13
BAB II UANG PAKSA
DWANGSOM DAN PELAKSANAAN PUTUSAN EXECUTIE VERKOOP HADHANAH
A. Pengertian Uang Paksa dwangsom
Hukuman adalah resiko yang ditanggung oleh siapa saja yang melakukan kesalahan akibat perbuatannya. Hukuman tidak selamanya berbentuk penjara
untuk mengekang dalam arti fisik agar orang itu terasing dari komunitas sosial dalam pembinaan diri untuk menjadi lebih baik. Hukuman menjadi sebuah sarana
pengendalian sosial social control yang efektif dalam pembinaan terhadap orang yang melakukan kesalahan.
Dalam ranah hukum privatperdata terda pat hukuman yang disebut “uang
paksa” sebagai uang hukuman bagi seseorang tergugat orang yang menimbulkan kerugian bagi orang lain yang ditetapkan dalam putusan hakim yang sifatnya
komdemnatoir.
1
Qudelaar menjelaskan sebagaimana dikutip oleh Lilik Mulyadi, tuntutan uang paksa dwangsom adalah sejumlah uang yang ditetapkan dalam putusan
1
Ditinjau dari segi sifatnya, terdapat beberapa jenis putusan yang dapat dijatuhkan hakim: Putusan declatoir atau deklarator adalah yang berisi pernyataan atau penegasan tentang suatu keadaan
atau kedudukan hukum semata-mata, Misalnya putusan yang menyatakan ikatan perkawinan sah, perjanjian jual beli sah. Putusan Constitutief atau konstitutif constitutief vonnis adalah putusan yang
memastikan suatu keadaan hukum, baik yang bersifat meniadakan suatu keadaan hukum maupun yang menimbulkan hubungan hukum baru, misalnya putusan perceraian. Putusan Condemnatoir atau
kondemnator adalah putusan yang memuat amar menghukum salah satu pihak yang berperkara. Putusan yang bersifat kondemnator merupakan bagian yang tidak terpisah dari amar deklaratif atau
konstitutif. Lihat M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h. 872- 874.
14
hakim yang harus dibayar oleh si Terhukum untuk kepentingan pihak lawan apabila ia tidak memenuhi hukuman pokok.
2
Dasar hukum dwangsom dijelaskan dalam Pasal 606a Rv. menentukan: Sepanjang suatu keputusan hakim mengandung hukuman untuk sesuatu yang lain
dari pada pembayar sejumlah uang, maka dapat ditentukan,bahwa sepanjang atau setiap kali terhukum tidak memenuhi hukuman tersebut, olehnya harus
diserahkan sejumlah uang yang besarnya ditetapkan dalam keputusan hakim, dan uang tersebut dinamakan uang paksa.
3
Tuntutan uang paksa dalam praktik peradilan perkara perdata di Indonesia
lazim disebut dengan terminology Dwangsom. Terminology dwangsom ini
berasal dari bahasa Belanda, yang merupakan kata absorptie dari bahasa Perancis yaitu kata astreinte. Dalam aspek teori dan praktik tuntutan uang paksa
dwangsom lazim dijumpai dalam setiap gugatan. Konkritnya, tuntutan uang paksa merupakan hal wajar dan semestinya diminta oleh pihak Penggugat atau
para Penggugat kepada pihak Tergugat atau para Tergugat sebagai upaya tekanan agar nantinya pihak Tergugat atau para Tergugat mematuhi, memenuhi dan
melaksanakan tuntutan atau hukuman pokok.
4
Penerapan dwangsom uang paksa dalam hukum acara perdata berkaitan dengan amar putusan yang mesti dilaksanakan oleh pihak yang kalah dalam
2
Lilik Mulyadi, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Perdata Indonesia: Teori, Praktik, Teknik Membuat dan Permasalahannya Bandung: PT. Citra Aditya Abadi, 2009, h. 70.
3
Harifin A.Tumpa, Memahami Eksistensi Uang Paksa dwangsom dan Implementasinya di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2010, h. 17.
4
Lilik Mulyadi, Kompilasi Hukum Perdata Perspektif Teoritis dan Praktik Peradilan; HukumAcara Perdata, Hukum Perdata Materiil, Peradilan Hubungan Industrial, Peradilan Perkara
Perdata Bandung: P.T Alumni,2009, h. 71. .