khususnya Teknik Body Repair. Untuk tahun ajaran 20082009, dari 40 SMK yang memililik PK TMO, belum ada satupun SMK di Kota Medan yang membuka program
keahlian ini. Bahkan untuk Propinsi Sumatera Utara secara keseluruhan, program keahlian Teknik Body Repair hanya ada di SMK Tunas Pelita Binjai. Padahal potensi
pasar kerja sangat terbuka luas, karena Kota Medan memiliki banyak bengkel khusus body repair. Walaupun di wilayah Kota Medan, belum ada berdiri industri otomotif,
namun sektor otomotif termasuk potensi wilayah Kota Medan. Hal ini terjadi akibat terbukanya lapangan usaha akibat pertumbuhan kendaraan otomotif di Kota Medan.
4.8. Kebijakan Pendidikan Nasional dalam Pengembangan SMK untuk
Mendukung Pengembangan Wilayah
Berdasarkan fakta melalui pengamatan empiris di lapangan dan didukung data- data yang ada, bahwa kekuatan perekonomian Kota Medan berada pada sektor jasa,
perdagangan dan industri. Hal ini terlihat dari kontribusi PDRB dan penyerapan tenaga kerja persektorlapangan usaha. Maka pengembangan wilayah Kota Medan terletak
pada kapasitas kemampuan dan daya dukung sumber daya manusia yang tersedia. Hal yang paling hakiki dalam pengembangan wilayah di Kota Medan, adalah masyarakat
Kota Medan dapat mengambil dan memperoleh manfaat dari potensi wilayahnya. Manfaat tersebut salah satunya adalah bagaimana anggota masyarakat sebagai pelaku
subjek dan tujuan objek pengembangan wilayah Kota Medan, mampu ditingkatkan kualitasnya agar mampu memasuki lapangan kerjausaha yang timbul akibat potensi di
bidang jasa, perdagangan dan industri. Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
pengembangan wilayah dinikmati oleh seluruh masyarakat adalah dilihat dari angka pengangguran. Pada tahun 2006, terdapat 13,1 pengangguran terbuka di Kota Medan.
Dilihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki tenaga kerja yang menganggur, lulusan pendidikan SMA adalah penyumbang angka pengangguran tertinggi, seperti
ditunjukkan pada Tabel 4.18. Hal ini bisa dipahami, karena pendidikan SMA pada dasarnya bukan untuk menghasilkan lulusannya untuk bekerja, namun diharapkan akan
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi.
Tabel 4.18. Presentase Pengangguran Terbuka di Kota Medan Menurut Pendidikan Angkatan Kerja Tahun 2006
Pendidikan Laki-laki
Perempuan Total
Tidak Sekolah 0,53
0,49 0,51
Tidak Tamat SD 1,05
1,97 1,51
SD 14,22
16,26 15,27
SMP 20,53
24,14 22,30
SMA 48, 41
43,34 45,79
SMK 8,95
6,41 7,64
D1D2 0,53
0,49 0,51
D3 0,5
2,96 1,78
S1 ke atas 5,27
3,94 4,58
Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2007
Pendidikan SMK mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam menjawab tantangan dan masalah pengangguran tersebut di atas. Melalui perencanaan
berpendekatan kekuatan lokal, pendidikan SMK sangat fleksibel untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dunia kerjausaha. Kompetensi-kompetensi yang ada sangat
Universitas Sumatera Utara
memungkinkan dikembangkan seiring dengan dinamisnya kebutuhan pasar kerja demand side. Sehingga pengembangan SMK sangat tepat dalam menjawab dan
meminimalisasi angka pengangguran. Pada periode dibawah tahun 2000, perhatian pemerintah yang memprioritaskan
pendidikan SMA, menjadikan pendidikan SMK terpinggirkan. Hal tersebut semakin didukung oleh ’image’ masyarakat terhadap pendidikan SMK, yang masih menganggap
bahwa SMK adalah sekolah ’tukang’ atau pekerja-pekerja kasar blue collar. Sehingga masyarakat lebih memilih pendidikan SMA. Padahal data statistik menunjukkan
