Analisis Keberadaan Pendidikan SMK Dikaitkan Dengan Potensi Wilayah Kota Medan Sebagai Kota Jasa, Perdagangan Dan Industri

(1)

ANALISIS KEBERADAAN PENDIDIKAN SMK

DIKAITKAN DENGAN POTENSI WILAYAH KOTA MEDAN

SEBAGAI KOTA JASA, PERDAGANGAN DAN INDUSTRI

TESIS

Oleh

PARIAMAN SARAGI

077003047/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

ANALISIS KEBERADAAN PENDIDIKAN SMK

DIKAITKAN DENGAN POTENSI WILAYAH KOTA MEDAN

SEBAGAI KOTA JASA, PERDAGANGAN DAN INDUSTRI

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Konsentrasi

Perencanaan Pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

PARIAMAN SARAGI

077003047/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis :

ANALISIS KEBERADAAN PENDIDIKAN SMK

DIKAITKAN DENGAN POTENSI WILAYAH

KOTA

MEDAN

SEBAGAI

KOTA

JASA,

PERDAGANGAN DAN INDUSTRI

Nama Mahasiswa : Pariaman Saragi

Nomor Pokok : 077003047

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Konsentrasi : Perencanaan Pendidikan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Aldwin Surya, S.E., M.Pd., Ph.D) Ketua

(Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec.) (Kasyful Mahalli, S.E., M.Si.) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc.)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 31 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Aldwin Surya, S.E., M.Pd., Ph.D. Anggota : 1. Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec.

2. Kasyful Mahalli, S.E., M.Si.

3. Irsyad Lubis, S.E., M.Sos.Sc., Ph.D. 4. Drs. Rujiman, M.A.


(5)

PERNYATAAN

ANALISIS KEBERADAAN PENDIDIKAN SMK

DIKAITKAN DENGAN POTENSI WILAYAH KOTA MEDAN

SEBAGAI KOTA JASA, PERDAGANGAN DAN INDUSTRI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2009


(6)

ABSTRAK

PARIAMAN SARAGI. NIM. 077003047. “Analisis Keberadaan Pendidikan SMK di Kota Medan Dikaitkan dengan Potensi Wilayah Kota Medan sebagai Kota Jasa, Perdagangan dan Industri” di bawah bimbingan Prof. Aldwin Surya, S.E., M.Pd., Ph.D., Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec. dan Kasyful Mahalli, S.E., M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor dorongan orang tua, popularitas Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif (PK TMO) dan peluang kerja/usaha mempengaruhi minat siswa memilih PK TMO di SMK Kota Medan dan mengetahui bagaimana keterserapan lulusan PK TMO dilapangan kerja. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa faktor dorongan orang tua, popularitas PK TMO dan peluang kerja/usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat siswa memilih PK TMO di SMK Swasta di Kota Medan. Sumbangan ketiga variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat adalah 60,1%. Secara parsial ditemukan bahwa faktor dorongan orang tua dan peluang kerja/usaha, berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat siswa memilih PK TMO, sedangkan faktor popularitas PK TMO berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap minat siswa memilih PK TMO. Sementara untuk masalah keterserapan lulusan, penelitian ini menemukan bahwa dari 100 sampel lulusan PK TMO pada 8 SMK objek penelitian: 67 % lulusan SMK Swasta Kota Medan terserap pada lapangan kerja yang sesuai dengan kompetensi otomotif, 15 % bekerja pada bidang yang tidak sesuai dengan kompetensi PK TMO, 9 % kuliah dan 9 % belum mendapat pekerjaan.


(7)

ABSTRACT

PARIAMAN SARAGI. NIM. 077003047 "Analysis Existency of SMK Education in Medan and Relevancy with Potency of Medan as City of Service, Commerce and Industry" guided by Prof. Aldwin Surya, S.E., M.Pd., Ph.D., Wahyu Ario Pratomo,

S.E., M.Ec. and Kasyful Mahalli, S.E., M.Si.

This research aim to know what is parent’s motivation factor, popularitation of Technic Mechanic of Automotive Program and opportunity of job/effort, influence the interesting of student to choose Technic Mechanic of Automotive Program, and to know how the absorptivity of grads of Technic Mechanic of Automotive Program. The result of this research explained that factors of parent’s motivation, popularitation of Technic Mechanic of Automotive Program and opportunity of job/effort, have a positive and significant influencing the student interesting to choose Technic Mechanic of Automotive Program in Private SMK in Medan. The contribution of third independent variable to influence dependent variable were 60,1%. By parsial, found that parent’s motivation factor and opportunity of job/effort factor, having an effect on positive and significant to student interesting to choose Technic Mechanic of Automotive Program, while factor of popularitas Technic Mechanic of Automotive Program have an effect on positively, but not significant, to student interesting to choose Technic Mechanic of Automotive Program. While for the reseach question about the absorptivity of grads, this research find that from 100 grads sampel of Automotive Program from 8 SMK research object: 67 % grads of SMK absorb in eployement market, that was matching to automotive mechanic competencies, 15 % employing in unmatching filed, 9 % of grads continuing to university and 9 % not yet got work

Keywords : Technic Mechanic of Automotive, Vocational School, Interesting, Absorptivity of grads.


(8)

RIWAYAT HIDUP

Pariaman Saragi dilahirkan di Nagori Singkam, Kabupaten Toba Samosir pada tanggal 10 Maret 1974. Putra pertama dari Patuan Saragi dan Tiarma Gurning. Menyelesaikan pendidikan : SDN Nagatimbul tahun 1986, SMPN Lumban Lobu tahun 1989, STM Negeri 2 Medan tahun 1992. Memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Sekolah Tinggi Teknik Harapan (STTH) Medan pada tahun 2002.

Pada tahun 2007 mendapatkan beasiswa untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara dengan Konsentrasi Perencanaan Pendidikan. Saat ini bekerja sebagai Instruktur di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan (P4TK) Bidang Listrik dan Bangunan Medan.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin-Nyalah penelitian yang berjudul “Analisis Keberadaan Pendidikan SMK Dikaitkan dengan Potensi Wilayah Kota Medan sebagai Kota Jasa, Perdagangan dan Industri” dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Atas rampungnya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut memberikan bantuan dan dukungan, baik sewaktu penulis mengikuti proses perkuliahan maupun saat penulis melakukan penelitian. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Bapak Ir. Ponijan Asri, M., selaku Kepala PPPPTK Bidang Bangunan dan Listrik Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Aldwin Surya, S.E., M.Pd., Ph.D., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan penyusunan tesis ini.

5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan penyusunan tesis ini.

6. Bapak Kasyful Mahalli, S.E., M.Si., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan penyusunan tesis ini.

7. Bapak Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirozujilam, S.E., Bapak Irsyad Lubis, M. Sos.Sc., Ph.D dan Bapak Drs. Rujiman, M.A., yang telah bersedia menjadi dosen


(10)

pembanding dan penguji sekaligus memberikan banyak masukan dan arahan untuk perbaikan tesis ini.

8. Seluruh Civitas Akademika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dalam proses akademik dan administrasi perkuliahan, termasuk juga seluruh teman-teman di PWD USU.

9. Menteri Pendidikan Nasional yang telah memberikan dukungan pembiayaan melalui Program Beasiswa Unggulan berdasarkan DIPA Sekretariat Jenderal DEPDIKNAS T.A. 2007 sampai dengan 2009.

10. Kepada ayahandaku ‘P. Saragi’ dan ibunda ‘T. Gurning, ayah mertua ‘M. Tambunan’ dan ibu mertua ‘D. Pakpahan’ atas doa restu dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

11. Kepada orang tuaku ‘Drs. J. Sibuea’ dan ‘T. Hutahaean’ atas dukungan doa, moril dan materil serta bantuan fasilitas yang diberikan kepada penulis mulai dari awal perkuliahan hingga selesainya tesis ini.

12. Teristimewa kepada istriku ‘Heppy Veolenta Tambunan, S.E.’ dan putriku ‘Mutiara’ serta putraku ‘Manuel’, atas pengertian dan perhatian khusus yang diberikan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

Akhirnya dengan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, tesis ini dipersembahkan bagi semua pihak yang membacanya dengan harapan pembaca dapat memberikan koreksi konstruktif apabila terdapat kekurangan dan kesalahan di dalamnya.

Medan, Agustus 2009

Penulis

Pariaman Saragi


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Peranan Pendidikan dalam Pengembangan Wilayah ... 9

2.2. Pembangunan Ekonomi Wilayah dan Transformasi Struktur Ketenagakerjaan ... 12

2.3. Elastisitas Kesempatan Kerja Sektoral ... 13

2.4. Perencanaan Pendidikan untuk Ketenagakerjaan melalui Pendidikan SMK ... 15

2.4.1. Perencanaan Pendidikan ... 15

2.4.2. Perencanaan Pendidikan untuk Ketenagakerjaan ... 16

2.4.3. Pendidikan Menengah Kejuruan ... 17

2.4.4. Kelompok Keahlian, Bidang Keahlian dan Program Keahlian di SMK ... 18

2.5. Minat Siswa Memilih Program Keahlian ... 20


(12)

2.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa

Memilih PK TMO ... 23

2.5.3. Popularitas PK TMO ... 24

2.5.4. Dorongan Orang Tua ... 25

2.5.5. Peluang Kerja/Usaha Bidang Otomotif ... 27

2.6. Keterserapan Lulusan SMK di Lapangan Kerja ... 28

2.7. Penelitian Sebelumnya yang Relevan ... 30

2.8. Kerangka Berpikir ... 31

2.9. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III. METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 34

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.3. Rancangan Penelitian ... 35

3.3.1. Jenis Penelitian ... 35

3.3.2. Populasi Penelitian ... 37

3.3.3. Sampel Penelitian ... 38

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5. Teknik Analisis Data ... 41

3.6. Variabel yang Diamati ... 43

3.7. Defenisi Operasional ... 43

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1. Gambaran Umum Wilayah dan Perekonomian Kota Medan ... 45

4.2. Profil Pendidikan SMK di Kota Medan ... 49

4.3. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa Memilih Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif ... 53


