Y = Laju pertumbuhan Ekonomi
N = Jumlah angkatan kerja yang bekerja
Y = Jumlah PDRB
Apabila laju pertumbuhan kesempatan kerja dinyatakan dengan k dan laju pertumbuhan ekonomi dikatakan dengan g, maka persamaan di atas dapat
disederhanakan menjadi :
k = E.g .................................................................... 2
Jadi konsep elastisitas kesempatan kerja dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan tenaga kerja secara sektoral ataupun secara keseluruhan dengan mengacu
pada laju pertumbuhan ekonomi. Dan konsep elastisitas ini sangat penting menjadi perhatian dalam menentukan jenis-jenis pendidikan ataupun pelatihan yang tepat
dikembangkan dalam suatu wilayah.
2.4. Perencanaan Pendidikan untuk Ketenagakerjaan melalui Pendidikan
SMK 2.4.1.
Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan menurut CE Beeby dalam Enoch, 1992 “the excercising of foresight in determining the policy, prioritie and cost of an educational
system, having due regard for economic and political realities, for the system’s potential for growth and for the needs of the country an of pupils served by the system”.
Perencanaan pendidikan adalah usaha melihat ke masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan, prioritas dan pembiayaan pendidikan dengan mempertimbangkan
kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial politik, untuk
Universitas Sumatera Utara
pengembangan peserta didik dan pemenuhan kebutuhan pembangunan bangsa. Defenisi perencanaan pendidikan tersebut memberikan penekanan fungsi perencanaan
pendidikan sebagai alat untuk mengatur sistim pendidikan dengan memberikan perhatian yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi, pengembangan sumber tenaga
kerja dan terhadap perencanaan makro. Defenisi lain dari perencanaan pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan
seperangkat alternatif keputusan bagi kegiatan pendidikan masa depan yang diarahkan kepada pencapaian tujuan optimal dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan
yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya menyeluruh dari suatu negara. Enoch, 1992. Fungsi perencanaan pendidikan dalam defenisi ini adalah sebagai suatu strategi
menghasilkan langkah-langkah mencapai tujuan dengan arah yang ditetapkan oleh garis-garis kebijaksanaan. Selanjutnya dikatakan bahwa sebagaimana umumnya
perencanaan, perencanaan pendidikan juga mencakup tiga unsur pokok, yaitu keadaan sekarang datainformasi sebagai hasil potret situasi sekarang, keadaan yang
diharapkan sasaran dan strategi pencapaian langkah-langkah, usaha, taktik atau cara
2.4.2. Perencanaan Pendidikan untuk Ketenagakerjaan
Konsep pendekatan pendidikan untuk ketenagakerjaan adalah usaha-usaha yang mengarahkan kegiatan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan nasionalwilayah akan
tenaga kerja. Enoch, 1992. Pendekatannya mengutamakan keterkaitan lulusan dengan kebutuhan tenaga kerja, baik dalam hal jumlah kuantitas maupun mutu kualitas.
Universitas Sumatera Utara
Pendekatan ketenagakerjaan ini muncul untuk menjawab kritikan di negara-negara sedang berkembang akibat munculnya gejala pengangguran terdidik.
Dalam perencanaan pendidikan untuk ketenagakerjaan, kebutuhan pendidikan dilakukan dengan menganalisis proyeksi kebutuhan tenaga kerja persektor ekonomi dan
menurut lapangan ekonomi Davis, 1980. Tenaga kerja diklasifikasikan menurut sektor dan lapangan usaha, dan meramalkan kebutuhan tenaga kerja masa datang sesuai
dengan asumsi atau target pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya Davis mengasumsikan kebutuhan akan tenaga kerja dapat diterjemahkan sebagai kebutuhan akan jenis
pendidikan dan pelatihan. Depdiknas membuat suatu bagan pengkalisifikasian jenjang pendidikan dengan
tingkat jabatanpekerjaan, seperti pada Gambar 1
Sumber: Depdiknas, dalam Enoch, 1999
Gambar 2.1. Struktur Pendidikan dan Ketenagakerjaan
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Pendidikan Menengah Kejuruan
Rupet Evans dalam Djojonegoro, 1999 mendefenisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar
lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan. Defenisi ini mengandung pengertian bahwa setiap bidang studi adalah pendidikan
kejuruan sepanjang, bidang studi tersebut dipelajari lebih mendalam dari bidang studi yang lain, dan kedalamannya dimaksudkan sebagai bekal utama memasuki dunia kerja.
