selama ini khususnya di lingkungan peradilan umum ternyata memang dapat dibenarkan karena tuntutan kebutuhan dalam praktik dan hal itu dianggap tidak bertentangan dengan sistem HIR maupun R.Bg. Adapun yang menjadi dasar penerapan lembaga dwangsom tersebut selain yurisprudensi Mahkamah Agung juga pendapat para pakar hukum doktrin sebagaimana yang telah diuraikan di atas.

2. Dasar Penerapan Lembaga Dwangsom di Pengadilan Agama

Suatu persoalan yang sering dimunculkan pada beberapa diskusi dalam penerapan Hukum Acara di Lingkungan Peradilan Agama, adalah dapat atau tidaknya lembaga dwangsom diterapkan dalam putusan hadhanah oleh hakim. 6 Harifin Tumpa, Memahami Eksistensi Uang Paksa Dwangsom dan Inplementasinya di Indonesia, , Jakarta: Prenada Media Group, 2010. h.50.