presentase angka pengangguran yang terbanyak berasal dari lulusan pendidikan SMA. Hal ini terjadi karena pendidikan SMA bukan ditujukan untuk menghasilkan lulusan
yang mampu kerja employable, tetapi diharapkan bahwa lulusannya akan melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi atau akademi. Padahal kenyataannya hanya
sekitar 17 masyarakat Kota Medan yang mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi BPS, 2007. Pendidikan tinggi masih merupakan sesuatu yang mahal
dan belum terjangkau oleh sebagian besar masyarakat Kota Medan. Maka yang terjadi adalah bahwa lulusan SMA terpaksa masuk ke lapangan kerja tanpa didukung
kemampuan yang memadai. Namun sejak tahun 2004, prioritas pemerintah secara nasional dalam bidang
pendidikan menengah telah berbalik 180 derajat, termasuk di Kota Medan. Semenjak tahun 2004, SMK menjadi prioritas dalam jenjang pendidikan menengah, yang jika dulu
bagai anak tiri, setelah era tahun 2000an tidak demikian lagi. Dalam Rencana Strategis Depdiknas, ditargetkan pada tahun 2015, bahwa rasio jumlah sekolah dan siswa
Universitas Sumatera Utara
SMA:SMK akan menjadi 30:70. Banyak langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam menarik minat masyarakat untuk masuk ke Pendidikan SMK.
Langkah pertama diawali pada tahun 1998, ketika yang namanya STM, SMEA, SPMA, SMF dan Sekolah Kejuruan lainnya dirobah namanya menjadi Sekolah
Menengah Kejuruan. Tujuannya adalah agar secara psikologis, SMK menjadi besar dibandingkan dengan SMA. Walaupun ada kontroversi yang berpendapat nama SMK
menyamarkan spesialisasi kejuruannya, namun kebijakan tersebut masih diteruskan sampai saat ini. STM menjadi SMK Teknologi dan Industri, SMEA menjadi SMK
Bisnis dan Manajemen, SPMA menjadi SMK Pertanian dan lain-lain. Langkah selanjutnya adalah melalui iklan SMK dengan tema “AYO ke SMK”, yang ditayangkan
melalui media cetak dan elektronik. Hal ini dimaksudkan untuk mensosialisasikan pendidikan SMK kepada masyarakat luas. Iklan terakhir tentang SMK adalah dengan
tema ‘SMK BISA’ yang ditanyangkan pada hampir seluruh stasiun televisi di Indonesia, dengan menampilkan tokoh-tokoh yang sukses melalui pendidikan SMK.
Usaha lain yang dilakukan pemerintah adalah melalui prioritas penyediaan alokasi dana untuk pengembangan SMK, baik untuk infrastruktur, sarana prasarana dan
SDM tenaga pendidik dan kependidikan SMK. Pada tahun 2007, untuk mendorong pengembangan SMK, Depdiknas memberikan dana stimulus masing-masing Rp.
4.000.000.000,- empat miliar rupiah kepada pemerintah kota yang berhasil menaikkan presentase siswa SMK. Selain itu, semenjak tahun 2006, pemerintah mengalokasikan
dana minimal 300 juta bagi setiap SMK, baik berstatus Negeri maupun Swasta, yang
Universitas Sumatera Utara
dikenal dengan dana Revitalisasi Peralatan, yang ditujukan meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana praktek, laboratorium dan bengkel.
Dan usaha terbaru untuk menarik minat masyarakat bersekolah di SMK adalah melalui program yang disebut “Program Perwajahan SMK”. Program ini ditujukan
untuk membuat tampilan wajah gedung SMK semakin menarik dibanding SMA. Bagian depan gendung-gedung SMK, baik Negeri maupun Swasta direhab dan dibuat
semenarik mungkin dengan warna-warna cat tembok yang kontras. Untuk program ini masing-masing SMK mendapat bantuan dana seratus lima puluh juta rupiah.