Defenisi lain menurut United States Congress dalam Djojonegoro, 1999 mengatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah program pendidikan yang secara
langsung dikaitkan dengan penyiapan seseorang untuk pekerjaan tertentu. Pengertian lebih spesifik tentang Pendidikan Menengah Kejuruan dijabarkan dalam PP. No. 29
tahun 1990 yang menyatakan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk
pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu Defenisi tersebut menjelaskan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan
yang mempersiapkan lulusannya untuk memasuki lapangan kerja. Orientasi semacam ini membawa konsekuensi bahwa pendidikan kejuruan harus selalu dekat dengan dunia
kerja. Pendidikan kejuruan dapat dilakukan melalui pendidikan formal ataupun informal. Dalam jalur informal, pendidikan kejuruan dapat dilakukan melalui kursus
ataupun balai latihan kerja. Dalam sistim persekolahan di Indonesia, pendidikan kejuruan dilakukan melalui Sekolah Menengah Kejuruan SMK.
Universitas Sumatera Utara
2.4.4. Kelompok Keahlian, Bidang Keahlian dan Program Keahlian di SMK
Penamaan sebuah SMK ditentukan oleh kelompok keahlian yang dimilikinya Kurikulum SMK, 2004. Sebagai contoh SMK dengan kelompok keahlian Teknologi
dan Industri dinamakan SMK Teknologi dan Industri dulu STM, SMK yang dengan kelompok keahlian Bisnis dan Manajemen disebut SMK Bisnis dan Manajemen dulu
SMEA, dan lain-lain. Selanjutnya kelompok keahlian dibagi lagi menjadi beberapa bidang keahlian, dan bidang keahlian menjadi beberapa program keahlian. Menurut
kurikulum SMK edisi 2004, terdapat 17 kelompok keahlian, 21 bidang keahlian dan 104 program keahlian. Program keahlian inilah yang menjadi ujung tombak pendidikan
SMK dalam memasuki dunia kerja, karena spesifikasi keterampilan yang dimiliki oleh lulusan SMK adalah sesuai dengan program keahlian yang diikutinya. Pada
kesempatan-kesempatan tertentu, pihak-pihak yang terkait dalam pegembangan program keahlian di SMK selalu melakukan penyesuaian dengan perkembangan dunia
usaha dan dunia industri. Program tersebut dikenal dengan nama Re-engineering Program Keahlian. Bukit, 2003
Secara khusus pengertian re-engineering program keahlian adalah proses penataan, perencanaan dan implementasi pendidikan menengah kejuruan melalui
analisis dan pengkajian potensi wilayah sebagai langkah penyesuaian bidangprogram keahlian yang diselenggarakan oleh SMK, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
wilayah Bukit, 2003. Konsekuensi dari hasil re-engineering adalah dibukanya program keahlian baru yang sesuai dengan potensi daerah dan memiliki prospek
membangun perekonomian daerah dan sebaliknya ditutupnya program keahlian yang
Universitas Sumatera Utara
tidak lagi sesuai dengan potensi daerah, bahkan memiliki kecenderungan lulusan sudah jenuh di pasar kerja. Program-program keahlian yang bersumber pada pengembangan
sumberdaya alam termasuk perikanan dan kelautan menjadi program unggulan terdepan, disusul dengan bidang teknologi dan industri, bidang pariwisata dan
perhotelan, bidang kimia analisis, geologi pertambangan, dan yang lainnya
2.5. Minat Siswa Memilih Program Keahlian