pendapatan wilayah bersangkutan. Dan sumber daya manusia yang demikian hanya dapat dihasilkan melalui proses pendidikan.
2.2. Pembangunan Ekonomi Wilayah dan Transformasi Struktur
Ketenagakerjaan
Pertumbuhan ekonomi economic growth berbeda dengan pembangunan ekonomi economic development. Miraza, 2008. Pertumbuhan ekonomi adalah proses
kenaikan output selama kurun waktu tertentu. Boediono dalam Tarigan, 2005. Indikator yang paling sering digunakan untuk menunjukkan pertumbuhan ekonomi
wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto PDRB yang menggambarkan jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah tersebut.
Indikator selanjutnya adalah pendapatan perkapita, yaitu jumlah PDRB dibagi jumlah penduduk suatu wilayah. Namun faktanya, konsep PDRB dan pendapatan perkapita
hanya gambaran kemajuan secara kasar makro pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Karena sering terjadi konsep PDRB dan pendapatan perkapita mengesampingkan
pemerataan hasil-hasil pertumbuhan ekonomi tersebut, atau lebih dikenal dengan istilah ketimpangan pendapatan.
Suatu konsep yang lebih mikro adalah pembangunan ekonomi economic development, yaitu suatu proses transisi dari tingkat ekonomi tertentu yang bercorak
sederhana menuju tingkat ekonomi yang lebih maju dan kompleks Miraza, 2008. Misalnya dari kegiatan ekonomi primer pertanian ke kegiatan ekonomi sekunder
industri manufaktur, konstruksi dan ke kegiatan ekonomi tertier perdagangan dan
Universitas Sumatera Utara
jasa. Transisi kegiatan ekonomi tersebut memerlukan waktu yang relatif lama, yang ditandai dengan terjadinya perubahan struktur kesempatan kerja. Misalnya terjadi
penurunan jumlah absolut atau persentase tenaga kerja sektor primer dan peningkatan tenaga kerja di sektor sekunder dan tertier.
2.3. Elastisitas Kesempatan Kerja Sektoral
Elastisitas kesempatan kerja didefenisikan sebagai perbandingan laju pertumbuhan kesempatan kerja dengan laju pertumbuhan ekonomi. Sumarsono, 2003.
Adanya usaha-usaha pembangunan ekonomi dan perbedaan potensi kewilayahan menyebabkan kebijakan dan program pembangunan tiap sektor ekonomi dan tingkat
pertumbuhannya menjadi berbeda. Ada sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan yang pesat dan ada yang lambat. Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi menyebabkan
perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja masing-masing sektor dan secara berangsur-angsur akan terjadi perubahan, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun
kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Perbedaan penyerapan tenaga kerja inilah menggambarkan elastisitas kesempatan kerja.
Elastisitas kesempatan kerja dapat digunakan untuk memperkirakan perkembangan kesempatan kerja dengan memperhatikan laju pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan ataupun sektoral dengan rumus Sumarsono, 2003:
Y Y
N N
E ∆
∆ =
............................................................ 1 Dimana :
E = Elastisitas kesempatan kerja
N = Laju pertumbuhan kesempatan kerja
Universitas Sumatera Utara
Y = Laju pertumbuhan Ekonomi
N = Jumlah angkatan kerja yang bekerja
Y = Jumlah PDRB
Apabila laju pertumbuhan kesempatan kerja dinyatakan dengan k dan laju pertumbuhan ekonomi dikatakan dengan g, maka persamaan di atas dapat
disederhanakan menjadi :
k = E.g .................................................................... 2
Jadi konsep elastisitas kesempatan kerja dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan tenaga kerja secara sektoral ataupun secara keseluruhan dengan mengacu
pada laju pertumbuhan ekonomi. Dan konsep elastisitas ini sangat penting menjadi perhatian dalam menentukan jenis-jenis pendidikan ataupun pelatihan yang tepat
dikembangkan dalam suatu wilayah.
2.4. Perencanaan Pendidikan untuk Ketenagakerjaan melalui Pendidikan