Usaha-usaha tersebut juga tidak hanya sebatas itu, masih banyak program lain yang diluncurkan guna mengembangkan pendidikan SMK, terutama dalam hal kualitas.
Depdiknas menargetkan bahwa pada tahun 2010 akan ada 200 SMK Bertaraf Internasional. Dan untuk Kota Medan, SMK yang dinominasikan untuk SMK bertaraf
internasional adalah SMK Negeri I, SMK Negeri 2 dan SMK Negeri serta SMK Swasta Teladan Medan. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi cukup berat dan ketat,
terdiri dari 14 standar yang harus dipenuhi, mulai dari hal-hal yang menyangkut sarana- prasarana, SDM, proses pendidikan, kualitas lulusan bahkan sampai syarat lingkungan
green school. Dan pada tahun 2009 Depdiknas melakukan sosialisasi pendidikan SMK kepada
pendidikan SLTP dengan sebuah program yang dinamakan Program Vokasional. Program ini dilakukan dengan cara mengirim instruktur-instruktur dari Lembaga Diklat
seperti dari Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kepedidikan ke beberapa kotakabupaten, untuk memberikan pelatihan dasar kejuruan vokasional
Universitas Sumatera Utara
kepada guru-guru keterampilan di tingkat SLTP. Diharapkan guru-guru yang mendapatkan pelatihan tersebut akan mendorong minat siswa-siswi SLTP memasuki
pendidikan SMK setelah lulus. Namun keberhasilan pengembangan SMK tersebut bukan hanya sebatas bagaimana memperbesar rasio jumlah siswa dan unit sekolah. Hal
yang paling penting adalah bagaimana menyelaraskan penyelenggaraan pendidikan SMK dengan kekuatan lokal kewilayahan. SMK harus diarahkan untuk apa yang
dibutuhkan oleh dunia usaha dan pasar kerja. Salah satu cara menganalisis kebutuhan pasar kerja adalah melalui analisis angka pertumbuhan ekonomi sektoral, karena persen
pertumbuhan ekonomi tersebut, pasti mengakibatkan kebutuhan tenaga kerja. Berdasarkan analisis tersebut akan diketahui jenis pendidikan dan pelatihan apa yang
dibutuhkan di suatu wilayah. Perencanaan pengembangan pendidikan SMK harus diarahkan mengangkat keunggulan lokal potensi wilayah dengan tetap berwawasan
global, karena selain mengisi pasar kerja lokal, lulusan SMK juga dapat mengisi pasar kerja nasional, regional bahkan internasional.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitan ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Secara bersama-sama faktor dorongan orang tua, popularitas PK TMO dan peluang
kerjausaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat siswa memilih PK TMO di SMK Swasta Kota Medan. Besarnya pengaruh ketiga faktor tersebut
terhadap minat siswa memilih PK TMO adalah sebesar 60,1. Secara parsial, faktor dorongan orang tua dan peluang kerjausaha berpengaruh positif dan
signifikan terhadap minat siswa memilih PK TMO di SMK Swasta Kota Medan. Sementara faktor popularitas PK TMO berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap minat siswa memilih PK TMO di SMK Swasta Kota Medan. 2.
Profil keterserapan lulusan PK TMO SMK Swasta di Kota Medan, untuk lulusan TP. 20062007 di lapangan kerja adalah : bekerja di bidang otomotif 64, bekerja
di bidang otomotif sambil kuliah 3, bekerja di luar bidang otomotif 15, kuliah 9 dan belum memperoleh pekerjaan 9. Lamanya lulusan PK TMO SMK Swasta
di Kota Medan terserap pada lapangan kerja bidang otomotif adalah 0 – 12 bulan, dengan perincian: 1 bulan langsung bekerja sebanyak 21, 1 sd 3 bulan
sebanyak 13, ≥3 sd 6 bulan sebanyak 19, ≥6 sd 9 bulan sebanyak 7, ≥9 – sd 12 bulan sebanyak 7. Gambaran ini menunjukkan bahwa keberadaan PK
Universitas Sumatera Utara