(13)

4.4.1. Uji Validitas dan Uji Realibilitas ... 53

4.4.2. Uji Normalitas Data ……….…. 55

4.5. Hasil Analisis Data tentang Pengaruh Dorongan Orang Tua, Popularitas PK TMO dan Peluang Kerja/Usaha terhadap Minat Siswa Memilih PK TMO ... 57

4.5.1. Pengujian Hipotesis ……... 57

4.5.2. Analisis Korelasi Ganda (R) dan Analisis Determinasi (R2) ... 58

4.5.3. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) .. 59

4.5.4. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 60

4.6. Analisis Keterserapan Lulusan PK TMO …….…... 62

4.7. Pembahasan Hasil Penelitian ……….…... 65

4.7.1. Pengaruh Dorongan Orang Tua, Popularitas PK TMO dan Peluang Kerja/Usaha terhadap Minat Siswa Memilih PK TMO ... 65

4.7.2. Keterserapan Lulusan PK TMO pada Lapangan Kerja di Kota Medan ... 73

4.8. Kebijakan Pendidikan Nasional dalam Pengembangan SMK untuk Mendukung Pengembangan Wilayah ….……... 77

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….……….... 83

5.1. Kesimpulan ...………... 83

5.2. Saran ………... 84


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Kontribusi PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja

Kota Medan menurut Sektor/Lapangan Usaha Tahun 2006 ... 4

1.2 Keberadaan Program Keahlian SMK Teknologi Industri di Medan Tahun 2008 ... 5

3.1 Populasi Penelitian tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa Memilih PK TMO ... 37

3.2 Populasi Penelitian untuk Mengetahui Keterserapan Lulusan PK TMO pada Lapangan Kerja ... 38

3.3 Sampel Penelitian ... 39

4.1 Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2001 – 2007 ... 45

4.2 Struktur PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Kota Medan Tahun 2006 ... 47

4.3 Rasio Jumlah Unit Sekolah dan Siswa SMA/SMK Kota Medan Tahun 2004 dan 2006 ... 50

4.3 Jumlah SMK di Kota Medan berdasarkan Kelompok Keahlian Tahun 2009 ... 50

4.5 Profil SMK Teknologi dan Industri di Kota Medan Tahun 2009 ... 52

4.6 Ringkasan Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner ... 54

4.7 Hasil Uji Normalitas Data ... 56

4.8 Rangkuman Hasil Analisis Regresi Berganda ... 58

4.9 Hasil Analisis Korelasi Ganda ... 58

4.10 Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) ... 60

4.11 Rangkuman Profil Lulusan PK TMO ... 63

4.12 Spesifikasi Bidang Kerja/Kegiatan Responden ... 64

4.13 Gambaran Umum Keterserapan Lulusan PK TMO pada Lapangan Kerja di Kota Medan ... 65

4.14 Proporsi Jumlah Siswa /Progam Keahlian di 8 SMK Objek Penelitian (Tahun Ajaran 2008/2009, Kelas 1 – 3) ... 68


(15)

4.15 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun

2001-2005 ... 70 4.16 Jumlah Bengkel Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2007 ... 71 4.17 Profil Kegiatan Lulusan PK TMO pada 8 SMK Objek Penelitian ... 75 4.18 Presentase Pengangguran Terbuka di Kota Medan Menurut Pendidikan


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1a. Kuisioner Penelitian tentang Dorongan Orang Tua, Popularitas

PK TMO, Peluang Kerja dan Minat Siswa Memilih PK TMO ... 88

1b. Angket Isian tentang Data Keterserapan Lulusan ... 94

2a. Uji Validitas Butir-butir Kuisioner Variabel Dorongan Orang Tua ... 95

2b. Uji Validitas Butir-butir Kuisioner Variabel Popularitas PK TMO ... 96

2c. Uji Validitas Butir-butir Kuisioner Variabel Peluang Kerja/Usaha ... 97

2d. Uji Validitas Butir-butir Kuisioner Variabel Minat Siswa Memilih PK TMO ... 98

3a. Hasil Uji Reabilitas Butir-butir Kuisioner Variabel Dorongan Orang Tua ….…... 100

3b. Hasil Uji Reabilitas Butir-butir Kuisioner Variabel Popularitas PK TMO ... 101

3c. Hasil Uji Reabilitas Butir-butir Kuisioner Variabel Peluang Kerja/Usaha ……... 102

3d. Hasil Uji Reabilitas Butir-butir Kuisioner Minat Memilih PK TMO .…. 103 4a. Tabulasi Jawaban Responden tentang Variabel Dorongan Orang Tua ... 104

4b. Tabulasi Jawaban Responden tentang Variabel Popularitas PK TMO ... 106

4c. Tabulasi Jawaban Responden tentang Variabel Peluang Kerja/Usaha ... 108

4d. Tabulasi Jawaban Responden tentang Variabel Minat Memilih PK TMO ... 110

5. Uji Normalitas Data ... 112

6. Hasil Analisis Uji Regresi Linear Berganda ... 113

7. Data Keterserapan Lulusan PK TMO ... 117


(17)

ABSTRAK

PARIAMAN SARAGI. NIM. 077003047. “Analisis Keberadaan Pendidikan SMK di Kota Medan Dikaitkan dengan Potensi Wilayah Kota Medan sebagai Kota Jasa, Perdagangan dan Industri” di bawah bimbingan Prof. Aldwin Surya, S.E., M.Pd., Ph.D., Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec. dan Kasyful Mahalli, S.E., M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor dorongan orang tua, popularitas Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif (PK TMO) dan peluang kerja/usaha mempengaruhi minat siswa memilih PK TMO di SMK Kota Medan dan mengetahui bagaimana keterserapan lulusan PK TMO dilapangan kerja. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa faktor dorongan orang tua, popularitas PK TMO dan peluang kerja/usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat siswa memilih PK TMO di SMK Swasta di Kota Medan. Sumbangan ketiga variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat adalah 60,1%. Secara parsial ditemukan bahwa faktor dorongan orang tua dan peluang kerja/usaha, berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat siswa memilih PK TMO, sedangkan faktor popularitas PK TMO berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap minat siswa memilih PK TMO. Sementara untuk masalah keterserapan lulusan, penelitian ini menemukan bahwa dari 100 sampel lulusan PK TMO pada 8 SMK objek penelitian: 67 % lulusan SMK Swasta Kota Medan terserap pada lapangan kerja yang sesuai dengan kompetensi otomotif, 15 % bekerja pada bidang yang tidak sesuai dengan kompetensi PK TMO, 9 % kuliah dan 9 % belum mendapat pekerjaan.


(18)

ABSTRACT

PARIAMAN SARAGI. NIM. 077003047 "Analysis Existency of SMK Education in Medan and Relevancy with Potency of Medan as City of Service, Commerce and Industry" guided by Prof. Aldwin Surya, S.E., M.Pd., Ph.D., Wahyu Ario Pratomo,

S.E., M.Ec. and Kasyful Mahalli, S.E., M.Si.

This research aim to know what is parent’s motivation factor, popularitation of Technic Mechanic of Automotive Program and opportunity of job/effort, influence the interesting of student to choose Technic Mechanic of Automotive Program, and to know how the absorptivity of grads of Technic Mechanic of Automotive Program. The result of this research explained that factors of parent’s motivation, popularitation of Technic Mechanic of Automotive Program and opportunity of job/effort, have a positive and significant influencing the student interesting to choose Technic Mechanic of Automotive Program in Private SMK in Medan. The contribution of third independent variable to influence dependent variable were 60,1%. By parsial, found that parent’s motivation factor and opportunity of job/effort factor, having an effect on positive and significant to student interesting to choose Technic Mechanic of Automotive Program, while factor of popularitas Technic Mechanic of Automotive Program have an effect on positively, but not significant, to student interesting to choose Technic Mechanic of Automotive Program. While for the reseach question about the absorptivity of grads, this research find that from 100 grads sampel of Automotive Program from 8 SMK research object: 67 % grads of SMK absorb in eployement market, that was matching to automotive mechanic competencies, 15 % employing in unmatching filed, 9 % of grads continuing to university and 9 % not yet got work

Keywords : Technic Mechanic of Automotive, Vocational School, Interesting, Absorptivity of grads.


(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pada Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) tahun 2004-2009, salah satu target yang ingin dicapai dalam jenjang pendidikan menengah adalah reposisi rasio Sekolah Menengah Atas (SMA) terhadap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pada tahun 2009, rasio jumlah unit sekolah dan siswa SMA:SMK ditargetkan menjadi 40:60 dan pada tahun 2015 rasio SMA:SMK menjadi 30:70. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong output pendidikan agar lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja.

Pendidikan SMA yang selama ini mendapat prioritas perhatian, tidak menerapkan kurikulum yang mengarahkan lulusannya untuk bekerja, tetapi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Padahal kenyataannya sebagian besar lulusan SMA tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, justru mencari pekerjaan. Akibatnya terjadi pertambahan angka pengangguran terdidik, karena lulusan SMA yang mencari pekerjaan tidak dibekali oleh keterampilan khusus yang diperlukan dunia kerja. Lulusan pendidikan yang seharusnya menjadi modal dan motor penggerak pembangunan, ternyata sebaliknya menjadi beban pembangunan.

Diharapkan melalui pengembangan SMK, tingkat pengangguran dapat ditekan. Karena berbeda dengan pendidikan SMA, pendidikan SMK didasarkan pada kurikulum yang membekali lulusannya dengan keterampilan tertentu untuk mengisi lapangan kerja


(20)

atau membuka lapangan usaha. Selain itu, SMK juga dapat diarahkan untuk mengangkat keunggulan lokal sebagai modal daya saing bangsa. Kurikulum SMK sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan potensi wilayah dan lapangan pekerjaan/usaha yang timbul akibat aktivitas perekonomian wilayah.

Salah satu upaya dalam hal pengembangan SMK adalah melalui pengembangan program keahlian (dulu dikenal dengan istilah jurusan) yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Program keahlian inilah yang menjadi ujung tombak menciptakan link and

match SMK dengan dunia kerja. Pada kurikulum SMK edisi 2004, terdapat 21 bidang

keahlian yang dibagi menjadi 103 program keahlian. Direktorat Pengembangan SMK (Dit PSMK) selalu melaksanakan evaluasi dan penataan kembali program keahlian di SMK, yang disebut dengan program ’re-engineerisasi’ program keahlian SMK. Tujuannya adalah untuk meningkatkan relevansi program keahlian di SMK dengan kebutuhan pasar kerja, baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Program keahlian yang lulusannya sudah tidak terserap pasar kerja (jenuh) akan dibatasi, dan program keahlian yang masih dibutuhkan akan dikembangkan, bahkan kemungkinan untuk membuka program keahlian yang baru yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan dunia usaha/dunia industri di wilayah mana SMK bersangkutan berada. Kebijakan ini adalah salah satu bentuk nyata dari perencanaan pendidikan dengan pendekatan ketenagakerjaan.

Pada tahun 2006, di Medan terdapat 200 unit SMA (Negeri & Swasta), dengan jumlah siswa 62.290 orang. Sementara jumlah SMK (Swasta & Negeri) ada 134 unit, dengan jumlah siswa 41.769 orang. Sehingga jika mengacu pada Renstra Depdiknas


(21)

2004-2009, maka pada tahun 2006 rasio jumlah sekolah/siswa SMA dan SMK sudah mencapai target SMA 60% dan SMK 40%. Namun pengembangan SMK bukan sekedar pada rasio jumlah unit SMK, tetapi bagaimana dengan keberadaan SMK tersebut jika dikaitkan dengan potensi wilayah Kota Medan.

Salah satu cara yang sering digunakan melihat potensi wilayah adalah melalui struktur PDRB dan lapangan kerja. Struktur PDRB menggambarkan kontribusi setiap sektor/lapangan usaha terhadap pembentukan PDRB keseluruhan. Perubahan struktur ekonomi mengakibatkan terjadinya perubahan struktur penyerapan tenaga kerja (elastisitas penyerapan tenaga kerja) (Sumarsono, 2006). Hal ini seharusnya menjadi dasar acuan pengembangan program keahlian di SMK.

PDRB Kota Medan pada tahun 2006 mencapai 27,236 triliun rupiah. Sektor tertier (perdagangan/hotel/restoran, transporstasi/telekomunikasi, keuangan/jasa perusahaan, jasa-jasa lainnya) adalah penyumbang PDRB terbesar yaitu 68,73%. Disusul sektor sekunder (industri pengolahan, listrik/gas/air bersih, konstruksi) sebesar 28,31%. Sementara sektor primer (pertanian, pertambangan/penggalian) menyumbang sebesar 2,97%. Jika melihat struktur PDRB tersebut, maka Kota Medan sudah dikategorikan sebagai kota jasa, perdagangan dan industri. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas perekonomian dan penyerapan tenaga kerja didominasi ketiga sektor tersebut. Persentase kontribusi dan penyerapan tenaga kerja per sektor Kota Medan tahun 2006 ditunjukkan pada tabel 1.1.


(22)

Tabel 1.1. Kontribusi PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja Kota Medan menurut Sektor/Lapangan Usaha Tahun 2006

Sektor/Lapangan Usaha Kontribusi PDRB (%)

Penyerapan Lapangan Kerja (%)

I. Primer 2,97 5.43

1. Pertanian 2,96 5.04

2. Pertambangan & Penggalian 0,01 0,39

II. Sekunder 28,30 24,21

3. Industri Pengolahan 16,27 15,05

4. Listrik,Gas,Air Bersih 2,23 0,71

5. Konstruksi 9,80 8,45

III. Tertier 68,73 70,36

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 25,92 35,73 7. Transportasi & Telekomunikasi 18,45 17,59

8. Keuangan & Jasa Perusahaan 13,64 4,84

9. Jasa-jasa lainnya 10,72 12,19

JUMLAH 100 100

Sumber : BPS Kota Medan Tahun 2007

Sesuai dengan tujuan pendidikan SMK, yaitu membekali peserta didik dengan keterampilan tertentu untuk memasuki dunia kerja/dunia usaha, maka pengembangan SMK harus selalu mengacu pada kebutuhan pasar kerja. Namun pengembangan SMK bukan sekedar pada memperbesar jumlah unit SMK dan jumlah siswa, tetapi bagaimana keberadaan SMK di Kota Medan jika dikaitkan dengan potensi wilayah Kota Medan sebagai kota jasa, industri dan perdagangan.

Sudah menjadi masalah klasik bagi dunia pendidikan SMK di Indonesia pada umumnya, bahwa link and match antara output pendidikan SMK dengan dunia usaha/dunia industri (DU/DI) sebagai pengguna output pendidikan SMK belum tercapai. Salah satu masalahnya terletak pada kualitas lulusan SMK yang belum sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan pasar tenaga kerja.


(23)

Namun, ada masalah lain yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan SMK agar lulusannya terserap lapangan usaha dan lapangan kerja, yaitu masalah kesesuaian jumlah (proporsi) lulusan setiap program keahlian dengan kebutuhan dunia kerja. Keberadaan SMK seharusnya didasarkan pada analisis kebutuhan tenaga kerja (demand

and supply analisys). Fakta di lapangan, paling tidak pada masa sebelum tahun 2004

yang terjadi adalah supply driven. Hal paling nyata terlihat pada SMK Swasta, di mana proporsi peserta didik perprogram keahlian sangat timpang. Kalau di SMK Negeri keadaannya tidak demikian, karena ada ketentuan alokasi peserta didik setiap program keahlian. Sebagai gambaran keberadaan program keahlian SMK Teknologi dan Industri di Kota Medan ditunjukkan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Keberadaan Program Keahlian SMK Teknologi Industri di Medan Tahun 2008

Program Studi Jumlah SMK yang Mengasuh

(dari 62 SMK)

Teknik Mekanik Otomotif 43 unit

Teknik Las dan Fabrikasi 1 unit

Teknik Permesinan 9 unit

Teknik Elektronika 9 unit

Teknik Listrik 8 unit

Teknik Komputer dan Informatika 5 unit

Teknik Bangunan 1 unit

Sumber : Data Pokok DitPSMK, 2008

Sepintas jika melihat keberadaan program keahlian pada Tabel 1.2, dapat menimbulkan pertanyaan mengapa Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif (selanjutnya disebut dengan PK TMO) begitu diminati. Padahal Kota Medan tidak memiliki industri otomotif. Kompetensi utama yang dimiliki oleh seorang lulusan PK TMO adalah kompetensi perawatan dan perbaikan kendaraan bermotor. Lapangan usaha yang sesuai adalah jasa bengkel otomotif, industri perakitan otomotif dan tenaga


(24)

instalasi dan perawatan pada mesin-mesin industri. Maka patut dipertanyakan, faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat siswa memilih PK TMO, sehingga peserta didik menumpuk pada program keahlian tersebut. Apakah minat tersebut timbul karena melihat potensi usaha dan pekerjaan yang ada pada bidang otomotif, atau karena faktor dorongan orang tua, atau berminat karena melihat popularitas PK TMO.

Masalah minat siswa yang dominan pada PK TMO selanjutnya menimbulkan pertanyaan, yaitu tentang keterserapan lulusannya di pasar kerja. Keterserapan dimaksud bukan hanya sekedar bekerja, tapi bagaimana dengan kesesuaian bidang pekerjaan yang berhasil diperoleh lulusan dengan bidang keterampilan yang dimiliki. Selanjutnya mengenai masa tunggu untuk mendapatkan pekerjaan. Karena indikator utama keberhasilan pendidikan SMK terletak pada tingkat keterserapan lulusan di dunia kerja dan bagaimana kesesuaian pekerjaan yang didapatkan dengan program keahlian yang diperolehnya dari SMK. Karena bisa saja lulusan SMK memang bekerja, namun bukan pada bidang yang sesuai dengan keterampilannya. Hal ini dapat mengakibatkan kurang dihargainya lulusan tersebut dalam hal kesejahteraannya.

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti merasa tertarik dan perlu melakukan suatu penelitian tentang keberadaan pendidikan SMK jika dikaitkan dengan potensi wilayah Kota Medan sebagai kota jasa, perdagangan, dan industri. Penelitian dimaksud bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat siswa dalam memilih program keahlian SMK. Apakah minat tersebut dipengaruhi oleh faktor dorongan orang tua, peluang usaha/kerja, atau karena


(25)

semata-mata karena pengaruh popularitas program keahlian PK TMO, dan juga meneliti bagaimana tingkat keterserapan lulusan PK TMO SMK Swasta di Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah faktor dorongan orang tua, popularitas PK TMO dan peluang kerja/usaha berpengaruh terhadap minat siswa memilih PK TMO pada SMK Teknologi & Industri Swasta di Medan?

b. Bagaimanakah tingkat keterserapan lulusan PK TMO SMK Swasta pada lapangan kerja di Kota Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :

a. Untuk mengetahui pengaruh faktor dorongan orang tua, popularitas PK TMO dan peluang kerja/usaha terhadap minat siswa memilih PK TMO pada SMK Teknologi dan Industri Swasta di Medan

b. Untuk mengetahui tingkat keterserapan lulusan PK TMO SMK Teknologi dan Industri Swasta pada lapangan kerja di Kota Medan


(26)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah, khususnya bagi Dinas Pendidikan Kota Medan dalam merencanakan pengembangan SMK khususnya SMK Swasta, sesuai dengan Renstra Depdiknas dalam hal reposisi SMK : SMA menjadi 70 : 30 pada tahun 2015, terutama dalam program re-engineerisasi program keahlian yang sesuai dengan potensi wilayah Kota Medan

b. Membantu sosialisasi keberadaan pendidikan SMK di Kota Medan, khususnya kepada pendidikan SLTP, untuk memberi pencerahan tentang dunia pendidikan SMK bagi calon lulusan SLTP ataupun lulusan SLTP yang berminat melanjutkan pendidikan ke SMK

c. Kepada peneliti lain yang ingin melakukan kajian tentang Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peranan Pendidikan dalam Pengembangan Wilayah

Pada hakekatnya pengembangan (development) merupakan upaya untuk memberi nilai tambah dari apa yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas hidup (Zein, 1999). Pengembangan lebih merupakan motivasi dan pengetahuan daripada masalah kekayaan. Tetapi bukan berarti bahwa kekayaan itu tidak penting, namun yang jauh lebih penting adalah bagaimana mengelola kekayaan yang dimiliki. Pengembangan merupakan produk belajar, yaitu belajar memanfaatkan kemampuan yang dimiliki bersandar pada lingkungan sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil yang diperoleh dari proses tersebut, yaitu kualitas hidup yang meningkat.

Setiap wilayah memiliki sumber daya (resources), antara lain adalah sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan teknologi. Zein (1999) selanjutnya menyatakan ketiga unsur tersebut sebagai tiga pilar pengembangan wilayah. Mengacu pada filosofi dasar tersebut, maka pengembangan wilayah merupakan upaya memberdayakan stake holders (masyarakat, pemerintah, pengusaha) di suatu wilayah, terutama dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan di wilayah tersebut dengan instrumen yang dimiliki atau dikuasai, yaitu teknologi. Dengan lebih tegas Zein menyatakan bahwa pengembangan wilayah merupakan upaya mengawinkan secara harmonis sumberdaya alam, manusia dan teknologi, dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri.


(28)

Filosofi dan defenisi pengembangan wilayah di atas secara jelas menekankan betapa pentingnya peranan sumberdaya manusia dalam keberhasilan pengembangan suatu wilayah, sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek. Dibutuhkan sumberdaya manusia yang memiliki motivasi dan kemampuan untuk mengelola sumberdaya wilayah (sebagai subjek), untuk meningkatkan kualitas hidup (sebagai objek). Kunci dari keberhasilan pengembangan wilayah adalah terletak pada kualitas sumberdaya manusia. Berbicara mengenai masalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia, harus diawali dari masalah pendidikan, karena pendidikan adalah cara yang paling efektif untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (Enoch, 1992)

Salah satu konsep yang merupakan titik temu antara pendidikan dengan pembangunan wilayah adalah konsep investasi sumberdaya manusia (human capital). Adam Smith, Theodore Schultz dan Denison (dalam Suryadi, 1993) menekankan pentingnya investasi di bidang sumberdaya manusia melalui pendidikan dengan melontarkan pendapat bahwa pendidikan mempunyai kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja. Menurut teori Human Capital, pertumbuhan dan pembangunan memiliki dua syarat, yaitu (1) Adanya pemanfaatan teknologi tinggi secara efisien, dan (2) Adanya sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan teknologi yang ada. Sumber daya manusia seperti itu dihasilkan melalui proses pendidikan. Hal inilah yang menyebabkan teori Human Capital percaya bahwa investasi dalam pendidikan sebagai investasi dalam meningkatkan produktivitas masyarakat. Asumsi dasar yang melandasi keharusan adanya hubungan pendidikan dengan penyiapan tenaga kerja adalah bahwa


(29)

pendidikan diselenggarakan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan untuk bekerja. Dengan kata lain, pendidikan menyiapkan tenaga-tenaga yang siap bekerja.

Enoch (1992) mengatakan bahwa pendidikan mempengaruhi perkembangan ekonomi, dan demikian juga sebaliknya perkembangan ekonomi suatu wilayah dapat berfungsi sebagai tenaga pendorong berkembangnya pendidikan di wilayah bersangkutan. Kemajuan ekonomi mempengaruhi kemajuan pendidikan terjadi dengan dua cara. Pertama, meningkatnya taraf hidup penduduk di suatu wilayah akan menimbulkan suatu kondisi materi dan psikologi dalam kehidupan keluarga, yang memberi dorongan kebutuhan akan pendidikan yang lebih tinggi. Dalam hal ini, pendidikan adalah sebagai barang konsumsi, sebab digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesorang. Kedua, kemajuan ekonomi akan menimbulkan kemajuan teknologi, dan kemajuan teknologi mempersingkat waktu sesuatu pekerjaan, sehingga memberi kesempatan bagi pemuda-pemudi untuk belajar lebih lama di sekolah. Selain itu, kemajuan teknologi membutuhkan persyaratan keterampilan seseorang untuk dapat terlibat dalam kegiatan ekonomi.

Dan sebaliknya, kemajuan pendidikan memberikan pengaruh terhadap pengembangan wilayah. Dengan asumsi bahwa pendidikan (yang bermutu) akan menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis, memiliki motivasi untuk berinovasi dan berkreasi mengembangkan sumber daya dan teknologi yang ada. Sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, akan mampu menggerakkan faktor-faktor produksi di suatu wilayah untuk meningkatkan


(30)

pendapatan wilayah bersangkutan. Dan sumber daya manusia yang demikian hanya dapat dihasilkan melalui proses pendidikan.

2.2. Pembangunan Ekonomi Wilayah dan Transformasi Struktur Ketenagakerjaan

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) berbeda dengan pembangunan ekonomi (economic development). (Miraza, 2008). Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output selama kurun waktu tertentu. (Boediono dalam Tarigan, 2005). Indikator yang paling sering digunakan untuk menunjukkan pertumbuhan ekonomi wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang menggambarkan jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah tersebut. Indikator selanjutnya adalah pendapatan perkapita, yaitu jumlah PDRB dibagi jumlah penduduk suatu wilayah. Namun faktanya, konsep PDRB dan pendapatan perkapita hanya gambaran kemajuan secara kasar (makro) pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Karena sering terjadi konsep PDRB dan pendapatan perkapita mengesampingkan pemerataan hasil-hasil pertumbuhan ekonomi tersebut, atau lebih dikenal dengan istilah ketimpangan pendapatan.

Suatu konsep yang lebih mikro adalah pembangunan ekonomi (economic development), yaitu suatu proses transisi dari tingkat ekonomi tertentu yang bercorak sederhana menuju tingkat ekonomi yang lebih maju dan kompleks (Miraza, 2008). Misalnya dari kegiatan ekonomi primer (pertanian) ke kegiatan ekonomi sekunder (industri manufaktur, konstruksi) dan ke kegiatan ekonomi tertier (perdagangan dan


(31)

jasa). Transisi kegiatan ekonomi tersebut memerlukan waktu yang relatif lama, yang ditandai dengan terjadinya perubahan struktur kesempatan kerja. Misalnya terjadi penurunan jumlah absolut atau persentase tenaga kerja sektor primer dan peningkatan tenaga kerja di sektor sekunder dan tertier.

2.3. Elastisitas Kesempatan Kerja Sektoral

Elastisitas kesempatan kerja didefenisikan sebagai perbandingan laju pertumbuhan kesempatan kerja dengan laju pertumbuhan ekonomi. (Sumarsono, 2003). Adanya usaha-usaha pembangunan ekonomi dan perbedaan potensi kewilayahan menyebabkan kebijakan dan program pembangunan tiap sektor ekonomi dan tingkat pertumbuhannya menjadi berbeda. Ada sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan yang pesat dan ada yang lambat. Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi menyebabkan perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja masing-masing sektor dan secara berangsur-angsur akan terjadi perubahan, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Perbedaan penyerapan tenaga kerja inilah menggambarkan elastisitas kesempatan kerja.

Elastisitas kesempatan kerja dapat digunakan untuk memperkirakan perkembangan kesempatan kerja dengan memperhatikan laju pertumbuhan ekonomi (secara keseluruhan ataupun sektoral) dengan rumus (Sumarsono, 2003):

Y Y

N N E

/ / ∆ ∆

= ... (1) Dimana : E = Elastisitas kesempatan kerja


(32)

Y = Laju pertumbuhan Ekonomi

N = Jumlah angkatan kerja yang bekerja Y = Jumlah PDRB

Apabila laju pertumbuhan kesempatan kerja dinyatakan dengan k dan laju pertumbuhan ekonomi dikatakan dengan g, maka persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi :

k = E.g ... (2)

Jadi konsep elastisitas kesempatan kerja dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan tenaga kerja secara sektoral ataupun secara keseluruhan dengan mengacu pada laju pertumbuhan ekonomi. Dan konsep elastisitas ini sangat penting menjadi perhatian dalam menentukan jenis-jenis pendidikan ataupun pelatihan yang tepat dikembangkan dalam suatu wilayah.

2.4. Perencanaan Pendidikan untuk Ketenagakerjaan melalui Pendidikan SMK

2.4.1. Perencanaan Pendidikan

Perencanaan pendidikan menurut CE Beeby (dalam Enoch, 1992) “the

excercising of foresight in determining the policy, prioritie and cost of an educational system, having due regard for economic and political realities, for the system’s potential for growth and for the needs of the country an of pupils served by the system”.

Perencanaan pendidikan adalah usaha melihat ke masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan, prioritas dan pembiayaan pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial politik, untuk


(33)

pengembangan peserta didik dan pemenuhan kebutuhan pembangunan bangsa. Defenisi perencanaan pendidikan tersebut memberikan penekanan fungsi perencanaan pendidikan sebagai alat untuk mengatur sistim pendidikan dengan memberikan perhatian yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi, pengembangan sumber tenaga kerja dan terhadap perencanaan makro.

Defenisi lain dari perencanaan pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan seperangkat alternatif keputusan bagi kegiatan pendidikan masa depan yang diarahkan kepada pencapaian tujuan optimal dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya menyeluruh dari suatu negara. (Enoch, 1992). Fungsi perencanaan pendidikan dalam defenisi ini adalah sebagai suatu strategi menghasilkan langkah-langkah mencapai tujuan dengan arah yang ditetapkan oleh garis-garis kebijaksanaan. Selanjutnya dikatakan bahwa sebagaimana umumnya perencanaan, perencanaan pendidikan juga mencakup tiga unsur pokok, yaitu keadaan sekarang (data/informasi sebagai hasil potret situasi sekarang), keadaan yang diharapkan (sasaran) dan strategi pencapaian (langkah-langkah, usaha, taktik atau cara)

2.4.2. Perencanaan Pendidikan untuk Ketenagakerjaan

Konsep pendekatan pendidikan untuk ketenagakerjaan adalah usaha-usaha yang mengarahkan kegiatan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan nasional/wilayah akan tenaga kerja. (Enoch, 1992). Pendekatannya mengutamakan keterkaitan lulusan dengan kebutuhan tenaga kerja, baik dalam hal jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas).


(34)

Pendekatan ketenagakerjaan ini muncul untuk menjawab kritikan di negara-negara sedang berkembang akibat munculnya gejala pengangguran terdidik.

Dalam perencanaan pendidikan untuk ketenagakerjaan, kebutuhan pendidikan dilakukan dengan menganalisis proyeksi kebutuhan tenaga kerja persektor ekonomi dan menurut lapangan ekonomi (Davis, 1980). Tenaga kerja diklasifikasikan menurut sektor dan lapangan usaha, dan meramalkan kebutuhan tenaga kerja masa datang sesuai dengan asumsi atau target pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya Davis mengasumsikan kebutuhan akan tenaga kerja dapat diterjemahkan sebagai kebutuhan akan jenis pendidikan dan pelatihan.

Depdiknas membuat suatu bagan pengkalisifikasian jenjang pendidikan dengan tingkat jabatan/pekerjaan, seperti pada Gambar 1

Sumber: Depdiknas, dalam Enoch, 1999


(35)

2.4.3. Pendidikan Menengah Kejuruan

Rupet Evans (dalam Djojonegoro, 1999) mendefenisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan. Defenisi ini mengandung pengertian bahwa setiap bidang studi adalah pendidikan kejuruan sepanjang, bidang studi tersebut dipelajari lebih mendalam dari bidang studi yang lain, dan kedalamannya dimaksudkan sebagai bekal utama memasuki dunia kerja.

Defenisi lain menurut United States Congress (dalam Djojonegoro, 1999) mengatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah program pendidikan yang secara langsung dikaitkan dengan penyiapan seseorang untuk pekerjaan tertentu. Pengertian lebih spesifik tentang Pendidikan Menengah Kejuruan dijabarkan dalam PP. No. 29 tahun 1990 yang menyatakan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu

Defenisi tersebut menjelaskan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan lulusannya untuk memasuki lapangan kerja. Orientasi semacam ini membawa konsekuensi bahwa pendidikan kejuruan harus selalu dekat dengan dunia kerja. Pendidikan kejuruan dapat dilakukan melalui pendidikan formal ataupun informal. Dalam jalur informal, pendidikan kejuruan dapat dilakukan melalui kursus ataupun balai latihan kerja. Dalam sistim persekolahan di Indonesia, pendidikan kejuruan dilakukan melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).


(36)

2.4.4. Kelompok Keahlian, Bidang Keahlian dan Program Keahlian di SMK Penamaan sebuah SMK ditentukan oleh kelompok keahlian yang dimilikinya (Kurikulum SMK, 2004). Sebagai contoh SMK dengan kelompok keahlian Teknologi dan Industri dinamakan SMK Teknologi dan Industri (dulu STM), SMK yang dengan kelompok keahlian Bisnis dan Manajemen disebut SMK Bisnis dan Manajemen (dulu SMEA), dan lain-lain. Selanjutnya kelompok keahlian dibagi lagi menjadi beberapa bidang keahlian, dan bidang keahlian menjadi beberapa program keahlian. Menurut kurikulum SMK edisi 2004, terdapat 17 kelompok keahlian, 21 bidang keahlian dan 104 program keahlian. Program keahlian inilah yang menjadi ujung tombak pendidikan SMK dalam memasuki dunia kerja, karena spesifikasi keterampilan yang dimiliki oleh lulusan SMK adalah sesuai dengan program keahlian yang diikutinya. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, pihak-pihak yang terkait dalam pegembangan program keahlian di SMK selalu melakukan penyesuaian dengan perkembangan dunia usaha dan dunia industri. Program tersebut dikenal dengan nama Re-engineering Program Keahlian. (Bukit, 2003)

Secara khusus pengertian re-engineering program keahlian adalah proses penataan, perencanaan dan implementasi pendidikan menengah kejuruan melalui analisis dan pengkajian potensi wilayah sebagai langkah penyesuaian bidang/program keahlian yang diselenggarakan oleh SMK, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan wilayah (Bukit, 2003). Konsekuensi dari hasil re-engineering adalah dibukanya program keahlian baru yang sesuai dengan potensi daerah dan memiliki prospek membangun perekonomian daerah dan sebaliknya ditutupnya program keahlian yang


(37)

tidak lagi sesuai dengan potensi daerah, bahkan memiliki kecenderungan lulusan sudah jenuh di pasar kerja. Program-program keahlian yang bersumber pada pengembangan sumberdaya alam termasuk perikanan dan kelautan menjadi program unggulan terdepan, disusul dengan bidang teknologi dan industri, bidang pariwisata dan perhotelan, bidang kimia analisis, geologi pertambangan, dan yang lainnya

2.5. Minat Siswa Memilih Program Keahlian 2.5.1. Defenisi Minat

Minat merupakan kecenderungan afektif seseorang membuat pilihan aktivitas (Muhadjir, 1992). Kondisi-kondisi insidentil dapat merubah minat seseorang. Sehingga dapat dikatakan minat itu tidak stabil sifatnya. Kondisi-kondisi insidentil dimaksud dapat datang dari dalam dan luar diri seseorang. Minat mengekspresikan unsur afektif, bukan tertuju pada objek tertentu, melainkan tertuju pada pilihan

Minat merupakan kecenderungan yang agak menetap dalam diri subjek, sehingga merasa tertarik pada suatu bidang atau hal-hal tertentu, dan merasa senang berkecimpung di dalam bidang atau hal tersebut (Wingkel,1985). Karena begitu pentingnya peran minat dalam kehidupan seseorang, sehingga minat nantinya akan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan prilaku seseorang.

Crow (dalam Rohidin, 2006) menyatakan minat yang terdiri aspek kognitif dan aspek afektif tersebut dapat berkurang dan bertambah. Pada dasarnya seseorang itu hanya memiliki minat sangat sedikit dari bawaannya. Seseorang yang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu aktivitas tertentu, misalnya berbentuk permainan


(38)

atau pekerjaan, maka ia akan berusaha keras untuk belajar dan aktif dalam aktivitas tersebut dibandingkan dengan orang yang mempunyai minat yang rendah terhadap aktivitas tersebut

Muhadjir (1992) menjelaskan bahwa minat mempunyai dua aspek yaitu : 1. Aspek kognitif, yaitu aspek yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang

berkaitan dengan minat. Aspek ini berkembang dari pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, serta dari berbagai jenis media massa ataupun berdasarkan pengamatan pada lingkungan sekitar.

2. Aspek afektif, yaitu konsep yang membangun aspek kognitif yang dinyatakan dalam sikap yang ditimbulkan minat.

Walaupun kedua aspek tersebut penting peranannya dalam menentukan apa yang akan dan yang tidak akan dikerjakan oleh seseorang, namun aspek afektiflah yang lebih besar peranannya. Karena aspek afektif mempunyai peran yang lebih besar dalam memotivasi dari pada aspek kognitif, dan aspek afektif cenderung lebih tahan terhadap perubahan dibandingkan dengan aspek kognitif. Jadi, dengan kata lain minat timbul didahului oleh pengetahuan dan informasi, kemudian disertai dengan rasa senang dan timbul perhatian terhadapnya, serta ada hasrat dan keinginan untuk melakukannya.

Karena itu minat merupakan salah satu faktor yang penting yang harus ada dalam diri manusia, karena tanpa minat terhadap sesuatu, seseorang tidak akan merasakan adanya kepuasan. Ini berarti minat merupakan daya dorong untuk pencapaian sesuatu dan pada akhirnya akan membentuk pola hidup manusia. Bahkan


(39)

dapat dikatakan bahwa keberhasilan dan perkembangan hidup manusia, sebagian besar ditentukan oleh minatnya.

Ketika seorang lulusan SLTP memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke SMK Teknologi & Industri, maka sebenarnya dianya sudah berfikir tentang pekerjaan di masa mendatang. Semakin yakin atas pekerjaan yang diidamkan maka semakin besar pula minat mereka terhadap program keahlian tersebut. Pilihan program keahlian harus didasarkan pada minat, karena apabila suatu kegiatan didasari karena adanya minat maka ia akan termotivasi menekuni pilihian tersebut. Program keahlian pilihannya tersebut, kelak akan sangat menentukan keberhasilannya setelah lulus SMK

Minat terhadap program keahlian tersebut, seperti yang telah diungkapkan diatas dipengaruhi aspek kognitif dan afektif sang siswa. Aspek kognitif yaitu berupa informasi dan pengamatan serta pengetahuan tentang program keahlian SMK yang didapatkan siswa selama belajar di bangku SLTP, hingga saat memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke SMK. Selanjutnya aspek afektifnyalah yang akan mempengaruhi besar kecilnya minatnya. Maka jika informasi yang didapatkan oleh calon siswa SMK tentang tidak lengkap atau bahkan salah, maka selanjutnya akan mempengaruhi minat. Jadi yang penting adalah informasi dan pengetahuan yang benar dan tepat, yang dapat memberikan gambaran yang diminatinya. Setelah mendapatkan gambaran dan informasi, seseorang dapat memilih untuk meneruskan minatnya itu atau malah mengurungkan minatnya menekuni suatu bidang tertentu.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat siswa/siswi untuk memilih program keahlian di SMK adalah suatu kesukaan,


(40)

kesenangan, keinginan yang terdapat pada siswa/siswi terhadap suatu program keahlian dengan didasarkan pada jenis pekerjaan yang diinginkan setelah lulus SMK, sehingga ia termotivasi untuk menentukan program keahlian yang akan diikutinya

2.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa Memilih PK TMO

Minat banyak kaitannya dengan motivasi, karena minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan yang lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan. Pada dasarnya minat itu belum stabil, namun minat dapat menjadi lebih stabil jika berlandaskan pandangan hidup (Muhadjir, 1992). Minat seseorang siswa lulusan SLTP akan program keahlian yang ada di SMK, pada dasarnya belum stabil baik sejak dia masih di SLTP hingga saat hendak mendaftarkan diri. Minat yang sudah dimilikinya sejak SLTP akan suatu program keahlian di SMK bisa saja berubah sewaktu-waktu, tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi aspek afektifnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Frisbee, dkk (1999) terhadap 607 sampel dari 8 Institusi Pendidikan Kejuruan Teknik Otomotif di Amerika Serikat menemukan ada 4 faktor yang signifikan (dari 17 faktor) mempengaruhi minat siswa pada Program Kejuruan Teknik Otomotif Program 4 tahun, yaitu popularitas Program Keahlian Teknik Otomotif (62,3%), popularitas institusi pendidikan penyelenggara (40,6%), dorongan orang tua (24,1%) dan kunjungan ke kampus (22,3%)


(41)

Karena dalam kajian ini, variabel yang diteliti adalah variabel yang mempengaruhi minat siswa memilih PK TMO, tanpa mempersoalkan minat siswa memilih institusi SMK (sekolah), maka variabel-variabel selanjutnya akan diteliti adalah popularitas PK TMO, dorongan orang tua dan peluang kerja/usaha. Variabel peluang kerja muncul sebagai faktor yang diduga mempengaruhi minat siswa memilih PK TMO berdasarkan pengamatan peneliti selama bertugas di SMK, jika siswa ditanya kenapa minatnya ke teknik otomotif, sebagian siswa menjawab karena peluang kerjanya terbuka luas.

2.5.3. Popularitas PK TMO

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, popularitas berasal dari kata populer, berarti sesuatu yang dikenal dan disukai, dikagumi orang banyak (KBBI, 1999). Populer berarti bahwa sesuatu objek lebih dikenal oleh masyarakat melebihi objek lain yang setaraf. Popularitas berarti sejauh atau sampai dimana sesuatu objek dikenal atau disukai oleh subjek. Popularitas bersifat subjektif, ukurannya tergantung pada subjek yang menilai, mengenal dan mengetahui objek

Berdasarkan pengertian tersebut, maka popularitas PK TMO adalah pada tingkat di mana PK TMO lebih dikenal atau diketahui oleh masyarakat, khususnya oleh orang tua siswa dan oleh siswa lulusan SLTP, jika dibandingkan dengan program keahlian lainnya di SMK Teknologi dan Industri. Beberapa hal yang dapat menggambarkan popularitas PK TMO adalah reputasi PK TMO dan jumlah peserta didik yang selalu lebih banyak jika dibandingkan dengan program keahlian lainnya.


(42)

Frisbee, dkk (2000) dalam penelitiannya dengan topik: What Influences Students

to Attend Four-Year Automotive Programs menemukan menemukan bahwa popularitas

program keahlian teknik otomotif menjadi faktor yang paling signifikan mempengaruhi minat memilih program teknik otomotif tersebut. Hal ini disebabkan reputasi program teknik otomotif tersebut yang mampu mengantarkan lulusannya memasuki lapangan kerja di industri otomotif terkenal. Reputasi ini diketahui oleh calon siswa yang membaca brosur atau iklan yang dibagikan kepada calon siswa.

Selain reputasi dalam menghasilkan lulusan yang mampu mengisi lapangan kerja pada industri otomotif bergengsi, popularitas PK TMO dalam pandangan siswa dan lulusan SLTP terbentuk melalui sosialisasi yang dilakukan oleh SMK yang selalu menonjolkan PK TMO, jumlah peminat yang selalu jauh lebih banyak, ketersediaan sarana-prasarana bengkel yang relatif lebih lengkap dibandingkan dengan program keahlian lain.

2.5.4. Dorongan Orang Tua

Jika mengacu pada standar umum lamanya pendidikan dasar adalah 6 tahun, SLTP 3 tahun, maka perkiraan usia seorang lulusan SLTP adalan berkisar antara 15-17 tahun, maka usia tersebut masuk dalam kategori remaja. Menurut Hurlock (dalam Iskandarsyah, 2006) usia remaja dikelompokkan dalam 2 tahap, yaitu remaja awal 13-17 tahun, dan remaja akhir mulai 18 tahun sampai batas usia dewasa secara hukum. Masa remaja sebagai periode perkembangan yang paling penting bagi individu pada kenyataannya merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan rentan


(43)

munculnya masalah dan secara psikologi, karena dianya masih labil. Karenanya seorang remaja belum mampu memutuskan sesuatu secara realistis dan total, masih sangat membutuhkan arahan, bimbingan dan dorongan bahkan dominasi dari luar dirinya, khususnya orang tua. Misalnya dalam hal pilihan pendidikan yang akan diikuti oleh sang anak.

Iskandarsyah (2006) mengatakan bahwa pada saat remaja, sesorang telah mempunyai minat pada pendidikan dan minat pada pekerjaan. Hal ini terkadang dinyatakan dalam bentuk cita-cita. Namun, cita-cita tersebut masih dapat berubah-ubah sesuai dengan apa yang dilihatnya, atau karena informasi yang didengarnya. Di lain pihak ada orang tua yang merasa bertanggungjawab mengikuti perkembangan sang anak. Orang tua yang sudah mempunyai pengalaman, menyadari bahwa pilihan pendidikan bagi anaknya akan menetukan masa depan anaknya, dalam hal ini adalah pekerjaan buat anak dimasa depan. Sehingga diperlukan keterlibatan dan peranan orang tua terhadap sang anak, khususnya dalam bentuk dorongan.

Dorongan atau motif (motine) berasal dari akar kata bahasa latin "movere" yang kemudian menjadi "motion" yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak. Jadi motive merupakan daya dorong, daya gerak atau penyebab seseorang melakukan berbagai kegiatan dan tujuan tertentu. Selanjutnya dikatakan bahwa motivasi orang tua tersebut didasarkan pada kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan harapan

(expectation). Kebutuhan adalah sesuatu yang tak dapat ditunda, dalam hal ini bahwa

sang anak membutuhkan pendidikan/sekolah. Sementara keinginan adalah sesuatu yang bersifat jangka menengah, yaitu keinginan bahwa si anak akan mengikuti proses


(44)

pendidikan dengan baik. Kemudian harapan orang tua bahwa si anak akan memiliki pekerjaan dan karir yang baik setelah lulus pendidikan

Maka sesuai dengan pengertian di atas, dorongan orang tua adalah suatu daya gerak yang membentuk minat sang anak untuk memilih sesuatu, yang didasarkan pada kebutuhan (needs), kehendak (wants) dan harapan (expectation) sang orang tua

2.5.5. Peluang Kerja/Usaha Bidang Otomotif

Istilah peluang kerja mengandung pengertian tersedianya lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi dalam menghasilkan barang dan jasa. Dengan demikian pengertian peluang kerja mencakup lapangan pekerjaan yang masih lowong (Sumarsono,2003). Timbulnya peluang kerja ini adalah akibat meningkatnya permintaan masyarakat terhadap barang atau jasa yang dihasilkan. Berdasarkan pengertian tersebut, peluang kerja bidang otomotif adalah lapangan pekerjaan yang timbul akibat meningkatnya permintaan dan kebutuhan masyarakat akan produk dan jasa bidang otomotif, misalnya kebutuhan akan kenderaan bermotor. Selanjutnya jumlah kendaraan yang meningkat akan meningkatkan jumlah usaha bengkel kendaraan bermotor.

Mengacu pada kurikulum PK TMO pengertian bidang otomotif semakin fokus dan mengarah pada spesialisasi, yaitu berkaitan dengan perawatan dan perbaikan kendaraan bermotor (Kurikulum SMK, 2004). Struktur kurikulum PK TMO adalah menghasilkan lulusan dengan kompetensi utama perawatan dan perbaikan kendaraan bermotor. Ruang lingkup jabatan pekerjaan bagi lulusan PK TMO antara lain: (1)


(45)

Mekanik Engine Otomotif; (2) Mekanik Power Train Otomotif; (3) Mekanik Chasis dan Suspensi Otomotif; dan (4) Mekanik Sistem Elektrik Otomotif

2.6. Keterserapan Lulusan SMK di Lapangan Kerja

Lulusan SMK adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan. Syarat-syarat seorang siswa SMK dinyatakan lulus akan dibuktikan dengan kepemilikan dokumen-dokumen sebagai berikut :

1. Sertifikat Praktek Kerja Industri (sering disebut dengan sertifikat PSG = Pendidikan Sistem Ganda), menerangkan yang bersangkutan telah menyelesaikan pendidikan praktek kerja di dunia usaha dan dunia industri yang relevan. Sertifikat PSG ini diterbitkan oleh dunia usaha/dunia industri (DU/DI) tempat siswa melaksanakan PSG

2. Ijasah Sekolah Menengah Kejuruan, menerangkan yang bersangkutan telah menyelesaikan pendidikan di SMK, diterbitkan oleh Depdiknas dan ditandatangani oleh Kepala SMK bersangkutan

3. Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) menerangkan yang bersangkutan telah lulus Ujian Nasional dan Ujian Kompetensi Keahlian dan menerangkan nilai yang diperoleh

4. Sertifikat Kompetensi menerangkan yang bersangkutan telah lulus Ujian Kompetensi. Uji Kompetensi dilaksanakan di sekolah atau DU/DI, dan penilaian akhir ditentukan oleh DU/DI. Diterbitkan oleh SMK bersangkutan dan ditanda-tangani bersama-sama oleh Kepala SMK dan DU/DI penguji


(46)

5. Transkrip Nilai menerangkan nilai yang diperoleh siswa atas seluruh mata diklat yang diajarkan selama belajar di SMK dan meneragkan sub-sub kompetensi yang telah dikuasai.

6. Buku Laporan Hasil Belajar SMK sebagai laporan selama siswa mengikuti pendidikan di SMK.

Keterserapan lulusan SMK di lapangan kerja adalah tingkat atau persentase keberhasilan lulusan SMK untuk memasuki lapagan kerja. Keterserapan ini dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda. Kagaari (2007) mengajukan konsep ’employability’ dan ’absorbability’ yaitu :

1. Manpower Employability adalah mampu-tidaknya lulusan memasuki dunia kerja dilihat dari sisi kemampuan kerja lulusan, artinya lulusan mampu-kerja (employ-able), karena memang memiliki kemampuan. Employability adalah sebuah jaminan (securing) kualitas dan keterampilan lulusan untuk dapat dipekerjakan

2. Manpower Absorbability adalah sebuah resiko (risk), artinya bekerja tidaknya lulusan adalah sebagai resiko ada/tidak adanya peluang kerja. Lulusan dapat bekerja atau tidak, ditentukan oleh kesempatan kerja yang tersedia.

Samsudi (dalam Muliati, 2007) menyatakan bahwa keterserapan lulusan SMK dalam lapangan kerja di Indonesia masih sekitar 61%. Banyak faktor yang berkaitan dengan ketidakterserapan lulusan SMK tersebut, namun yang paling dominan adalah masalah belum tercapainya ”link and match” antara SMK dengan dunia kerja/dunia usaha, baik dalam hal kualitas maupun kuantitas lulusan.


(47)

2.7. Penelitian Sebelumnya yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain :

1. Frisbee, dkk (2000): What Influences Students to Attend Four-Year Automotive

Programs menemukan setidaknya ada 17 faktor yang mempengaruhi siswa memilih

Program Teknik Otomotif. Beberapa diantaranya yang pengaruhnya paling signifikan adalah Popularitas Program Keahlian Teknik Otomotif, Dorongan Orang Tua dan Kesempatan Kerja.

2. Lee, dkk (2002): Changes of Economic Environment and Technical & Vocational

Education in Korea menyatakan bahwa pendidikan kejuruan menunjukkan peranan

yang sangat penting dalam memberdayakan masyarakat menghadapi perubahan perekonomian Korea. Pada era 80an orientasinya adalah untuk menghasilkan tenaga terampil mendukung industri berat dan industri kimia. Pada era 90an orientasinya mulai bergeser ke industri teknologi tinggi (hi-tech industry). Pada era 2000an, ekonomi Korea sedang bergeser ke industri jasa dan teknologi informatika. Keberadaan pendidikan kejuruan selalu sinkron dengan perubahan struktur ekonomi.

3. Muliati, (2007) dalam disertasinya : Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda, Suatu Penelitian Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance Model Mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan menyimpulkan salah satu temuannya bahwa keterserapan lulusan Program Keahlian Jasa Usaha Pariwisata TP. 2004/2005 di Sulawasi Selatan dalam tenggang waktu 11 bulan baru mencapai 20%, dan pada TP. 2005/2006 sebesar 46,51%.


(48)

4. Endah, dkk (2008) : Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja Untuk Mendukung Peningkatan Potensi Wilayah di Surabaya, menyatakan bahwa salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap ketidak-terserapan lulusan SMK di pasar kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja tamatan SMK, baik secara kuantitas maupun kualitas dan banyak program keahlian dibuka belum berorientasi pada kebutuhan pasar kerja.

2.8. Kerangka Berpikir

Pengembangan wilayah dan pengembangan SDM melalui pendidikan adalah dua masalah yang saling berpengaruh secara timbal balik. Salah satu upaya pengembangan SDM yang sangat intensif dilakukan pemerintah adalah melalui jalur pendidikan SMK. Kekuatan link and match antara Pendidikan SMK terletak pada kemampuan mengembangkan dan menata program keahlian yang dimiliki SMK sebagai ujung tombak yang mempertemukan lulusan dengan lapangan kerja. Keterampilan yang dimiliki lulusan SMK sebagai modal untuk memasuki pasar kerja atau membuka usaha ditentukan program keahlian yang diikutinya.

Masalahnya adalah bagaimana menata program keahlian yang ada di SMK agar relevan dengan kebutuhan pasar kerja, baik dalam hal mutu (kualitas) maupun jumlah (kuantitas) lulusan. Seharusnya perkembangan/transformasi struktur ekonomi dan struktur ketenagakerjaan menjadi salah satu dasar penataan program keahlian di SMK. Diperlukan informasi yang baik dan mudah dipahami tentang kondisi ketenagakerjaan


(49)

suatu wilayah, bagi masyarakat, khususnya orang tua dan calon peserta didik di SMK. Fakta yang dijumpai di SMK Teknologi Industri di Medan adalah peserta didik cenderung menumpuk pada Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif (PK TMO), sementara ada program keahlian yang tidak diminati oleh lulusan SLTP, sekalipun peralatan sudah tersedia, misalnya Program Keahlian Teknik Pemesinan, Las Fabrikasi dan Logam, Teknik Bangunan. Padahal indikasi pesatnya pembangunan infrastruktur di Medan sangat membutuhkan lulusan program keahlian tersebut.

Proporsi peserta didik untuk setiap perogram keahlian yang mendekati keseimbangan, diharapkan akan berdampak positif terhadap keterserapan lulusan di pasar kerja, sehingga angka pengangguran berkurang. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya, bahwa peminat SMK Teknologi dan Industri di Medan menumpuk pada PK TMO, dikawatirkan lulusannya tidak akan tertampung di pasar kerja, karena sudah jenuh. Atau lulusan akan bekerja pada bidang pekerjaan yang tidak didukung keterampilannya, sehingga berakibat rendahnya produktivitas dan kurang dihargainya lulusan tersebut di pasar kerja. Selanjutnya kerangka berpikir ini digambarkan dalam bentuk bagan pada gambar 2.2.


(50)

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir 2.9. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. (Sugiyono, 2007). Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

Secara bersama-sama dan secara parsial (sendiri-sendiri) faktor dorongan orang tua, popularitas PK TMO, dan peluang kerja/usaha berpengaruh positif terhadap minat siswa memilih PK TMO.

Potensi Wilayah Pendidikan SMK • Dorongan Orang

Tua

• Popularitas

Program Keahlian • Peluang

Kerja/Usaha

Kesempatan Kerja

Keterserapan Lulusan Program Keahlian Minat Siswa


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Karena luasnya ruang lingkup pembahasan dan kajian tentang keberadaan SMK dan potensi wilayah serta luasnya objek penelitian, maka untuk menghindari pemahaman yang berbeda, penulis merasa perlu menjelaskan batasan kajian dalam penelitian ini.

Ruang lingkup keberadaan SMK dalam kajian penelitian ini adalah keberadaan siswa peminat PK TMO dan keterserapan lulusannya di lapangan kerja atau lapangan usaha. Sedangkan yang dimaksud dengan potensi wilayah adalah potensi dan kesempatan kerja bidang otomotif.

Selanjutnya akibat luasnya objek penelitian, maka peneliti membuat pembatasan objek penelitian sebagai berikut :

a. Program keahlian dibatasi pada PK TMO, dengan alasan sesuai data dan pengamatan bahwa kecenderungan pilihan peserta didik pada SMK Teknologi dan Industri didominasi oleh PK TMO

b. SMK Teknologi dan Industri dibatasi pada SMK Teknologi dan Industri berstatus swasta dengan alasan bahwa fenomena ketimpangan peserta didik pada PK TMO hanya terjadi di SMK Teknologi dan Industri swasta, sedangkan pada SMK Negeri hal ini tidak terjadi karena adanya penetapan jumlah peserta didik perprogram keahlian, sementara di SMK Swasta pembatasan tersebut tidak ada.


(52)

c. Lokasi penelitian dibatasi 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung, dengan alasan memiliki jumlah siswa otomotif terbesar dibandingkan dengan kecamatan lain.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Teknologi dan Industri Swasta yang memiliki PK TMO, yang berlokasi di wilayah Kecamatan Medan Tembung dan Medan Helvetia. Kedua kecamatan ini merupakan bagian wilayah Kota Medan. Waktu penelitian dilakukan selama 5 bulan, dilaksanakan dari bulan Maret – Juli 2009.

3.3. Rancangan Penelitian

3.3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menurut metodenya adalah penelitian survey, yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi, tetapi data yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel. (Kerlinger dalam Sugiyono, 2007).

Menurut analisis dan jenis data, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka, meskipun berupa data kualitatif sebagai pendukungnya, seperti kalimat yang tersusun dalam angket. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data kualitatif yang diangkakan misalnya didapat melalui kuesioner dengan skala pengukuran. Suatu pernyataan memerlukan alternatif jawaban,


(53)

misalnya: sangat setuju diberi angka 4, setuju 3, kurang setuju 2, dan tidak setuju 1 (Sugiyono, 2007).

Menurut tingkat eksplanasinya, karena permasalahan yang diangkat pada penelitian ini ada dua, maka pendekatan penelitian ada dua jenis yaitu :

a. Permasalahan pertama : bagaimana pengaruh dorongan orang tua, popularitas PK TMO dan peluang kerja/usaha terhadap minat siswa memilih PK TMO, adalah permasalahan asosiatif. Maka jenis penelitiannya adalah penelitian asosiatif, yaitu suatu pertanyaan penelitian yang bersifat menghubungkan dua variabel atau lebih. (Sugiyono, 2007). Ada variabel independent (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependent (dipengaruhi). Variabel independent dalam permasalahan pertama adalah dorongan orang tua (X1), popularitas PK TMO (X2), dan peluang kerja/usaha (X3) dan variabel terikat adalah minat siswa memilih program keahlian TMO (Y).

b. Permasalahan kedua: bagaimana tingkat keterserapan lulusan PK TMO di lapangan kerja/usaha adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau hubungan dengan variabel lain (Sugiyono, 1999)

3.3.2. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2007), populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini sebagai berikut:


(54)

A. Untuk permasalahan pertama, populasinya adalah seluruh siswa Tingkat I PK TMO SMK Swasta di Kecamatan Medan Tembung dan Medan Helvetia Kota Medan.

Tabel 3.1. Populasi Penelitian Tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa Memilih PK TMO

Kecamatan No. Nama Sekolah Jumlah Populasi

(orang)

Medan Helvetia

1 SMK Swasta Markus 2 134

2 SMK Teladan Sumatera Utara 2 183

3 SMK Swasta NU 2 50

4 SMK Swasta Sutan Oloan 45

5 SMK Swasta Eka Prasetia 1 210

6 SMK Swasta Arrahman 2 115

Medan Tembung 7 SMK Swasta Prayatna 351

8 SMK Swasta Teladan 490

Jumlah 1578

B. Populasi penelitian untuk permasalahan kedua adalah seluruh lulusan PK TMO TP.2006/2007, dengan asumsi alumni satu tahun terakhir (TP.2007/2008) masih sedang dalam proses mendapatkan lapangan kerja (masa tunggu)


(55)

Tabel 3.2. Populasi Penelitian untuk Mengetahui Keterserapan Lulusan PK TMO pada Lapangan Kerja

Kecamatan No. Nama Sekolah Jumlah Lulusan TP

2006/2007(orang)

Medan Helvetia

1 SMK Swasta Markus 2 139

2

SMK Teladan Sumatera Utara

2 102

3 SMK Swasta NU 2 48

4 SMK Swasta Sutan Oloan 30

5 SMK Swasta Eka Prasetia 1 213

6 SMK Swasta Arrahman 2 95

Medan Tembung

7 SMK Swasta Prayatna 2 356

8 SMK Swasta Teladan 498

TOTAL 1481

3.3.3. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dianggap mewakili dari objek penelitian. Penetapan anggota sampel dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan Roscoe (dalam Sugiyono, 2007) yang mengatakan:

a. Ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai dengan 500.

b. Bila sampel dibagi dalam kategori, maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.

c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariat (korelasi atau regresi berganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti (independen ditambah dependen).


(56)

Berdasarkan pada referensi tersebut dan dengan pertimbangan populasi yang homogen serta asumsi untuk memperoleh distribusi yang merata pada setiap SMK, ditetapkan jumlah sampel masing-masing masalah penelitian sebagai berikut :

a. untuk permasalahan pertama jumlah ditetapkan jumlah sampel untuk masing-masing SMK sebanyak 10 orang. Karena SMK yang menjadi lokasi penelitian ada 8 unit, maka jumlah sampel adalah 80 orang. Teknik pengambilan sampel adalah secara acak sederhana (Simple Random Sampling).

b. Untuk permasalahan kedua, jumlah sampel ditentukan sebanyak 100 orang, dengan jumlah sampel untuk masing-masing SMK didasarkan pada besarnya persentase jumlah populasi dari masing-masing SMK objek penelitian. Teknik pengambilan sampel adalah secara acak sederhana (Simple Random Sampling).

Tabel 3.3. Sampel Penelitian

Masalah Penelitian Nama SMK Populasi

(Orang)

Sampel (Orang) A.Untuk mengetahui

pengaruh faktor dorongan orang tua, popularitas PK TMO, dan Peluang

Kerja/Usaha terhadap minat memilih PK TMO

1.SMK Swasta Markus 2 134 10

2.SMK Teladan Sumatera

Utara 2 183 10

3.SMK Swasta NU 2 50 10

4.SMK Swasta Sutan Oloan 45 10 5.SMK Swasta Eka Prasetia 1 210 10 6.SMK Swasta. Arrahman 2 115 10 7.SMK Swasta Prayatna 2 351 10

8.SMK Swasta Teladan 490 10


(57)

Lanjutan Tabel 3.3.

Masalah Penelitian Nama SMK

Populasi (Orang)

Sampel (Orang)

B. Untuk mengetahui ketersepan lulusan PK TMO di lapangan kerja

SMK Swasta Markus 2 139 9

SMK Teladan Sumatera Utara

2 102 7

SMK Swasta NU 2 48 4

SMK Swasta Sutan Oloan 30 3

SMK Swasta Eka Prasetia 1 213 14

SMK Swasta Arrahman 2 95 6

SMK Swasta Prayatna 2 356 24

SMK Swasta Teladan 498 33

Jumlah 100

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik angket (kuisioner). Angket disusun dan digandakan sebanyak jumlah responden, untuk kemudian disebarkan dengan cara mendatangi langsung responden. Tujuan penyebaran angket ini adalah untuk menjaring data tentang bagaimana faktor dorongan orang tua, popularitas PK TMO dan peluang kerja/usaha mempengaruhi minat siswa memilih PK TMO dan menjaring data tentang keterserapan lulusan (kesesuaian bidang pekerjaan dengan bidang keterampilan, lamanya waktu untuk mendapat pekerjaan)

b. Teknik pengumpulan data sekunder, dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan dan dokumentasi dari berbagai instansi terkait, seperti Kantor DIKNAS Kota


(58)

Medan, SMK terkait, BPS dan Dinas Disperindag serta perpustakaan mengenai hasil-hasil penelitian terdahulu serta literatur yang mendukung studi ini serta untuk melengkapi pembahasan hasil penelitian

c. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan skala Likert dalam 5 kategori yaitu; 5 = Sangat Setuju (SS), 4 = Setuju (S), 3 = Kurang Setuju (KS), 2 = Tidak Setuju (TS), 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data untuk mengetahui pengaruh dorongan orang tua (X1), popularitas

PK TMO (X2), dan peluang kerja/usaha (X3) terhadap minat memilih PK TMO (Y)

adalah analisis regresi linear berganda, dilakukan dengan bantuan pogram software komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) dengan tahapan analisis sebagai berikut:

1. Analisis Korelasi Ganda (R), untuk mengetahui koefisien korelasi (R), dan selanjutnya berdasarkan besarnya koefisien korelasi akan diberikan interpretasi kuat lemahnya hubungan antara ketiga variabel bebas (secara serentak) terhadap variabel terikat. Menurut Sugiyono (2007), pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi sebagai berikut : 0,00–0,199=sangat rendah; 0,20– 0,399 = rendah; 0,40–0,599 = sedang; 0,60 – 0,799 =kuat; dan 0,80-1,000 = sangat kuat 2. Analisis Determinasi (R2) untuk mengetahui seberapa besar persentase sumbangan


(59)

serentak dalam mempengaruhi minat siswa memilih PK TMO di SMK Swasta Kota Medan

3. Uji koefisien Regresi secara bersama-sama (Uji F), yaitu untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa secara bersama-sama variabel dorongan orang tua, popularitas PK TMO dan peluang kerja/usaha berpengaruh signifikan terhadap minat siswa memilih PK TMO di SMK Swasta di Kota Medan. Signifikan berarti bahwa hubungan tersebut berlaku untuk keseluruhan populasi. Kriteria pengujian adalah :

A. Ho diterima bila Fhitung lebih kecil dari Ftabel

B. Ho ditolak bila Fhitung lebih besar dari Ftabel

4. Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t) ntuk menguji hipotesis penelitian yang mengatakan, secara parsial (sendiri-sendiri) variabel dorongan orang tua, popularitas dan peluang kerja/usaha berpengaruh secara signifikan terhadap minat siswa memilih PK TMO di SMK Teknologi dan Industri Swasta di Kota Medan. Signifikan berarti bahwa hubungan tersebut berlaku untuk keseluruhan populasi. Kriteria pengujian adalah :

A. Ho diterima bila thitung lebih kecil dari ttabel B. Ho ditolak bila thitung lebih besar dari ttabel

Teknik analisis data untuk menjawab permasalahan kedua adalah analisis diskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang


(60)

tampak. Penelitian deskriptif berupaya mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya saat penelitian dilakukan (Sugiono, 2007).

3.6. Variabel Yang Diamati

A. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa dalam memilih PK TMO, variabel-variabel yang diamati meliputi:

1. Minat

2. Popularitas PK TMO 3. Dorongan orang tua 4. Peluang kerja/usaha

B. Variabel-variabel untuk mengetahui keterserapan lulusan PK TMO dalam lapangan kerja :

1. Kesesuaian bidang pekerjaan dengan bidang keterampilan 2. Masa tunggu

3.7. Definisi Operasional

Pengertian dan batasan dari variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Minat adalah suatu sikap yang cenderung memilih PK TMO

b. Popularitas PK TMO adalah suatu keadaan atau kondisi yang membuat PK TMO lebih dikenal masyarakat dibandingkan dengan program studi lain di SMK (keberhasilan lulusan, promosi oleh sekolah, jumlah peminat


(61)

c. Peluang kerja/usaha adalah kesempatan untuk bekerja ataupun membuka usaha di bidang otomotif di kota Medan

d. Dorongan orang tua adalah arahan yang diberikan orang tua agar anak memilih PK TMO

e. Bidang keterampilan adalah keterampilan teknik mekanik otomotif yang didapatkan siswa lulusan PK TMO yang ditunjukkan oleh kepemilikan sertifikat kompetensi lulusan

f. Bidang Pekerjaan adalah kualifikasi pekerjaan berdasarkan keterampilan yang dibutuhkan

g. Masa tunggu adalah lamanya lulusan untuk mendapatkan pekerjaan (bulan)

Untuk variabel a – d, diukur melalui kuesioner yang diajukan kepada responden, menggunakan skala Likert dalam 5 kategori, yaitu 5 = Sangat Setuju (SS), 4 = Setuju (S), 3 = Kurang Setuju (KS), 2 = Tidak Setuju (TS), 1 = Sangat Tidak Setuju (STS).


(1)


(2)

Untuk mempersiapkan lulusan PK TMO memasuki pasar kerja, semenjak belajar di SMK, jiwa kewirausahaan sudah dipupuk,

dengan membuka unit usaha jasa dibidang otomotif. Jasa pencucian sepeda motor (atas), service sepeda motor (bawah)


(3)

Peralatan Carlift (pengangkat mobil), salah satu bantuan ‘Revitalisasi Peralatan’ yang diberikan pemerintah dalam upaya


(4)


(5)

Contoh Peralatan Praktek di PK TMO SMK

Pada saat yang bersamaan dengan waktu penelitian ini, 2 orang utusan pengusaha dari Malaysia sedang menjajaki kerjasama

penyediaan tenaga kerja tamatan SMK Kota Medan bagi beberapa perusahaan di Malaysia


(6)

Bukti keseriusan SMK dalam meningkatkan kualitas lulusannya. Seorang siswa PK TMO sedang mengakses internet yang disediakan di

selasar sekolah (atas). Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris melalui sarana laboratorium bahasa (bawah)